Renungan Mazmur 100:1-5 Bersyukurlah Kepada TUHAN
Ayat Alkitab Mazmur 100:1-5
Judul Renungan; Bersyukurlah Kepada TUHAN
Mazmur 100:1-5 (TB) 1 Mazmur untuk korban syukur. Bersorak-soraklah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! 2 Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! 3 Ketahuilah, bahwa Tuhanlah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. 4 Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya! 5 Sebab Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.
Mazmur kali ini, mengajak kita untuk bersyukur, hikmat umum umat manusia tanpa pengajaran langsung dari Alkitab. Mengakui betapa bersyukur memiliki manfaat yang sangat besar, dengan bersyukur kita dapat mengerti apa yang ada pada diri kita hari ini adalah kehebatan yang membawa kita untuk dapat melanjutkan hidup dengan penuh harapan.
Namun berbeda dengan apa yang dunia ajarkan tentang bersyukur, Alkitab mengajak kita bersyukur dengan cara pandang melihat pada kebesaran Allah, pada kemahakuasaan Allah. Artinya jika Anda ingin bersyukur di atas kebenaran, Anda harus mengenal Allah sebagai alasan Anda mengucapkan syukur.
Bersyukur di atas dasar bahwa ada yang lebih menderita
Hikmat manusia secara umum, mengajarkan kita untuk bersyukur di atas penderitaan orang lain. Sebagai contoh suatu hari dan seringkali saya menemukan hal ini. Yaitu alasan mengapa Anda dan saya harus bersyukur. Salah satu video di Youtube menyayangkan bagaimana suatu negara sangat miskin, bahkan untuk makan sehari-hari sangatlah susah, belum lagi berbagai penyakit, dan perang yang sampai hari ini masih terjadi di negara tersebut.
Ketika melihat video tersebut, sangatlah menyedihkan, sangatlah mengerikan dan membawa kita membayangkan. Bagaimana jika saya ada di sana. Tapi saya bersyukur karena faktanya saya ada di sini dan hanya menonton video kelaparan tersebut.
Seseorang yang berbicara di video tersebut, menyerukan betapa kita di Indonesia dapat bersyukur karena negara kita tidak mengalami kelaparan. Betapa kita di indonesia dapat bersyukur karena ada banyak orang yang lebih menderita, lebih rendah dan kelaparan di belahan dunia lain. Kita seharusnya bersyukur karena mereka menderita kelaparan sedangkan kita tidak. Demikianlah dunia mengajarkan kita agar kita bersyukur.
Namun bagaimana jika, yang mendengar video tersebut mungkin tidak sedang kelaparan. Tetapi umurnya sisa 2 hari lagi karena suatu penyakit. Apakah ia dapat bersyukur karena di belahan dunia lain ada orang-orang kelaparan dan hidupnya masih lebih baik meskipun 2 hari lagi ia akan meninggal.
Selanjutnya, bagaimana dengan kedua orang kaya suami istri, yang baru saja mengetahui bahwa anak-anaknya baru saja mengalami kecelakaan. Dan kritis, lalu mendengar alasan untuk bersyukur adalah melihat kehidupan orang yang lebih menderita dari dirinya, melihat betapa mereka beruntung. Sedangkan di belahan dunia lain, ada orang-orang yang setiap hari kelaparan dan ditimpa penyakit yang mengerikan. Apakah kedua orang tua kaya ini akan bersyukur di atas dasar realita hidup yang mengerikan di belahan dunia lain.
Setiap orang tidak akan pernah bersyukur, di atas penderitaan yang mereka lihat, lalu mereka melihat fakta hidup mereka. Sebagai manusia yang benar-benar menginginkan kesempurnaan hidup, ketenangan jiwa, kehidupan yang dipuaskan secara rohani dan jasmani, dan kerinduan yang mendalam akan makna hidup. Akan terus mengeluhkan kehidupan ini, karena di belahan dunia lain menderita. Kita yang ada di sini, akan melihat fakta dari ketidaknyamanan hidup akan merasa, tidak ada alasan untuk bersyukur, hidupku di sini faktanya lebih menderita.
Sehingga, bersyukur atas dasar melihat orang lain lebih menderita dari hidup kita, bukanlah kebenaran, bukanlah pondasi Alkitabiah untuk bersyukur bahkan bukanlah alasan untuk dapat benar-benar bersyukur. Ini kesalahan besar yang akan membawa kita semakin tidak bersyukur, karena mengasihani diri sendiri dan fakta dunia yang mengerikan dan pada akhirnya kematian adalah bagian semua orang yang ada di dunia.
Bersyukur di atas dasar yang kita miliki
Kita diajak untuk bersyukur dengan apa yang kita miliki, dari pada memikirkan apa yang tidak kita miliki. Lebih baik bersyukur karena hari ini kita masih memiliki rumah. Bersyukur di atas dasar kepemilikan sesuatu, sama salahnya dengan bersyukur di atas dasar bahwa ada yang lebih menderita dari pada diri kita.
Karena manusia pada dasarnya, tidak diciptakan untuk hidup dan bersukacita karena memiliki apa yang dunia ini dapat berikan. Seperti pekerjaan, rumah, keluarga dan lain-lain yang seringkali menjadi alasan bahwa manusia harus hidup di dunia. Karena pada dasarnya, manusia memang hidup dan bersyukur karena ia adalah mahluk rohani yang harus dipuaskan oleh sesuatu yang sangat rohani, sesuatu yang rohani haruslah kudus, kekal dan memiliki nilai kemuliaan yang membuat manusia sangat kagum sehingga karena keindahan tersebut manusia dipuaskan.
Ketika kita diajak untuk bersyukur di atas dasar kepemilikan sesuatu, sekaya apa pun Anda, Anda tidak akan pernah puas dan bersyukur, karena semua itu adalah kesementaraan yang nyata. Dan ini sama dengan penyembahan berhala, Anda bisa saja bersyukur atas nama Tuhan karena Dia memberikan kepada Anda banyak berkat. Yang menjadi pertanyaan saya, jika Allah tidak memberikan seperti yang Anda miliki sekarang. Apakah Anda masih bersyukur.
Sehingga saya menyimpulkan, bahwa bersyukur karena segala berkat fana yang ada dan dapat dinikmati. Tidak lebih dari penyembahan berhala, kita ingin dipuaskan oleh sesuatu yang kita miliki, kita ingin bahwa hidup kita memiliki sesuatu, dan berpura-pura untuk tidak menginginkan sesuatu yang mewah untuk dimiliki karena rasanya mustahil. Sehingga penyembahan berhala kita semakin mendalam. Hati kita terpusat pada apa yang kita miliki dan bersyukur karenanya.
Bersyukur yang benar
Marilah kita kembali ke Mazmur, bagaimana kita dapat bersyukur karena kita diberikan kasih karunia untuk mengenal Dia. ketika kita membuka Alkitab kita, kita dapat merasakan dan melihat kemuliaan-Nya, kemahakuasaan-Nya, keindahan-Nya dan betapa Dia adalah Allah yang setia.
Kita bersyukur karena Allah adalah Allah yang mau datang kepada manusia untuk memperkenalkan diri-Nya dan mau berjanji bahwa Dia pasti akan menyelamatkan manusia dan membawa kita masuk ke dalam misi penyelamatan itu. Bukankah ini Injil, atas dasar kebenaran inilah kita dapat memuji Dia, bersyukur dan terus memiliki kerinduan untuk semakin mengenal Dia dan memiliki hubungan yang semakin dekat dengan-Nya.
Sekarang kita dapat benar-benar memahami dan bersyukur kepada Allah karena kita dapat mengenal Dia yang adalah setia. pada akhirnya kesetiaan Tuhan, digenapi dalam Yesus, sehingga kita hari ini disebut sebagai orang-orang Kristen, kita mengikut Yesus dan telah bertobat, berpaling dari dosa untuk mati disalibkan bersama Yesus dan menerima kehidupan yang baru bersama Yesus.
Yesus disalibkan, murka Allah atas dosa ditimpakan kepada Yesus, karena semua dosa telah ditimpakan kepada Yesus. Ini adalah Injil yang menjadi kekuatan Allah, memberikan keselamatan bagi siapa saja yang percaya kepada Yesus, Dia adalah Tuhan karena kegenapan dari kasih Allah ada pada diri Yesus yang telah dibangkitkan.
Di dalam Yesus kita dapat benar-benar mengerti bahwa diri kita adalah milik Allah, Dialah yang menciptakan Dia dan oleh Dia saja kita dapat hidup. Dan kepuasan, kenikmatan dan keindahan kemuliaan yang bagi kita dari-Nya. Hanya kita dapatkan melalui hubungan yang intim, mengenal Dia dan kuasa kabangkitan Yesus, kuasa Injil hati yang terpaut pada-Nya dan merasakan kasih karunia-Nya.
Allah yang menciptakan manusia, Dia adalah setia, karena Dia tidak bisa dan tidak akan pernah mengingkari apa yang Dia janjikan. Marilah kita datang kepada Alkitab kita untuk semakin mengenal Allah dan di hari-hari kita, kita dapat merenungkan Dia, mengingat sifat-Nya, kebaikan-Nya, kemurahan-Nya dan kemahakuasaan-Nya. Karena kita mengenal Allah dengan benar, kita bersyukur kepada Allah karena Dialah Allah yang telah memperkenalkan diri-Nya melalui Yesus yang telah disalibkan dan bangkit dari kematian.
Untuk menutup artikel ini, saya mengajak Anda berdoa dan merenungkan kembali Mazmur 100:5 (TB) “Sebab TUHAN itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun-temurun.” Amin terpujilah Allah sampai selama-lamanya.
Posting Komentar untuk "Renungan Mazmur 100:1-5 Bersyukurlah Kepada TUHAN"
Silahkan Berkomentar