Renungan Khotbah Tentang Menantikan TUHAN
Mazmur 130:5 (TB) Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya.
Kita ada di dunia yang telah jatuh ke dalam dosa, yang terus membawa pada penderitaan, apa pun keputusan yang kita ambil. Semua keputusan itu memiliki resiko untuk membawa kita pada rasa yang tidak nyaman yaitu penderitaan. Tetapi apakah kita siap dengan semua kenyataan yang ada, bahwa dunia di mana kita berada saat ini. Memang tempatnya manusia-manusia menderita berdasarkan konteks kehidupannya masing-masing.
Inilah yang terjadi di hidup kita, inilah yang menjadi fakta yang seharusnya kita sadari dan membuat kita tidak terkejut. Dengan apa yang akan terjadi pada kehidupan kita, kita seharusnya tidak terkejut jika penderitaan yang menekan jiwa kita benar-benar terjadi. Kita tidak perlu terkejut jika seolah-olah kita ada di dalam jurang maut. Tetapi kepada siapa kita berharap dan berseru-seru dalam doa inilah yang sangat penting (Mazmur 130:1-2).
Adakah kehidupan ini terlalu mempesona kita, kita seringkali terjebak dalam pemikiran bahwa kebahagiaan dalam hidup ini. Akan terus terjadi di hidup kita, bahwa semua yang baik seperti yang kita harapkan itulah realitasnya. Namun pada faktanya realitas yang ada adalah kehidupan kita yang kapan saja bisa masuk ke dalam penderitaan yang begitu berat. Masalah hidup tidak akan kunjung henti.
Namun, kita ada di dalam dunia ini, bukan untuk terus memikirkan masalah dan mencari penyelesaian masalah tersebut. Inilah yang akan kita renungkan, bahwa kita dipanggil untuk hidup di dalam Kristus dengan sebuah misi, menemukan kehendak Tuhan atas hidup dan melakukan kehendak itu menjadi tujuan hidup kita di dunia ini.
Kebutuhan terbesar kita akan TUHAN
Jurang maut sangatlah nyata dalam hidup ini, kita setiap hari adalah orang berdosa yang layak binasa. Adakah yang benar dapat dipertahankan di dalam diri kita yang fana saat ini, tentu sangat jelas tidak ada. Kita tidak benar, kita pendosa, kita setiap hari dengan hati kita melakukan kesalahan. Semakin dalam kita melihat diri, semakin kita melihat setiap kekurangan diri kita.
Inilah yang dapat pahami sekarang, mengapa kebutuhan terbesar kita adalah TUHAN. Alkitab memberitahukan kita adalah ciptaan Allah, kita diciptakan untuk diri-Nya sendiri. Dosa pemberontakan kita terhadap diri-Nya memisahkan kita dari Allah, keterpisahan ini membinasakan kita, menjadikan kita orang-orang yang berjalan berdasarkan keinginan sendiri.
Hanya oleh kasih karunia saja kita dibebaskan dari dosa, Yesus adalah Allah manusia sempurna yang telah disalibkan. Menerima dosa dan kutuk dosa kita, Dia yang menerima murka Allah, Dia yang kudus dan benar. menjadi pendosa, semua yang ada pada kita yang najis ditimpakan kepada Kristus.
Kini kita tahu, kebutuhan akan Tuhan hanya dapat terpenuhi di dalam Kristus. Sehingga kita dapat berseru-seru kepada Kristus untuk bertobat dari dosa, membenci dosa yang memperbudak kita dan membawa diri kita yang dikuduskan oleh darah Kristus untuk mengenal Allah dan melihat kasih-Nya dan kita dipenuhkan di dalam Dia untuk memuji kemuliaan-Nya. Inilah perjalanan menuju jiwa yang menantikan Tuhan.
Melalui Injil inilah kita dapat merenungkan yang ada di Mazmur 130:3-4. Di mana Allah kita adalah Dia yang membenci dosa, namun pada saat yang sama kasih karunia melimpah-limpah di dalam Dia, sehingga Ia mengaruniakan Yesus Kristus, agar kita yang sekarang mendengar Injil, merenungkan Injil dan hidup untuk berpusat pada Injil. Dibenarkan, dilepaskan dari dosa, hidup untuk Allah dan dimenangkan atas perbudakan dosa.
Mazmur 130:3-4 (TB) Jika Engkau, ya Tuhan, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang.
Ada kasih karunia yang mengampuni kita, ketika kita bertobat. Ada belas kasih yang melihat kita adalah budak dosa yang binasa. Di mana kita diselamatkan dari dosa untuk hidup menemukan bahwa Tuhanlah kebutuhan terbesar kita, yang dapat memberikan kita kepuasan sejati di dalam kekudusan dan melakukan kehendak-Nya. Kita ini buatan Allah, diciptakan di dalam Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, menjadi seperti Kristus.
Inilah yang seharusnya kita nantikan, yaitu kehidupan yang dipuaskan secara utuh di dalam Yesus. Kita mungkin saat ini tidak menemukan kepuasan itu, kita saat ini mungkin sedang ada di kondisi hidup yang tidak sedang baik-baik saja. Namun kita tahu, hanya berseru kepada Allah, bertobat dan menantikan pertolongan-Nya. Kita mendapatkan ketenangan jiwa, kehidupan yang penuh dan aman.
Menantikan Tuhan, seperti yang dijelaskan oleh Wisaksono S. P, melalui postingan FB. Menantikan TUHAN bukan berarti;
- Menantikan Tuhan bukan berarti kemalasan.
- Menantikan Tuhan bukanlah dampak kurangnya iman.
- Menantikan Tuhan bukan berarti berhenti bekerja.
- Menantikan Tuhan bukan berarti keputusasaan.
- Menantikan Tuhan adalah sebuah jaminan yang sungguh-sungguh membuat kita tenang karena mengetahui bahwa Dia melakukan semua hal dengan sempurna sesuai dengan rencana dan waktu-Nya.
Jadi menantikan Tuhan, tetap bekerja, melakukan apa yang dapat kita lakukan. Seperti melihat terus ke dalam diri, untuk mematikan dosa dan hidup saleh di hadapan Allah. Sebab sukacita tanpa kekudusan adalah kematian yang mengerikan. Kekudusan kita dapatkan dari Kristus, inilah yang harus kita perjuangkan. Yaitu semakin mengenal Kristus, di masa-masa krisis hidup. Kiranya Roh Kudus memampukan kita.
Menantikan Tuhan, tempat di mana kita semakin bertumbuh dalam iman. Hanya Allah saja kini yang dapat kita percaya. Ini melegakan, di dalam dunia yang memang tidak ada yang dapat dipercaya, ketika semakin mengenal Allah, kita dapat semakin berpacaya, bahwa kehendak-Nya, penyertaan-Nya dan kuasanya yang terbaik untuk kita. Yang artinya, diri-Nyalah yang menjadi bagian kita setiap hari. Dan ini melegakan.
Semakin menemukan, bahwa kita hidup untuk menjadi berkat. Bekerja-bekerja untuk memberkati orang lain. Setiap pekerjaan kita, berguna, bermanfaat. Saya suka menulis, pekerjaan saya menulis dan melalui menulis saya memberikan manfaat bagi orang lain. Menantikan Tuhan, berarti mengerikan apa yang Ia percayakan kepada kita untuk kita kerjakan. Ini adalah karunia yang Dia berikan. Masa kelam bisa saja membuat kita bingung, namun bukan berarti kita berhenti, baiklah kita semakin berserah kepada Dia dan terus bekerja.
Yesaya 40:31 (TB) tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.
Tidak ada rasa putus asa, di dalam kasih karunia, selalu ada Roh Kudus, selalu ada aliran air yang dapat kita alirkan di dalam jiwa. Inilah kasih karunia. Menantikan Tuhan bukanlah berdiam diri, melainkan berpikir, berserah dan tetap bersemangat. meskipun pada dasarnya, realita di hadapan kita benar-benar menyakitkan, menekan dan menjadikan kita tidak berdaya secara fisik. Namun, Roh Kudus di dalam kita, kawan yang setia dan mengerti kita setiap hari. Tidak ada kepuasan di dalam TUHAN, selalu baru dan selalu ada harapan di dalam kasih karunia.
Menantikan Tuhan, haruslah tertuju pada Injil, dan merenungkan kehidupan Kristus, kematian Kristus dan kebangkitan Kristus. Inilah pusat dari penantian kita, bahwa Allah saja di dalam Kristus saja yang dapat diharapkan. Untuk memberitakan Kristus saja bagi kemuliaan Kristus saja.
Soli Deo Gloria
Posting Komentar untuk "Renungan Khotbah Tentang Menantikan TUHAN"
Silahkan Berkomentar