Renungan Bersukacita Dalam TUHAN
Ketika Kebenaran ada dalam diri manusia, manusia pasti menikmati Allah.
Saling kebergantungan antara iman dan pertobatan dapat dilihat ketika kita mengingat bahwa iman adalah iman di dalam Kristus bagi keselamatan dari dosa. Tetapi jika iman diarahkan kepada keselamatan dari dosa, maka harus ada kebencian terhadap dosa maka harus ada keinginan untuk diselamatkan darinya. Kebencian atas dosa sedemikian mencakup pertobatan yang pada hakikatnya berisi perubahan dari dosa kepada Allah.~ John Murray “Penggenapan dan Penerapan Penebusan”
Kesukaan manusia pada dasarnya menyukai hal yang sia-sia, dan kebohongan. Sering kali kita merasa bahwa segala sesuatu yang terlihat sukses dan baik. Apabila hidup kita dapat menghasilkan sesuatu yang bermakna. Saya bukan anti pada orang-orang yang ingin sukses dan bahkan saya suka, setiap waktu yang bermakna.
Mari kita berpikir lebih dalam bahwa sukses dari sudut pandang Injil sangat berbeda dengan sudut padang budaya dunia ini. Masalahnya adalah kecenderungan kita orang percaya akan sangat mudah berpikir dan bertindak sesuai budaya dunia ini.
Begini Anda pasti pernah, berpikir yang melahirkan tindakan. Apabila saya rajin belajar dan pintar saya akan dikasihi dan banyak teman di sekolah. Bukan hanya dengan belajar, banyak hal yang akan membuat seseorang berjuang keras agar ia diterima dalam dunia ini.
Begitu juga gereja-gereja apabila gedungnya mewah maka kita berpikir bahwa itulah kesuksesan. Anak-anak teologi berpikir apabila mereka PNS, bergelar, dan ditahbiskan menjadi Pendeta itulah kesuksesan. Bahkan mendasari segala sesuatu. Bahwa saya bisa pelayanan karena semua hal tersebut. Saya tegaskan apabila kita bertindak dan berpikir seperti itu. Maka bertobatlah!
Semua gelar dan jabatan itu baik. Tetapi apabila itu yang menjadi dasar Anda berharga. Dan dapat melakukan sesuatu yang sepertinya rohani. Maka celakalah Anda, semua itu akan memperbudak Anda pastinya akan menimbulkan berbagai duka. Fokus utama Anda bukan lagi, fokus tujuan dari kematian Yesus tetapi berfokus pada penerimaan dunia ini, fokus untuk menjadi sama dengan dunia ini.
Pada Mazmur 4:3, Daud mengingatkan kepada kita, kita terlalu cinta pada hal sia-sia yang fana ditawarkan dunia ini. Dan berbohong pada diri. Dengan cara berpikir semua hal itulah yang membuat kita bahagia dan berharga dihadapan Allah. Maka sampai berapa lama lagi kita seperti itu?
Mazmur 4:6 (TB) Persembahkanlah korban yang benar dan percayalah kepada Tuhan.
Manusia atau kita selalu gagal menyenangkan Allah, selalu menyakiti hati Allah. Bahkan kita sering mendapati bahwa sebenarnya kita membenci Allah dan memberontak. Ada kabar baik untuk kita yang sudah yakin bahwa kita hidup dalam Kristus yang adalah kebenaran.
Kekristenan bukan soal kita bisa lakukan ini itu untuk berharga. Tetapi tentang Yesus yang sudah menyatakan cinta-Nya. Apakah Anda sudah hidup dalam Kristus? Apakah Anda sudah mempunyai Roh Kudus dan dilahirkan kembali? Ketahuilah manusia gagal dan tidak akan pernah bisa mencapai Allah, tetapi puji Tuhan, Allah berinisiatif untuk turun ke dunia. Pada Mazmur 4:4A, “ketahuilah bahwa TUHAN telah memilih bagi-Nya seseorang yang dikasihi-Nya; siapa orang ini. Dia Daud, ya siapakah tunas Daud atau Daud sejati?
Yesus adalah Daud sejati, pembebas sejati. Dia menjadi dosa karena kita yang terlalu berdosa ini. Yesus dipandang oleh Allah Bapa sebagai pemberontak supaya kita dipandang sebagai anak-anak Allah. Betapa besar-Nya kasih Allah. Lalu kita sering kali berpikir kita dapat membayar Allah dengan segala prestasi kita. Prestasi gedung gereja yang megah, dengan gelar kita, jabatan sebagai PNS dan Pendeta. Kita merasa kita dicintai Tuhan karena ada sedikit kebaikan dan kita layak.
Sesungguhnya kita sedang menghina pengorbanan Yesus, kita menganggap pengorbanan itu tidak sempurna lalu harus ditambahkan dengan kebijaksanaan kita, tahukah Anda? setiap hal yang lahir dari manusia adalah dosa. Kita merebut kemuliaan Allah dengan cara kita bertindak dan berpikir bahwa kita sedikit mulia sehingga kita pantas. Maka bertobatlah! Berhenti membohongi diri dan menyukai semua hal fana yang sia-sia itu. Segala sesuatu penting tetapi akan menjadi berhala dan ilah palsu apabila kita merasa kita akan bahagia dan berharga karena hal itu.
Maka pada ayat 6, kita dibawa untuk mempersembahkan korban yang benar. Bagaimana bisa kita mempersembahkan korban yang benar? Saat kita tahu bahwa tidak ada hal yang benar lahir dari dalam diri kita, Allah pernah menegaskan. “jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh karena baunya kejijikan bagi-Ku, perayaanmu itu penuh kejahatan.” Silahkan baca Yesaya 1:11-14! Untuk melihat detailnya.
Saya tekankan bahwa satu-satu-Nya korban yang benar adalah Yesus, maka saat kita sadar akan hal ini tujuan dari kekristenan bukan lagi segala hal yang harus dilakukan untuk berkenan. Kita adalah orang berdosa dan selamanya adalah pendosa yang Yesus membenarkan kita di hadapan Allah. Dialah manusia sejati yang sempurna dan satu-satunya yang telah berhasil menyenangkan Allah.
Saat kita tahu keindahan pribadi Yesus yang sudah membenarkan kita, maka kita diubahkan dan yang terpenting sekarang adalah Yesus dan tujuan-Nya. Yesuslah harta berharga kita yang membuat kita berharga dan dimampukan untuk melakukan segala sesuatu bernakna, baik, benar dan sukses sesuai standar Injil.
Bukan segala sesuatu yang baik dan bermakna kita lakukan untuk Yesus membuat kita berharga. Tetapi Yesus yang Berharga, Mulia, Kudus, dan kepenuhan Allah itu dalam kita, kita dalam Dia maka kita berharga dan mampu melakukan sesuatu yang bermakna. Kebenaran Injil ini jangan sampai terbalik- balik. Segala kemuliaan hanya bagi Allah. "Dimana hartamu berada disitu hatimu berada."
Filipi 3:10 (TB) Yang ku kehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, dimana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari orang mati.
Pada akhirnya kesuksesan Iman Kristen adalah serupa dengan Kristus, kasih-Nya, dan keadilan-Nya. Persekutaan yang intim penuh cinta. Gereja yang serupa dengan Kristus. Tidak bisa tidak, ia pasti akan memuridkan.
Berani bayar harga agar Injil tersampaikan. Berani kapan saja kalau roh ini terpisah dari tubuh fana ini, dan berani ambil resiko kalau orang dunia hanya bisa memisahkan kepala kita dari tubuh. Mereka tidak bisa memisahkan kita dari kasih Yesus dan membinasakan jiwa kita.
Akhirnya sukacita sejati hanya orang-orang dalam Kristus yang menikmatinya. Orang-orang yang di dalam Dia dan percaya pada kasih karunia-Nya. Orang-orang yang bertobat dari dosa dan hidup bagi Allah. Sebab sukacita sejati di dapatkan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan yang saleh dan kudus.
Mazmur 4:7b-9 (TB) Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami, ya TUHAN!Engkau telah memberikan sukacita kepadaku, lebih banyak dari pada mereka ketika mereka kelimpahan gandum dan anggur. Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman.
Saya berdoa, Allah yang penuh dengan rahmat dan kasih selalu menguji hati kita, apakah yang kita lakukan selama ini sudah sesuai Injil yang murni inginkan atau sesuai dengan dunia ini tawarkan? Soli Deo Gloria. Amin.
Posting Komentar untuk "Renungan Bersukacita Dalam TUHAN"
Silahkan Berkomentar