Renungan Amsal 6:6-8 Belajar Kepada Semut
Ayat Alkitab: Amsal 6:6-8
Judul Renungan: Belajar Kepada Semut
Amsal 6:6-8 (TB) “Hai pemalas pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.”
Tentu kita seringkali mendengar dan membaca ayat ini. Ayat ini sudah tidak menjadi ayat yang asing lagi bagi kita, namun apakah kita hanya mendengar dan membacanya saja? Atau kita juga melakukan apa yang Amsal 6:6 ini katakan.
Saya sendiri masih berproses untuk melakukan ayat ini, ayat ini cukup simple bagi saya tapi tidak mudah untuk dilakukan. Tapi sebagai murid Kristus kita harus terus berperang untuk melawan rasa malas kita, kita tidak boleh terus-terusan membiarkan diri kita untuk terus bermalas-malasan sehingga menjadikan diri kita orang-orang yang benar-benar tidak produktif.
Kita mau sama-sama belajar dari semut, di mana pada Amsal 6:7-8 dikatakan “biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen.”
Semut tidak memiliki pemimpin, pengatur dan penguasa tetapi semut melakukan semuanya sendiri dengan mengikuti naluri alam. Lalu bagaimana dengan kita yang sudah diberikan akal budi untuk dapat melakukan setiap tugas dan tanggung jawab kita, apakah kita sudah memakai akal budi kita?
Tidak ada orang malas yang bisa menjadi sukses. Kemalasan adalah cara pasti untuk menuju pada kemiskinan. Amsal 13:4 dikatakan “Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan.”
Hati orang yang malas penuh keinginann untuk melakukan sesuatu tapi sia-sia. Sia-sia karena tidak ada tindakan yang dilakukan untuk bisa mencapai tujuan yang dia inginkan. Sedangakan hati orang rajin diberi kelimpahan, karena orang rajin tidak hanya punya keinginan tapi dia juga melakukan apa yang memang harus ia lakukan untuk bisa mencapai tujuan dari kehidupannya.
Ciri-ciri orang malas biasanya tidak memiliki gairah untuk melakukan sesuatu, dia merasa nyaman dengan apa yang sedang dia lakukan sehingga dia malas untuk melakukan pekerjaan yang lain. Dia hanya menghabiskan waktunya untuk bermalas-malasan sehingga dia tidak produktif.
Ciri lain dari orang malas juga dia selalu ingin cepat untuk beristirahat, namun setelah dia beristirahatpun tetap tidak memiliki gairah untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Orang malas terlalu mencintai kenyamanan hingga membuat dia malas untuk mengerjakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
Sebagai murid Kristus tentu kita tidak boleh terus menerus berada pada rasa malas yang pada akhirnya membuat kita tidak produktif, kita harus memiliki penawar untuk rasa malas kita sehingga kita bisa kembali produktif.
1. Mengerjakan visi (punya goal)
Sebagai murid Kristus tentu kita harus memiliki visi dalam hidup kita, kita tidak boleh hidup hanya dengan mengikuti arus tanpa kita tahu arah hidup kita mau kemana. Memiliki visi sangatlah penting sehingga kita tahu apa yang akan menjadi goal kita dan kita akan mencari cara untuk kita bisa mencapai goal tersebut.
2. Memiliki Agenda
Memiliki agenda untuk apa saja yang mau kita kerjakan dalam satu hari juga menjadi hal yang penting, dengan agenda kita juga bisa belajar untuk mengatur waktu kita dengan baik dan kita bisa lebih produktif. Dengan membuat agenda, apa yang mau kita kerjakan dalam sehari juga menjadi terarah. Jangan terlalu banyak melakukan aktifitas yang membuat kita tidak produktif, lakukan hal-hal yang bisa membuat kita menjadi produktif.
3. Stop untuk menunda
Jangan menunda pekerjaan hanya karena kita merasa malas untuk mengerjakannya, belajarlah untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab kita sesegera mungkin. Salah satu hal yang membuat kita untuk tidak menunda pekerjaan juga dengan kita memiliki fokus (fokus pada tugas dan tanggung jawab yang dilakukan).
Belajarlah untuk menjadi anak muda yang CAKAP bukan anak muda yang MALAS. “Kalau bisa dilakukan sekarang kenapa harus nanti?”
Bagaimana Amsal Tentang Semut Ini, Membawa Kita Berpusat Pada Kristus?
Kerajikan kita sekarang bukan lagi tentang hidup kita yang memiliki harga diri dan layak untuk dipuji karena rajin. Sebab kita orang-orang bobrok pendosa binasa yang telah ditebus dengan darah yang mahal. Sehingga Ini tentang Kristus tang telah disalibkan dan telah bangkit, lihat Dia Sang Semut sejati, bukanlah mengumpulkan makanan fana, melainkan makanan kekal, Dialah Roti kehidupan itu, Dialah yang telah menyatakan diri-Nya untuk menyelamatkan kita dari dosa.
Buah dari dosa adalah kemalasan yang membuahkan kemiskinan dan ratapan sia-sia dan kematian di dalam kutuk dosa. Ini adalah perbudakan.
Kemalasan adalah dosa, ini adalah pemberontakan kita terhadap Allah, untuk mematikan kemalasan, kita membutuhkan kuasa dari Kristus, dari Injil. Maka kita sangat perlu untuk merenungkan Yesus, bukan hanya rajin bekerja untuk melayani jiwa-jiwa, setiap pelayanan-Nya, didasarkan pada kehendak Allah.
Sekarang, kita bisa saja menjadi orang rajin, namun tidak berdasarkan kehendak Allah, ini pun sia-sia. sekarang marilah kita memusatkan pikiran dan hati kita pada kerajinan yang berdasarkan kehendak Allah, bahwa kita bekerja untuk memancarkan Injil, memberitakan keindahan dan kemuliaan Yesus dan hidup untuk Dia sebagai tujuan akhir dari segala usaha dan jerih payah di dunia yang akan binasa.
Inilah pusat dari setiap kerajinan kita, pekerjaan kita dan usaha kita, yaitu Kristus. Dia yang telah dijadikan dosa, menerima murka kekal Allah dan mati disalibkan. Untuk membawa yang bertobat dan percaya pada pemberitaan Injil, menjadi anak Allah, yang dikasihi, diubahkan dan diperlengkapi untuk kemuliaan Allah dan kita dipuaskan di dalam-Nya.
Posting Komentar untuk "Renungan Amsal 6:6-8 Belajar Kepada Semut"
Silahkan Berkomentar