Renungan Tentang Bersyukur Buat Kasih Setia TUHAN
Jika kita ingin belajar untuk mengasihi sesama manusia, maka kita harus tahu tentang kasih Tuhan, kasih setia Tuhan. Bahkan bukan hanya tahu, haruslah kasih Allah benar-benar tertanam di dalam hati kita, ada begitu banyak ayat Alkitab tentang kasih. Kita haruslah memiliki hati yang berpusat pada Allah dan bersyukur atas kasih karunia yang melimpah, maka bertolak dari rasa syukur inilah kita dapat mengasihi.
Salah satu yang paling terkenal adalah Yohanes 3:16, namun pada artikel ini saya tidak sedang menjelaskan ayat ini.
Saya sedang mengajak Anda untuk mengenal Allah, sifat Allah yang Ia nyatakan pada saat manusia jatuh ke dalam dosa. Bagi saya, ayat Alkitab tentang kasih karunia yang Allah nyatakan untuk pertama kalinya, ada di kejadian 3 ketika Allah memanggil Adam dan Hawa. Lalu bersyukur karena telah menikmati kasih Allah.
"Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “dimanakah engkau?” Kejadian 3:9 (TB), kasih yang mencari, kasih yang mengetahui bahwa diri-Nya telah dihianati oleh ciptaan-Nya. Ini adalah adalah kasih yang TUHAN nyatakan kepada manusia yang berdosa.
Jadi pada kesempatan ini, mari kita belajar mengenal Allah yang memperkenalkan diri-Nya. Melalui Alkitab, Ia adalah Allah yang pengasih. Namun kita juga harus mengerti bahwa kita telah gagal mengasihi Allah dan diri sendiri, karena kasih kita adalah kasih terbatas dari pendosa.
Realitanya, manusia berdosa, hal ini penting untuk diketahui dan terus diingat. Karena kita akan mengerti kasih Yesus yang besar, hanya dengan kita mengerti juga secara benar dan mengakui bahwa diri kita adalah pendosa besar.
Kasih itu adalah kasih bagi manusia yang sebenarnya tidak layak untuk menerima kasih yang Alkitab tuliskan untuk kita, lalu bagaimana kita dapat layak? Pertanyaan ini akan saya jelaskan pada poin yang ketiga, yaitu kenyataan kasih Allah yang tidak seperti manusia inginkan dan pikirkan.
Dasar dari artikel kali ini, saya ambil dari Ratapan 3, saya akan menjabarkan 3 poin. Pertama, ratapan Yeremia ketika penderitaan menikam hati dan pikiran. Kedua, penderitaan adalah buah dari dunia yang berdosa. Tiga, kenyataan kasih yang tidak seperti yang dipikirkan oleh manusia.
Inti dari tiga poin di atas adalah injil Yesus Kristus, sebagai puncak dari pernyataan kasih Allah kepada umat manusia. Dan inilah yang Allah nyatakan melalui Alkitab, inilah inti dari kabar yang harus terus didengar dan diingat. Bahkan tertanam di hati setiap kita sebagai orang percaya. Roh Kudus kiranya, menyertai tulisan ini dan Anda yang membacanya.
1. Ketika adanya penderitaan, ratapan Yeremia
Kitab Ratapan ditulis oleh Yeremia, berisi Ratapan ketika melihat kehancuran Yerusalem. Maka kita dapat melihat kedalaman dari kesedihan ini pada ayat-ayat di bawah ini, lalu mari kita pikirkan. Apakah Allah yang mengijinkan semua ini benar-benar pengasih.
Ratapan 3:1-12 (TB)
- Akulah orang yang melihat sengsara disebabkan cambuk murka-Nya.
- Ia menghalau dan membawa aku ke dalam kegelapan yang tidak ada terangnya.
- Sesungguhnya, aku dipukul-Nya berulang-ulang dengan tangan-Nya sepanjang hari.
- Ia menyusutkan dagingku dan kulitku, tulang-tulangku dipatahkan-Nya.
- Ia mendirikan tembok sekelilingku, mengelilingi aku dengan kesedihan dan kesusahan.
- Ia menempatkan aku di dalam gelap seperti orang yang sudah lama mati.
- Ia menutup segala jalan ke luar bagiku, Ia mengikat aku dengan rantai yang berat.
- Walaupun aku memanggil-manggil dan berteriak minta tolong, tak didengarkan-Nya doaku.
- Ia merintangi jalan-jalanku dengan batu pahat, dan menjadikannya tidak terlalui.
- Laksana beruang Ia menghadang aku, laksana singa dalam tempat persembunyian.
- Ia membelokkan jalan-jalanku, merobek-robek aku dan membuat aku tertegun.
- Ia membidikkan panah-Nya, menjadikan aku sasaran anak panah.
Saudaraku, ketika membaca ayat di atas, saya terbayang akan kehidupan yang samasekali tidak mendapatkan kasih seperti yang jiwa ini rindukan, kehidupan yang menyedihkan dengan hati yang merana.
Dalam gelap yang teramat sangat, Ratapan Yeremia ini menunjukkan kepada Anda dan saya kegelapan yang sangat merusak pikiran dan hati, mental yang hancur karena melihat kenyataan kehancuran yang ada di hadapan.
Masih adakah harapan? Masihkah Allah mengasihi bangsa pilihan-Nya? Masihkah Dia layak dikatakan Allah yang setia? Inilah gambaran dari hati saya ketika saya sedang merenungkan untuk berada di posisi Yeremia.
Namun kata kunci dari segala kesedihan Yeremia, ada pada ayat satu. Penyebab dari kesedihan ini, bukanlah karena satu hal yang kebetulan atau karena kehebatan bangsa yang menghancurkan Yerusalem. Hal ini disengaja oleh Dia yang katanya baik berdasarkan definisi kita yang liar.
Allah yang Anda dan saya anggap baik, lemah lembut, penuh kasih, menuruti semua yang kita inginkan. Asalkan memiliki kepercayaan kalau Dia mau atau bisa melakukan seperti apa yang kita inginkan dan minta. Ternyata itu hanyalah allah palsu hasil ciptaan kita, allah palsu yang kita harapkan untuk memenuhi keinginan hati kita yang liar dan penuh dosa.
Setidaknya melalui ayat di atas, saya harap Anda dapat melihat Allah yang Alkitab tuliskan, Allah yang memperkenalkan diri-Nya. Dibalik itu semua ada harapan yang Allah sedang nyatakan.
Dia adalah Allah yang tidak sama seperti yang kita ciptakan melalui pikiran kita, Ia Allah yang tidak bisa kita kendalikan, walau dengan kepercayaan yang luar biasa dari. Jika itu bukan yang Ia inginkan, tidak akan Ia lakukan. Sebab Dia Allah, Dia pencipta dan Ia tahu kehendak Dia untuk kemuliaan-Nya.
Dia tidak sama seperti yang para pendeta khotbahkan saat berkata. Ketika Anda berharap lebih kuat bahkan, jika iman Anda besar, maka Anda akan mendapatkan semua yang Anda inginkan. Ini adalah janji yang dipenuhi kebohongan. Ini bukan kasih yang Alkitab beritahukan.
Maka untuk lebih dalam mengerti murka kudus ini, kita masuk pada poin yang ke-2, untuk memperjelas lagi Ratapan 3:1.
2. Penderitaan adalah buah dari dunia yang telah jatuh dalam dosa
Jika Anda mempelajari, kitab Raja-raja, kitab Tawarikh, maka Anda akan mengerti mengapa semua penderitaan yang diratapi oleh Yeremia terjadi.
Saya akan jelaskan secara singkat, jadi begini pada kitab Tawarikh menceritakan kehidupan raja-raja setelah Salomo meninggal, bahkan kerajaan Israel terpecah menjadi dunia. Maka Yeremia hidup pada masa raja-raja ini, Anda dapat perhatikan ketika membaca kita Tawarikh.
Bahwa ada raja yang tidak menyembah Allah, mereka menyembah berhala. Ada yang mempersembahkan anaknya sebagai korban bagi dewa. Anda dapat membacanya di 2 Raja-raja 16:1-3.
Saya ingin menegaskan bahwa penderitaan yang Yeremia alami adalah buah dari dosa. Dosa tidak dapat terhindarkan, dosa bukan saja menjauhkan Anda dan saya dari Allah tetapi dosa juga membuat Allah murka.
Suatu hal yang wajar jika pemilik hidup, mengijinkan semua kehancuran atas Yerusalem yang telah menjadi gudang penyembahan berhala dibakar. Ketika saya merenungkan, hati yang hancur ini, saya tidak mampu membayangkan sebuah kehancuran itu lebih dalam lagi.
Rasanya saya ingin membawa Anda kepada pengertian yang indah sesuai dengan judul artikel ini, yaitu tentang kasih setia Tuhan yang tidak berkesudahan. Dan kita dapat terus bersyukur karenanya.
3. Kasih yang meneguhkan pengharapan di luar pemikiran manusia
Mustahil rasanya untuk dapat berpikir sesuatu hal yang baik, jika di hadapan mata yang ada hanya reruntuhan akibat perang. Tetapi kalimat mustahil yang lahir dari pikiran saya ini tidak berlaku bagi Yeremia sih hamba yang setia dan menderita meratap.
Ketika ratapan yang Yeremia kumandangkan dari ayat 1 sebagai alasan dari kehancuran, sampai ayat 20 sebagai ratapan. Kita dapat lihat satu realita kehidupan yang gila saya rasa, Yeremia melihat keindahan Allah. Yeremia mengajari kita berharap pada Allah.
Yeremia sangat-sangat mengerti bahwa Allah seperti apa yang Ia sembah. Ini adalah satu perjalan menuju Injil, ketika kita tahu manusia telah berdosa maka kita melihat kehancuran. Tetapi ketika Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia, kita mendapatkan pengharapan.
Selalu saja kabar baik itu diawali oleh kabar buruk yang dunia berikan kepada Anda dan saya. Untuk lebih dalam lagi saya harap Anda merenungkan ayat di bawah ini secara pribadi. Untuk melihat secara nyata keindahan Allah yang menjadi sumber harapan kita.
Allah yang pengasih, bahkan cara Ia mengasihi tidak seperti kasih yang kita pikirkan berdasarkan keterbatasan kita, ini adalah kasih setia TUHAN dinyatakan melalui alkitab tidak bersudahan.
Ratapan 3:21-32 (TB)
- Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap.
- Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!
- "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.
- TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia.
- Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.
- Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya.
- Biarlah ia duduk sendirian dan berdiam diri kalau TUHAN membebankannya.
- Biarlah ia merebahkan diri dengan mukanya dalam debu, mungkin ada harapan.
- Biarlah ia memberikan pipi kepada yang menamparnya, biarlah ia kenyang dengan cercaan.
- Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan mengucilkan.
- Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya.
Pada akhirnya kabar baik Yeremia renungkan, ditengah hati yang sesak, ia mengingat akan kesetiaan Allah. Saudaraku pada akhirnya harapan Anda dan saya, kasih setia Allah secara nyata. Ia beritahukan melalui berita Injil.
Injil adalah tentang Yesus yang disalibkan itu, Yesus yang menerima semua hukuman dosa kita, ditimpakan kepada-Nya cawan murka Allah yang mengerikan. Yesus yang telah bangkit, kubur yang telah kosong dan Yesus yang telah naik ke sorga. Inilah sumber pengharapan kita Yesus adalah definisi dari kasih setia TUHAN.
Jika bukan Yesus yang dikabarkan untuk menyatakan kasih setia TUHAN dinyatakan, melalui alkitab tidak berkesudahan. Sia-sialah sebuah berita, maka itu hanyalah motivasi dan himbauan untuk melakukan ini dan itu.
Saudaraku, di dalam Yesus kita akan mengerti dosa. Bahkan perbuatan terbaik pun jika secara benar kita memandang kepada Injil, hal itu tetaplah dipengaruhi oleh keberdosaan kita. Maka untuk masuk ke dalam kehidupan Kristen sejati yang dapat melihat kebesaran kasih karunia Yesus Kristus.
Kita merenungkan secara pribadi dan mari lihat kedalam hati kita dan bertobat. Ratapan 3: 40-41 (TB)
- Marilah kita menyelidiki dan memeriksa hidup kita, dan berpaling kepada TUHAN.
- Marilah kita mengangkat hati dan tangan kita kepada Allah di sorga: Kami telah mendurhaka dan memberontak, Engkau tidak mengampuni. (Maksud dari Allah tidak mengampuni, karena pada waktu itu Yeremia telah melihat murka Allah. Karena pada waktunya akan ada di mana tidak aka nada lagi kesempatan untuk bertobat)
Sungguh Yeremia telah mendapatkan pelajaran yang berharga dan menikmati Allah melalui kejadian yang ada dihadapan-Nya. Ia melihat kasih setia Tuhan, bahkan kita sekarang dapat mengerti sekarang bahwa kasih setia itu digenapi di dalam Yesus Kristus TUHAN kita.
Marilah berdasarkan Mazmur 138:1 (TB) Dari Daud. Aku hendak bersyukur kepada-Mu dengan segenap hatiku, di hadapan para allah aku akan bermazmur bagi-Mu. Kita bersyukur kepada Tuhan, kita memiliki Dia yang setia, mengasihi kita dengan kasih yang kekal dan indah, Dia yang tidak pernah berubah sampai selama-lamanya.
Kiranya Allah Roh Kudus membukakan kepada kita secara jelas sifat pengasih dari Allah dan damai sejahtera dari Tuhan kita Yesus Kristus menyertai kita. AMIN
Posting Komentar untuk "Renungan Tentang Bersyukur Buat Kasih Setia TUHAN"
Silahkan Berkomentar