Renungan Natal Tentang Imanuel; Penyertaan TUHAN Bagi Orang Percaya
Yesaya 7:14 (TB) Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.
Matius 1:23 (TB) ”Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” – yang berarti: Allah menyertai kita.
Ayat-ayat ini, bagian terbaik untuk direnungkan, merupakan kabar gembira bagi saya dan Anda yang menginginkan cinta kasih dan kehangatan pelukan yang sampai pada kedalaman jiwa. Kita semua menginginkan cinta. Kita semua ingin hidup bersama seseorang yang dicintai dan melakukan banyak hal bersamanya. Dan Injil memberitahukan kepada Anda dan saya, Dia yang sangat mencintai kita, ada bersama-sama dengan kita, di kedalaman diri, di dalam nurani yang bersih yang telah dikuduskan, kekudusan yang sejati yang dibasuh oleh darah Kudus Sang Anak Domba.
Kita mendapatkan kehadiran-Nya yang nyata. Injil membawa kita pada keinginan jiwa yang mendalam, akan cinta kasih sejati, akan tujuan dari kehidupan yang bermakna kekal dan memuaskan.
Adakah yang lebih memuaskan Anda dari pada Injil? Pertanyaan ini mengantarkan kita pada realitas diri kita yang pada dasarnya tidak menginginkan Tuhan, sehingga kita menemukan jiwa yang gelisah, pikiran yang kacau dan perasaan yang menduga-duga kehidupan.
Kita khawatir akan hidup, karena kita tidak ada di dalam kasih Sang Imanuel, kita pergi dari-Nya, kita mencintai cara kita hidup, kita mencintai dosa kita dan setiap hari berzinah dengan berhala-berhala di dalam hati. Adakah kita mau bertobat dan kembali pada Imanuel! Untuk menikmati Dia dalam persekutuan yang penuh cinta kasih, berdiam diri, melalui kedalaman diri yang menghadirkan setiap ayat-ayat Alkitab yang memperkenalkan kepada kita kemuliaan Allah.
Kita tidak ingin disertai
Faktanya ketika kitab Yesaya ditulis, orang-orang Israel ada di puncak kejayaan di mana mereka sangat mencintai berhala mereka. Mereka melakukan dosa dengan sangat-sangat mengerikan, menindas yang lemah dan melakukan segala kejahatan. Dan fakta lainnya, ketika Malaikat Tuhan datang kepada Maria untuk memberitahukan bahwa Yesus akan lahir, bangsa Israel tidak sedang baik-baik saja.
Ada rentang waktu sekitar 400 tahun yang dikenal periode intertestamental, di mana Allah tidak berfirman kepada orang-orang Israel. Dan mereka dijajah oleh bangsa Romawi, semua ini berakar pada keberdosaan bangsa itu. Mereka yang tidak ingin disertai Allah, mereka yang tidak mau melakukan segala perintah Allah, mereka yang mengabaikan Taurat Tuhan. Kita haruslah belajar dari sejarah orang Israel yang secara pribadi ini menggambarkan dengan sangat benar kedalaman diri Anda dan saya, kita adalah pendosa pemberontak.
Masalah Kita Bukanlah Tidak Disertai
Saya, melihat begitu banyak postingan baik itu di Instagram dan Facebook, begitu banyak akun-akun yang berusaha meyakinkan pengikut mereka. Bahwa Allah menyertai mereka, meyakinkan bahwa mereka tidak sendiri. Meyakinkan bahwa Allah itu setia.
Meyakinkan bahwa mereka akan baik-baik saja. Meyakinkan, bahwa apa yang pengikut mereka harapkan akan terjadi asal saja memiliki iman saya tegaskan, ini bukan kebenaran sejati.
Anda dan saya tidak sedang baik-baik saja, karena kita orang-orang binasa di dalam segala kejahatan hati kita. Kita orang berdosa, kita keji, kita telah melawan Tuhan. Kita ini pemberontak yang telah menyatakan bahwa TUHAN musuh kita dan setan kawan kita, karena apa yang ia tawarkan seperti yang kita inginkan.
Masalah kita bukanlah Allah tidak menyertai, masalah kita bukanlah kekurangan motivasi. Masalah kita bahwa sebenarnya kita tidak ingin disertai Tuhan. Kita ingin apa yang dapat Tuhan berikan kepada kita, tetapi kita tidak ingin disertai Tuhan. Akar dari semua ini, karena kita pendosa bobrok yang mencintai berhala di hati kita, setiap hari hati kita ingin berzinah dengan semua berhala itu. inilah faktanya. Anda akan tersinggung dan saya tidak peduli dengan itu.
Kita harus menyadari ini, bahwa Allah benar-benar ingin dan selalu mengundang kita untuk menikmati kasih-Nya. Tetapi kita lebih suka mengasihi diri sendiri, dan menjauh dari kasih Allah, Dia selamanya tetaplah Imanuel. Namun kita tetaplah manusia bobrok yang tidak menginginkan Tuhan.
Apakah Anda mau mengakui ini? Atau Anda sekarang sedang membela diri Anda dan merasa bahwa Anda berhak menerima semua yang Anda inginkan dengan berlebel bahwa itulah penyertaan Tuhan. Kita perlu bertobat, untuk melihat Yesus dengan sangat nyata, bahwa Dia membenci dosa, sehingga diri-Nya dihancurkan di atas salib karena dosa, merupakan masalah serius Anda dan saya, dosa itu menjadikan kita musuh Allah.
Pengabdian yang Tak Tergoyahkan kepada Kristus Oleh JC Ryle
“Seperti prajurit mengikuti jenderalnya, seperti hamba mengikuti tuannya, seperti sarjana mengikuti gurunya, seperti domba mengikuti gembalanya, demikian juga orang yang mengaku Kristen harus mengikuti Kristus.
Iman dan ketaatan adalah tanda utama dari pengikut sejati, dan akan selalu terlihat pada orang Kristen yang benar-benar beriman. Pengetahuan mereka mungkin sangat kecil, dan kelemahan mereka sangat besar; rahmat mereka sangat lemah, dan harapan mereka sangat redup. Tetapi mereka memercayai apa yang Kristus katakan, dan mereka berjuang untuk melakukan apa yang Kristus perintahkan.
“Kekristenan seperti ini, menerima sedikit pujian dari manusia. Itu terlalu teliti, untuk diputuskan, terlalu kuat, terlalu nyata. Melayani Kristus dalam nama dan wujud adalah pekerjaan yang mudah, dan memuaskan kebanyakan orang; tetapi untuk mengikuti Dia dalam iman menuntut lebih banyak masalah daripada yang akan diambil manusia pada umumnya tentang jiwa mereka. Tertawa, ejekan, tentangan, penganiayaan seringkali merupakan satu-satunya upah yang diperoleh para pengikut Kristus dari dunia.
Bagaimana sekarang?
Yesus Kristus adalah Imanuel, inilah kebenaran yang melegakan, kita harus merenungkan ini bahwa Penyertaan Tuhan, tidak dapat lepas dari ketundukan kita kepada Tuhan. Kita perlu taat, bukan agar diselamatkan, namun karena dengan keyakinan, kepuasan dan sukacita. Bahwa ketika kita percaya, ketika kita bertobat, ketika kita membenci dosa kita, semua ini kasih karunia. Roh Kudus diberikan di dalam diri kita dan kita semakin mengasihi Yesus dan masuk dalam penyertaan-Nya untuk melakukan apa yang Dia inginkan.
Natal, pada dasarnya, memusatkan kembali kehidupan kita kepada Yesus, natal seharusnya terjadi di hati dan pikiran kita setiap hari. Melalui ketekunan kita, membaca Alkitab kita, bersekutu dengan saudara-saudara seiman kita dan terus bertumbuh ke arah Yesus, Tuhan yang kita kasihi.
Ini sulit, tidak semudah ketika saya menulis renungan ini, karena saya sendiri sampai hari ini masih terus berjuang untuk tunduk pada kehendak Tuhan, untuk selalu mematikan dosa dan hidup didasarkan pada apa yang Kristus ingin saya lakukan. Dengan melihat pada kehidupan Yesus yang ada di Alkitab. Kita haruslah bertobat setiap hari, mengakui dosa kita dan masuk ke dalam kasih karunia, menyerahkan diri untuk disalibkan bersama Yesus, untuk taat dan kita perlu menyangkal diri setiap hari.
Jangan biarkan dosa, menguasai kita. Berikan diri kita dikuasai firman Yesus, bacalah Alkitab renungkan Alkitab bertekunlah mempelajari Alkitab dan berdoalah berdasarakan Alkitab kita. Tuhan kita tetaplah Allah yang Imanuel, namun pada saat kita tidak hidup kudus dan memperjuangkan kekudusan. Kita tidak akan menikmati kasih Allah, penyertaan Allah. Sebab itu, kita harus berjuang untuk hidup dalam kasih-Nya, untuk selalu berjaga-jaga. Karena sekarang musuh kita adalah dosa dan setan. Dan Sahabat kita yang telah bangkit dari kematian adalah Tuhan Yesus Kristus, Sang Imanuel. Roh Kudus memampukan kita, untuk selalu hidup dalam penyertaan Allah dan memuliakan Dia melalui cara hidup yang semakin serupa dengan Yesus, Soli Deo Gloria Amin.
Posting Komentar untuk " Renungan Natal Tentang Imanuel; Penyertaan TUHAN Bagi Orang Percaya"
Silahkan Berkomentar