Renungan Khotbah Natal 2022; Panggilan Untuk Merenungkan Kristus
1. Memaknai Natal Bulan Natal Bulan Desember 2022
Umat Kristen sedang berada di dalam masa-masa menyambut natal. Natal bagi kita adalah mengenang kembali akan sebuah peristiwa yang sudah terjadi 2000 tahun yang lalu, dimana lahirnya seorang Putra Allah, namanya Yesus Kristus.
Peristiwa dimana Allah di dalam kemahakuasaan-Nya mengutus Anak-Nya untuk datang dan menjadi sama seperti manusia, yang mengerti akan kelemahan manusia. Mengerti akan hati manusia, yang bukan Allah tidak bisa mengerti dan mengenal kelemahan manusia dengan cara menjadi lemah Ia punya tujuan yang lebih mulia, yaitu membawa manusia kembali ke takhta Allah, membawa manusia kembali ke persekutuan yang indah dengan Allah. Persekutuan yang sudah tidak dapat dirajut kembali karena dosa. Kecuali Allah sendiri yang datang untuk mengundang pendosa dan menguduskan pendosa sehingga hidup dalam pertobatan yang sejati.
Dosa membuat manusia menjauh bahkan memilih jalan-Nya sendiri. Dosa membuat manusia menjadi tuhan palsu atas dirinya sendiri. Dosa membuat manusia menyembah ciptaan lainnya dan mereka semakin terperosok dalam lembah kelam. Sebentar lagi kita akan memasuki peristiwa yang Maha Agung itu, peristiwa yang mulia, peristiwa yang mestinya disambut bukan dengan hal-hal meriah bentukan dunia, bukan dengan atribut-atribut dunia tetapi dengan hati yang berkobar-kobar dan kerinduan untuk mengenal bahkan bertumbuh ke arah Sang Putra itu (Yesus Kristus).
Benar kata nats yang mengatakan bahwa “serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” jika kita memperhatikan ayat ini dan melihat kembali kepada peristiwa penciptaan, serigala dan burung diciptakan olehnya dengan berfirman.
Sedangkan ketika Allah menciptakan manusia Ia merajutnya dengan tangan-Nya sendiri artinya Ia menganggap begitu berharganya manusia melebihi ciptaan-Nya yang lain, tapi Anak Manusia yang adalah penebus itu tidak memiliki tempat di hati manusia. Ciptaan-Nya telah terpaut dan mengisi hati mereka dengan yang hal yang lain kefanaan dunia ini.
Peristiwa natal harusnya menjadi titik balik di mana kita membuka hati dan mengijinkan Sang Putra ada di hati kita, mengubah hidup kita dan memerdekan kita dari hal-hal yang mengikat Anda dan saya. Natal seharusnya bukan disambut dengan hal-hal lahiriah bentukan dunia tetapi natal harusnya lahir dari hati.
Hati yang penuh penyerahan diri, hati yang mengakui keberdosaan kita dan hati yang mengijinkan Kristus bertahta dan diam di dalamnya. 2022 tahun yang lalu orang-orang dari timur telah membawa apa yang mereka anggap terbaik menurut mereka, apa yang mereka miliki dan nilainya sangat mahal.
Hari ini apa yang kita miliki apa yang kita anggap terbaik dan apa yang kita anggap begitu mahal sehingga kita susah untuk melepasnya? Hidup kita, ya hidup kita. Hidup kitalah yang seharusnya menjadi persembahan yang sesungguhnya untuk Kristus, tidak ada yang lain.
Paulus menangkap baik apa yang harus ia persembahkan kepada Kristus dengan berkata “namun aku hidup tetapi bukan aku sendiri yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam aku dan hidupku yang ku hidupi sekarang di dalam daging adalah hidup oleh iman dalam anak Allah yang telah mengasihi aku menyerahkan dirinya untuk aku.
Apa yang akan kita persembahkan kepada-Nya di tahun ini?
________________________
2. Renungan Natal Untuk Kita
Merenungkan Tentang Natal_ Ketika saya terdiam melihat diri saya yang kumal pada waktu bangun dari tidur, terduduk merenung. Melihat diri sendiri yang adalah orang berdosa, ada begitu banyak kegagalan kecil dan besar terjadi dalam kehidupan saya.
Ketika saya merasa diri saya adalah yang terbaik, pemikiran semacam ini secara alami hadir karena diri sendiri ingin yang terbaik. Dan inilah kegagalan diri, inilah pemberontakan diri saya terhadap Sang Pencipta.
Karena tersadar, dosa bukanlah tentang saya membuat sesuatu yang sangat jahat, seperti kriminal. Dosa adalah saya, saya yang merupakan keturunan Adam, Daud menuliskan, “sejak dalam kandungan ibuku aku sudah berdosa.”
Pada bulan Desember 2020 lalu, awal baru perjalanan saya menjadi seorang penulis blog. Bulan, tahun pandemi covid. Dunia yang diciptakan terlihat perlahan tapi pasti akan hancur oleh tuanya zaman ini, kehidupan berjalan seperti biasa. Namun pernahkah kita sadar bahwa kehidupan ini fana?
Pernahkan kita memandang natal sebagai tanda dari kematian? Natal sebagai tanda dari tetes darah yang membebaskan kita dari dosa, dari perbudakan yang membelenggu. Tapi natal akan sangat tidak berdampak dan biasa-biasa saja jika kita masih memandang diri kita adalah orang bijak, baik, pandai, dan terus meremehkan segala sesuatu sehingga kehidupan yang dipandang semuanya tentang bagaimana saya yang mulia ini dapat menikmati kehidupan di dunia di luar Kristus.
Ketika saya merenungkan natal, hal pertama yang saya ingat adalah masa kecil adalah lilin, lalu setelah selesai ibadah natal bersama jemaat. Makan bersama dengan berbagai jenis hidangan. Makan babi kecap, sayur Nangka muda dengan ayam dimasak santan. Dan banyak lagi makanan yang dihidangkan, jika Anda orang Dayak Bentian, Benuaq mungkin makanan yang bernama "Tumpi" tidaklah asing, itulah natal yang saya ingat.
Kini umur saya 22 tahun (2020 ketika saya menulis artikel ini), saya diajak oleh Alkitab yang akan menjadi dasar renungan natal kita, dan ketika saya mengingat salah satu bagian kitab Yesaya. Mungkin akan banyak orang yang menyukai kata Imanuel yang berarti Allah menyertai kita (dalam kitab Yesaya), ya, saya suka kata itu.
Tapi mari kita renungkan bagian ini, saya teringat ketika Yesaya menulis, “Ia menderita kesakitan, Ia dihina, dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan. Ia sangat menderita sehingga orang menutup mukanya terhadap Dia dan bagi Anda dan saya Dia tidak masuk hitungan.”
Namun yang harus kita tahu dan mengerti bahwa penyakit (dosa) kitalah yang ditanggun-Nya, dan sengsara akibat pemberontakan kitalah yang dipikul-Nya. Padahal kita memandang orang yang demikian kena tulah ditindas Allah.
Inilah natal bagi saya, menyingkapkan kejahatan hati saya dan menyatakan kasih terbesar, terindah, terbaik sepanjang sejarah umat manusia. Natal tahun 2020 ini, saya akan memaknainya dengan dua poin penting dengan memandang tetap pada dasar yang benar yaitu Alkitab adalah INJIL.
1. Cinta pertama kita membawa kepada kefanaan
Mungkin Anda bertanya, siapa cinta pertama kita? Cinta pertama manusia tidak lain adalah dirinya sendiri, dosa yang mengikat dan memperbudak. Ketika kita mulai bisa berpikir, hal utama yang kita sukai dan rasakan adalah betapa diri kita layak menerima semua hal yang ada dalam dunia ini.
Betapa kita berusaha untuk menikmati segala hal dalam dunia ini, jika dunia berbicara “sembahlah aku! Maka kamu akan mendapatkan yang kamu mau yaitu menikmatiku” Saya yakin akan begitu banyak orang yang menyembah kepalsuan yang dunia ini berikan.
Bahkan dunia yang tidak berbicara apa-apa, manusia mencintainya, manusia secara sadar dan tidak sadar memuja keindahan dan kemolekan dunia ini, dan tidak memandang Sang pencipta.
Kita suka membalas, kita bahkan lebih suka melihat orang lain merasakan rasa sakit. Cinta pertama kita adalah dosa, dosa pemberontakan terhadap Allah. Kita ingin diri kita menjadi allah, kita suka kebebasan yang merupakan perbudakan atas diri kita.
Bahkan ketika kita melakukan kebaikan, hal itu tidak lain untuk menunjukan betapa pantasnya kita dikasihi oleh dunia. Kita melakukan segala cara untuk diterima dunia, bekerja keras, berusaha sebaik mungkin menjadi orang yang ramah tidak melakukan kejahatan. Sehingga dengan mudah kita menyalahkan kejahatan orang.
Sepanjang teks Alkitab, jika kita perhatikan dan membacanya dengan cermat. Bahkan memandang Alkitab sebagai kabar baik, Injil. Maka kita akan mengerti bahwa Alkitab sedang menceritakan diri kita yang lemah, hancur, tidak berdaya, bahkan gagal, dan terus berjalan kepada kebinasaan.
Pada akhirnya cinta pertama kita adalah diri sendiri, dosa, dunia, dan segala hal kefaan yang membawa kita pada rasa kosong, frustasi dan segala jenis kehidupan yang selalu merasa bahwa diri adalah korban. Memang Anda dan saya korban dari kebodohan kita sendiri yang dipenuhi kebijaksaan berdasarkan diri sendiri yang ingin menjadi allah atas diri sendiri yang bukan untuk itu kita diciptakan. Korban perbudakan kebebasan palsu yang mengikat.
Pada poin ke dua mari setelah kita mengetahui betapa gagal dan tidak ada harapannya diri kita, kita memandang kepada Sang Injil, Bayi natal yang lahir memberikan pengharapan bagi dunia.
2. Natal Adalah kematian untuk kehidupan kekal
Kelahiran dalam kesederhanaan bahkan dipandang hina, dalam kandang domba, Ia dilahirkan. Ia lahir mengosongkan diri mengambil rupa sebagai hamba. Hal ini mengajari kita untuk tidak lagi menjadi orang yang luar biasa di mata manusia dan dunia namun hidup untuk tunduk kepada Kristus saja. Ketika kita percaya bahwa kita pendosa yang binasa dan harus bertobat.
Lahir untuk diremukkan, lahir sudah pasti untuk dihina, diludahi, dan dihindari orang. Ia tidak dianggap oleh ciptaan-Nya sendiri. Hal ini menunjukan kepada Anda dan saya, natal adalah kematian. Natal adalah darah yang akan tercurah untuk membebaskan kita dari murka Allah, kita sang pendosa besar.
Yang menjadi pertanyaan sekarang untuk Anda dan saya. Kita adalah orang yang tahu Yesus, kita mengenal Dia. Tapi sudahkah cerita natal, cerita salib membuat hati kita bergetar dan menyadarkan kita untuk bertobat dan mempunyai penyerahan diri kepada Ketuhanan Yesus. Sehingga setiap tindakan kita bukan lagi berdasarkan baik menurut kita tetapi atas dasar janji Allah, atas dasar pergumulan yang cukup melelahkan.
Saudaraku, kita begitu gampang mengambil keputusan yang berdasarkan nafsu kita. Marilah kita sekarang tidak lagi demikian. Melainkan, jadi siapa yang ada dalam Yesus ia adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu sesungguhnya yang baru sudah datang. Kehidupan lama kita dimatikan bersama dengan kematian Yesus, kita juga harusnya mati dan bangkit bersama Yesus dalam kehidupan baru. Inilah kelahiran baru. Tidak lagi hidup berdasarkan nafsu, melainkan janji Allah yang ada di Alkitab, berdasarkan Injil Yesus Kristus.
Kata Yesus kepada Nikodimus, “sesungguhnya jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah.” Tidak ada persekutuan sejati yang memberikan sukacita. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak Tunggal-Nya supaya Anda dan saya lepas dari perbudakan dosa, dari penyembahan yang salah yaitu menyembah hal fana.
Kematian kita atas dosa, sehingga kita hidup dalam Yesus dan setiap saat menerima tuntunan Roh Kudus, Injil bagi diri sendiri setiap hari. Inilah natal bagi saya yaitu penyingkapan cinta pertama yang membawa kepada kebinasaan, dan kematian untuk kehidupan kekal. Bagaimana dengan kamu?
Kira Allah yang adalah sumber rahmat menyingkapkan kepada Anda natal dengan sudut padang yang akan menyegarkan jiwa dan semakin menikmati Yesus setiap saat. AMIN
Ayat Alkitab yang saya renungkan :
Mazmur 51:2 TB. Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakan, dalam dosa aku dikandung ibuku.
Yesaya 7: 14 TB. Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.
Yesaya 53: 3- TB. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. (Anda bisa membuka Alkitab Anda dan renungkan perikop ini)
Matius 1:23 TB. "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel " - yang berarti: Allah menyertai kita.
Roma 3:23 TB. Karena semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah.
1 Korintus 5:17 TB. Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu sesungguhnya yang baru sudah datang.
Quotes Natal; Dari Para Tokoh yang Menjadikan Kita Semakin Mengenal Yesus
Saya sangat suka kutipan, saya suka membagikan kutipan yang membawa saya lebih lagi mengenal Yesus. Di dalam artikel kali ini, saya berbagi, kutipan natal yang memberikan pengertian. Dan meneguhkan bahwa Yesus adalah Tuhan yang menyelamatkan kita dari dosa, membebaskan kita dari perbudakan, dosa dan betapa melalui setiap kutipan yang ada di dalam artikel ini. Nama TUHAN saja dimuliakan.
Apa yang kita butuhkan. Betapa saya berterimakasih bahwa Allah menjadi manusia, dia tidak memilih menjadi manusia syaraf besi; yang tidak akan banyak menolong orang lemah seperti anda dan saya. - C.C. lewis, ”letters of C. S. Lewis”.
Bersukacitalah, engkau yang terhilang, juruselamatmu datang mencari dan menyelamatkanmu. Bersukacitalah, engkau yang ada dipenjara, sebab ia datang untuk membebaskanmu. Engkau yang sangat lapar ........ , bersukacitalah bahwa ia telah menyucikan bagimu betlehem, ..... Dan ia telah menjadi roti hidup untuk jiwamu. Bersukacitalah, orang berdosa dimana saja, sebab pemulih yang terbuang, juruselamat yang jatuh telah lahir. - C.H. Spurgeon, "joy born at bethlehem"
Dari bawah keatas. Kekristenan yang benar …… tidak dimulai dari atas, .... Ia dimulai dari bawah. Anda harus lari dan mulai dari palungan dan …. Memeluk bayi itu dilenganmu, dan pandanglah dia - lahir, dibesarkan, dan masuk kedalam kehidupan manusia, mengajar, mati dan bangkit kembali diatas semua langit dan mempunyai kuasa dan otoritas atas segala sesuatu. - Martin Luther, "lectures on galatians"
Dengarkan! Lihatlah bayi di palungan. Bukankah ia ini yang mengguntur di surga membuat para malaikat menurunkan sayap mereka? Ya, akan tetapi ia mengosongkan dirinya agar dapat memenuhi kita. - Guerric Of Igny, ”liturgical sermons”.
Inginkah melihat kerendah-hatian Tuhan? Lihatlah di palungan dan pandanglah dia terbaring disitu. Sesungguhnya inilah tuhan kita. Kita melihat seorang bayi, tapi sesungguhnya ialah yang berkata "bukankah aku yang memenuhi langit dan bumi?" kita melihat seorang bayi yang dibungkus dalam kain bedung. Akan tetapi bukankah ia ini seorang yang berpakaiankan kemuliaan cahaya yang tidak terhampiri yang indah?. - Christianity Today.
Inkarnasi adalah janji allah menjadi seorang yang komit turut serta dengan kita dalam kehidupan kita, impian kita, dan kerinduan kita. - W. Paul Jones, ”teaching the dead bird to sing”.
Keajaiban yang sangat mengherankan. Natal bagi jutaan orang hanyalah "masa libur" - terutama di barat. Apakah kita kita telah kehilangan rasa takjub akan keajaiban natal? Mengapa, karena sesungguhnya natal adalah keajaiban yang paling sangat mengherankan yang dapat menyita perhatian dan pikiran manusia - bahwa pencipta alam semesta yang tak terbatas harus masuk kedalam kehidupan kita manusia, dan menjadi seperti kita manusia, lahir sebagai bayi dari seorang ibu manusia! - J. Sidlow Baxter, "awake, my heart"
Kerendahan Allah yang menyelamatkan. Natal menuntut iman, sebab natal adalah misteri. Nalar kita tidak akan berhasil dalam mencoba mengerti bagamana allah dapat mengasihi kita begitu dalam. Para gembala telah memberikan suatu tanda. Mereka akan menemukannya dalam palungan. Disana bayi yesus dibaringkan .... Tanda kesangat-papaan dan kerendahan Allah. Hal seperti itu suatu hal yang sukar dimengerti dengan akal kita. Hal itu mengajarkan kepada kita untuk menyambut pesan kristus, penebus ilahi, bahwa nalar harus menjadi nomor dua. Hanya kerendahan, yang mencair dalam penyerahan dalam penyembahan, dapat memahami dan menyambut kerendahan allah yang menyelamatkan. – Paus John Paul Ii, "draw near to god"
Ketika yesus lahir, suara allah menjadi daging dan tinggal diantara kita. Dan apa yang dikatakan oleh suara tersebut, "hiburkan, hiburkanlah umatku". Pengiburan bahwa murka allah telah berlalu ….. Penghiburan bahwa bapa surgawi kita mempunyai kasih sayang pada kita dalam kelemahan kita ..... Penghiburan bahwa dosa kita diampuni dan "dilemparkan ..... Ke dalam tubir-tubir laut" (mika 7:10) - John Piper, "looking for the consolation of israel"
Makna inkarnasi. Anak allah menjadi manusia membuat kita dapat menjadi anak-anak allah. - C.S. Lewis, ”mere christianity”.
Natal bukanlah suatu waktu atau hari-hari istimewa, akan tetapi suatu sikap hati. Membagi damai dan kehendak baik, melimpah dalam belas kasihan, adalah mempunyai semangat natal yang sungguh. Kalau kita memiliki hal ini, disanalah lahir kristus dalam diri kita dan melalui kita akan bersinar sebuah bintang yang mengirimkan pancaran harapan kepada dunia - Calvin Coolidge (1872-1933), presiden american, pesan natal president 25 desember 1927).
Natal sesungguhnya telah menjadi salah kaprah yang membingungkan. Kerendahan dan kepapaan palungan telah digantikan dengan beri-memberi hadiah yang cenderung mementingkan diri sendiri. Keheningan betlehem digantikan dengan kegaduhan shopping mall. Kesederhaan inkarnasi digantikan dengan pesta. Kelap-kelip lampu warna warni seolah-olah mempunyai hubungan dengan bintang betlehem. - John F. Macarthur Jr., "the incarnation of the triune god
Pemberian yang sempurna. Siapa yang dapat menambahkan sesuatu pada natal? Motif yang sempurna dimana allah begitu mengasihi dunia. Pemberian yang sempurna dimana dia memberikan anaknya sendiri. Yang dibutuhkan hanyalah percaya pada-nya. Pahala iman kepada-nya adalah bahwa anda akan mendapat hidup yang kekal. -Corrie Ten Boom, "each new day"
Semua umat manusia mempunyai sebuah tempat, dan tuhan kita yang lahir di bumi tidak mempunyai tempat. Dia tidak menemukan tempat diantara manusia ............. Kecuali sebuah palungan, diantara binatang .......... Dan juga diantara mereka yang sederhana dan tulus. Itu sebabnya tuhan kita mengatakan dalam injil "serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi anak manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-nya." - Christianity Today
Tidak ada damai tanpa bayi. Masalah kita adalah kita menginginkan damai tanpa raja damai. - Addison Leitch, christianity today.
Posting Komentar untuk "Renungan Khotbah Natal 2022; Panggilan Untuk Merenungkan Kristus"
Silahkan Berkomentar