Kedua Pasang Mata Melihat Kabut Kelam
Memandang sekeliling, akan terpaan badai kematian
Badai kehidupan yang tidak memberikan ampun
Melangkah dalam cambukan kesakitan jiwa
Kelamnya kehidupan ditutup kabut
Kabut ketiadaan harapan, jantung yang berdebar
Seolah tak akan lagi berdetak
Melihat kebohongan dari indahnya kilauan dunia
Kelam……… dalam tikaman kawan
Penghianat jiwa, penghianat akan diri dan perasaan dan pikiran
Diri sendiri yang menghancurkan
Ketenangan yang seharusnya ada, dalam taman yang indah
Dengan segala ketersediaan cinta dan kebutuhan
Namun kesempurnaan untuk memilih
Menjadi Tuhan atau ciptaan
Membawa pada tulang belulangan kering
Yang mengelilingi pikiran
Mata yang diterangi oleh kabut kebinasaan
Tidak akan menemukan kepuasan
Jiwa manusia yang terhempas oleh ombak
Mengalirkan darah kematian menabrak karang
Oooooooooooo inilah awal dari segala jenis kesakitan yang ada dalam dunia
Inilah awal dari ciptaan menjadi tuhan
Ia mati, dia menjadi tidak lebih dari ulat yang menjijikkan
Hancur tanpa sisa, yang ada hanya perang, keserakahan, dendam, dan benci
Wahai kawan tidakkah kau sadar bahwa dirimu dikelilingi oleh tulang
Tulang yang akan menjadi abu, tidak adanya harapan ini
Membuat hati benar-benar sakit
Bukan hanya sakit, tapi seperti hancur ditimpa oleh palu
Perjalanan yang terus dilanjutkan, yang dipandang hanyalah kematian
Harapan, motivasi, moralitas, kebijaksanaan hanyalah kebohongan
Untuk mencapai sebuah makna dalam kehidupan
Berjalan mencari kabar baik, tidak akan pernah menemukan
Tidak adakah kabar yang baik?
Tidak adakah harapan akan datang?
Tapi masih ada, karena kabar itu datang sampai ke ujung dunia
Ada kuasa yang dilimpahkan kepada orang pilihan
Roh yang berkuasa membangkitkan jiwa
Melihat paku yang menancap pada kaki dan tangan
Melihat darah yang mengalir, daging yang pecah
Wajah yang serupa dengan ulat yang menjijikkan
Seseorang yang tergantung
Disebuah tiang, dipermalukan
Seakan ia merasakan semua keluhan hati
Yang telah dipuisikan
Dia merasakan semua itu
Dia tahu apa itu sakit?
Ia merasakan apa itu hati yang bergetar ketakutan
Karena tidak ada harapan, untuk dapat lari dari cawan kesakitan
Cawan yang akan ditumpahkan kepada-Nya
Cawan yang harusnya diterima oleh aku dan kamu
Tapi dia menerimanya, jangan bodoh jika kamu mengira kamu terlalu berharga
Dia yang berharga, Dia yang mulia, Dia yang benar
Bukan kamu dan aku, tidakkah kamu mau menyadari hal ini
Mengembalikan sukacita yang hilang sejak nenek moyang
Memulihkan hati yang hancur
Aliran darah, oleh karena daging yang diremukkan
Memulihkan hubungan, menyadarkan bahwa aku dan kamu adalah ciptaan
Ciptaan yang harus tunduk pada Dia, Sang Pencipta
Ciptaan yang harus memuliakan Dia
Maka inilah Injil, akan selalu mengoyak hatimu yang sombong
Akan selalu mematikan dosamu yang merajalela
Akan selalu mengabarkan bahwa Yesus telah menang atas maut
Yesus talah bangkit
Kubur telah kosong
Dia menyediakan tempat bagi kita
Di kekekalan yang mulia
Kita diajak untuk bertobat.
Saudaraku mari bawa hati dan pikiran kita
Bergetar memikirkan dan merasakan Injil sejati dalam Yesus
Sehingga hidupmu tidak cinta pada daging yang kembali kepada debu
Tapi kamu sadar bahwa ada jiwa yang kekal
Dan untuk itu Yesus hadir dan membawa aku dan kamu kepada pertobatan
Terimakasih telah membaca puisinya sampai selesai, saudaraku yang seiman maupun yang tidak seiman. Aku harap melalui puisi ini, menyadarkan kita akan akar dari semua kebobrokan dunia ini (Anda dan saya) adalah dosa.
Maka kita sangat membutuhkan Yesus. Bukan hanya membutuhkan, sadarilah bahwa kehidupan ini adalah Kristus, karena hidup tanpa Yesus sama dengan kematian kekal baik daging maupun jiwa.
Karena dosa adalah kematian kekal, hanya Yesuslah kebangkitan dan hidup, jika ingin kehidupan maka mintalah anugerah-Nya dengan sungguh.
Roh Kudus menyatakan Injil kepada diri kita setiap hari, membawa kita kepada damai sejahtera Injil Yesus Kristus. AMIN
Posting Komentar untuk "Kedua Pasang Mata Melihat Kabut Kelam"
Silahkan Berkomentar