Refleksi Tentang Penderitaan Kristus
Kutipan Langsung Dari Buku “7 perkataan Salib”
Saya sangat bersyukur dapat membaca buku yang membuat hati saya bergetar karena dibuat mengerti arti kehidupan saya yang berdosa. Setiap kali melihat bait demi bait dari buku ini. Air mata yang tidak terbendung. Betapa berdosanya saya, dan betapa seriusnya hukuman dosa saya.
Terimakasih kepada Pendeta Stephen Tong, yang sudah membayangkan dan mengajari saya bagaimana cara membayangkan Sang Injil penebus dosa. Melalui tulisan beliaulah, cara pandang saya saat membaca Alkitab sangat diubahkan.
Tentunya saya yakin beliau diurapi oleh Roh kudus, dan saya yakin setiap bait dalam buku yang saya kutip kali ini adalah pernyataan nyata dari Roh Kudus. Agar umat Tuhan sadar betapa seriusnya kita harus melawan setiap dosa dalam diri (baik itu perbuatan baik tidak berdasar Injil dan berbuatan jahat, egois, dan tidak mengasihi) dengan cara hanya memandang kepada Karya keselamatan.
Saya tidak tahu mau berapa bagian yang akan saya kutip dari buku “7 Perkataan salib” Selamat membaca dan merenungkan. Tuhan kiranya mengaruniakan kasih dan kepekaan kepada Anda untuk menikmati setiap kasih Yesus melalui bacaan ini. Saya sarankan Anda untuk membeli bukunya secara langsung agar Anda tahu apa yang saya nikmati secara langsung.
Anda siap mari kita mulai.
Perkataan Salib Lukas 23:26-34 TB, “Ya, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.”
Kristus adalah Firman yang menjadi daging. Maka dengan mulut manusia dan bahasa manusia, Ia mulai mencetuskan perkataan-perkataan yang kekal kepada manusia. Firman itu berfirman di dalam dunia dengan bahasa manusia. Hal. 3
Jikalau Tuhan masih mau berkata-kata, biarlah kita menyediakan hati yang lembut, rela dan taat untuk menerima perkataan-Nya, meskipun perkataan-Nya tidak selalu menyenangkan kita. Karena Firman itulah yang menghidupkan kita! “manusia hidup bukan hanya dari roti melainkan dari Firman yang diucapkan dari mulut Allah” (Matius 4:4) Hal. 4
Tuhan yang tidak berkata apa-apa dipukul, dicambuk, diadili dengan kejam dan ganas, dan disuruh memikul kayu salib yang berat dan kasar. Waktu Dia memikul salib, Alkitab tidak mengatakan Dia berteriak, bersungut-sungut, atau mengatakan perkataan apapun juga. Alkitab mengatakan tentang Dia di dalam Yesaya: “lihatlah Hamba-Ku yang tidak berteriak di tengah jalan, lihatlah Hamba-Ku yang tidak kecewa dan tidak putus asa, Ia tidak memasyurkan nama-Nya sendiri di hadapan orang banyak. Ia tidak membesar-besarkan diri di hadapan umum. Dia begitu tenang, seperti domba yang dibawa ketempat penyembelihan” (Yesaya 53:13-53) Hal. 4-5
Namun Dia tetap tenang dengan segala kerelaan, karena kasih Allah dinyatakan secara nyata bagi Anda dan saya di dalam diri-Nya. Pada waktu Kristus sudah dipaku, Alkitab juga tidak mengatakan bahwa paku itu membuat Dia berteriak. Padahal pada waktu paku itu masuk kekulit dengan hantaman martil, daging, menembus syaraf kecil, dan tulang, hal itu sangatlah menyakitkan. Hal. 5
Setetes demi setetes darah keluar dari tubuh-Nya yang terpecah bagi Anda dan saya. Darah yang mahal, darah yang kudus, darah anak Domba yang tidak bercacat, sekarang mulai mengalir! Tubuh yang diremukkan itu membuka jalan baru bagi Anda dan saya menuju kepada Bapa. Hal 5
Pada waktu Anda dioperasi oleh dokter, Anda perlu obat bius. Waktu Yesus dipaku di atas kayu salib, ia menolak pembiusan sebab cinta-Nya begitu besar. Dia mau menerima sengsara itu seratus persen sebagai manusia, mengganti manusia. Puji Tuhan! Jikalau Tuhan Yesus tidak mempunyai sifat manusia yang penuh manusia yang sejati, maka Ia tidak layak berdiri dimana tempat Anda dan saya harus dihukum Tuhan Allah. Ia berdiri sebagai manusia utuh. Dia menggantikan Anda dan saya dengan penderitaan yang Ia terima dengan segala kesadaran. Hal 6
Sekarang Yesus Kristus dipaku di atas kayu salib, dan orang-orang di bawah mendengar perkataan-Nya. Maka terdengarlah perkaraan yang pertama: “ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dalam seluruh sejarah manusia adakah perkataan yang lebih agung, lebih manis dari pada perkataan pertama Kristus di atas kayu salib ini? Jikalau ada tinjukanlah pada saya. Hal. 7
Doa syafaat Yesus disertai pengorbanan diri-Nya. Sambil berdoa bagi orang lain, sambil dirinya sendiri berkorban bagi orang yang Ia doakan. Tanpa pengorbanan diri, doa syafaat kosong. Yang keluar dari mulut Kristus ketika mengalami siksaan penderitaan bukanlah kata kebencian, bukan suara sungut-sungut, bukanlah perkataan caci maki, melainkan suatu doa yang manis: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Hal. 7
Bukankah kita sering tidak mendengarkan Firman Tuhan dengan jelas ketika dosa menguasai kita?
Paulus mengatakan bahwa jika Allah bodoh, maka kebodohan Allah jauh lebih bijaksana daripada kepandaian manusia; jika Allah itu lemah, maka kelemahan Allah itu jauh lebih perkasa dari apda kekuatan manusia (1 Korintus 1:27-29). Itu artinya paradoks. Hal. 39
Kita diselamatkan bukan karena baik, bukan karena kita beribadah, bukan pula karena kita mencintai Tuhan, melainkan karena Tuhan mencintai kita dengan anugerah yang cuma-cuma namun tidak ternilai. Hal. 45
“Ya Bapa ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dari sinilah titik tolak timbulnya cinta kasih paling agung yang keluar dari sumber itu sendiri kedalam sejarah manusia. Di luar Yesus tidak ada sumber kasih yang boleh dibandingkan dengannya, yang menjadi sumber kasih yang murni dan mutlak sejati. Hal. 49
Orang-orang Kristen yang belum mengenal arti salib dan Golgolta sering menjadi seperti Yohanes dan Yakobus yang meminta kedudukan yang tinggi dalam gereja, bahkan jika perlu menggunakan kekerasan dan senjata untuk mencapai kekuasaan. Hal. 73
Keringat-Nya bercampur dengan darah. Kesakitan yang dideritan-Nya tidak bisa ditahan oleh orang biasa, tetapi Kristus tetap tenang. Setelah tiga jam berada di tengah terik matahari maka terjadilah satu hal yang ajaib, suatu benda besar yang dinyatakam dari langit. Satu kegelapan yang besar menudungi daerah itu. Hal. 78
Darah Yesus adalah obat bagi penyakit mematikan kita yaitu dosa, dan hukum Taurat, moralitas atau perjuangan kita untuk berkenan kepada Allah adalah sebuah mikroskop yang menunjukan secara nyata betapa berdosanya Anda dan saya.
Kutipan ini hanya beberapa lembar, dan rasanya saya tidak mau berhenti menulis dan membaca, merenungkan setiap hal yang Yesus lakukan bagi saya dan umat manusia. Inilah cinta sejati, harta berharga, yang sudah menghampiri saya.
Saya harap Anda juga menikmati apa yang saya nikmati. Yaitu Roti kehidupan yang mempunyai wangi pandan menyegarkan, dan dengan tekstur yang pas sangat nyaman untuk dikunyah dan waw. Segala pujian hanya bagi Allah.
Posting Komentar untuk "Refleksi Tentang Penderitaan Kristus"
Silahkan Berkomentar