Pengkhotbah 1:2 Kehidupan yang Sia-sia
Foto oleh Tara Winstead: https://www.pexels.com/ |
Pengkhotbah 1:2 (TB) Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.
Kita lahir di suatu konteks budaya tertentu yang mementukan indentas kita dan sangat-sangat mempengaruhi cara berpikir dan merasakan. Dan setiap tindakan kita merupakan buah dari pengaruh budaya di mana kita dibesarkan. Setiap budaya menawarkan tujuan dan setiap tujuan mengerakkan setiap umat manusia, di mana ada tujuan di sana ada titik harapan untuk terus menjalani hidup dengan semangat. Dan kita melihat raja Salomo menyimpulkan semua semangat dan tujuan dan harapan yang diberikan oleh budaya manusia adalah sia-sia.
Raja Salomo merupakan anak Daud, ia diberikan oleh Tuhan hikmat dan harta benda yang begitu banyak. Salomo lahir sebagai anak raja, ia memiliki konteks kehidupan yang berbeda dari masa sekarang. Namun yang sama adalah, bahwa semua orang pasti menginginkan apa yang Salomo miliki. Baik itu kekuasaan, harta, relasi yang kuat dan mampu menyatukan berbagai kerajaan tanpa kekerasan. Ini adalah harapan, tujuan dan semangat setiap budaya manusia.
Di masa tuanya ia menulis kitab Pengkhotbah, setelah ia menikmati semua kekayaan dunia ini. Ia menyimpulkan, bahwa kehidupan yang telah dan sekarang ia jalani. Pada dasarnya sia-sia saja, kekayaan tidak memberikan jiwanya ketenangan, kekuasaan tidak memberikan ia kebebasan, dan hikmat tidak memberikan kepadanya hidup yang benar-benar diinginkan jiwa yang kekal bagi Tuhan.
Salomo membawa kita memikirkan hidup lebih dalam lagi, membawa kita untuk melihat dan memikirkan. Tujuan dari keadaan kita dan segala hal yang telah dan akan kita jalani di masa depan. Salomo, mengajak kita untuk memikirkan segala hal yang sia-sia dan segala pekerjaan yang melelahkan dan segala tindakan yang tidak bermakna.
Karena dosa telah menguasai manusia, benih pemberontakan telah lahir di dalam hati pikiran manusia. Dan kita dikandung dalam dosa, kita terpisah dari Allah yang kudus, sehingga segala sesuatu tentang hidup yang seharusnya bermakna dan mulia menjadi sia-sia. Hikmat yang seharusnya melayani Tuhan dan memuliakan Tuhan. Menjadikan kita penyembah-penyembah berhala binasa, sama seperti Salomo di masa kejayaannya.
Jadi sekarang, hanya ketika kita datang kepada Dia, Yesus yang telah melakukan segala sesuatu yang bermakna dan mulia. Taat pada kehendak Allah Bapa, sampai mati di atas kayu salib untuk menanggung dosa kita dan telah dibangkitkan dalam tubuh kekal penuh kemuliaan, mengundang kita untuk bertobat dan hidup berdasarkan kasih karunia dan kebenaran-Nya. Maka kita dibebaskan dari perbudakan Kesia-siaan.
Dan menemukan makna sejati dari hidup, yaitu hanya dekat Allah saja hati kita tenang, hanya memuliakan Allah saja tujuan penyembahan kita dan berperang melawan dosa setiap hari, perjuangan yang patut terus kita perjuangkan dan pergumulkan setiap hari. Marilah kita datang terus kepada Yesus, dalam doa dan perenungan Alkitab kita, hidup kita bagi Dia karena inilah tujuan dari kita berada dalam suatu budaya tertentu, untuk memberitakan Yesus, sehingga banyak orang mendapatkan makna melalui pemberitaan kita, hidup kita memuliakan Allah.
Doa; Terpujilah Allah Bapa yang telah mengaruniakan Yesus Kristus sehingga kehidupan kami sekarang. Mengejar segala sesuatu yang tidak sia-sia. Engkau telah memberikan Roh Kudus untuk selalu menuntun kami hidup dalam kasih Yesus dan terus memampukan kami hidup dalam kasih karunia. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.
Posting Komentar untuk "Pengkhotbah 1:2 Kehidupan yang Sia-sia"
Silahkan Berkomentar