Renungan Pengkhotbah 2:24 Pada Akhirnya Inilah Hidup
Ayat Alkitab Pangkhotbah 2:24
Judu Renungan: Pada Akhirnya Inilah Hidup
Pengkhotbah 2:24 (TB) Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa ini pun dari tangan Allah.
Ketika pertamakali saya membaca cerita hidup Salomo, ini adalah kehidupan yang diinginkan semua manusia. Baik itu di masa terdahulu dan di masa modern saat ini, kehidupan yang benar-benar menikmati semua kekayaan dunia pada masanya dan ia secara langsung mendapatkan hikmat dari TUHAN, setelah mendapatkan hikmat Salomo mendapatkan kekayaan.
Setalah saya membawa cerita Salomo, seketika saya langsung berdoa, untuk mendapatkan hikmat seperti Salomo. Dengan tujuan saya juga dapat hidup bergelimangan harta.
Ketika anda dibawa untuk mempelajari kehidupan Salomo, penerapan yang umum melalui kehidupan Salomo. Berdoalah mintalah hikmat dari Tuhan, ini baik, ini benar, dan tidak ada yang salah dari penerapan ini. Tapi, mari kita belajar keseluruhan kehidupan Salomo dan merenungkan apa yang pada akhirnya sangat penting untuk diminta.
Melalui Kitab Pengkhotbah, seharusnya kita menyadari bahwa hikmat yang seringkali dibanggakan oleh kita sebagai manusia. Pada akhirnya, Salomo yang telah menikmati hikmat yang melimpah ini, berkata bahwa hikmat yang Ia miliki adalah ‘sia-sia.’
Salomo menuliskan kitab Pengkhotbah, tidak sedang berada pada masa sulit secara harta dan kekayaan. Justru ia sedang ada di masa tua yang bergelimangan harta. Tetapi mengapa ia menuliskan bahwa semua itu sia-sia. lalu apa yang tidak sia-sia dalam kehidupan ini, jika hikmat dan harta yang kita pikir dapat memberikan makna sejati dalam hidup. Tetapi sia-sia, lalu apa yang tidak sia-sia.
Jika kehidupan yang memiliki kekayaan dan hikmat sia-sia. bagaimana mungkin kehidupan miskin dan bodoh tidak sia-sia. Maka tidak ada alasan bagi anda yang membaca artikel ini, bermalas-malasan bekerja dan belajar agar tidak kaya dan tidak berhikmat.
Hikmat pada dasarnya didapatkan dari belajar, menganalisis, membaca buku, berpikir kritis. Sedangkan harta, didapatkan dari bekerja keras, melalui hikmat yang kita dapatkan, ketika diterapkan dalam bekerja, maka kita akan menghasilkan sesuatu untuk diri kita dan orang-orang yang menerima manfaat dari apa yang kita kerjakan. Tapi pada akhirnya semua itu sia-sia.
Mengapa kerja keras kita sia-sia, mengapa semua hal yang ditimbun di dalam dunia ini pada akhirnya sia-sia. Mari kita pikirkan ini dan renungkan ini. Alkitab, melalui Khotbah Salomo sangat indah menunjukkan kepada kita cara berpikir yang benar tentang dunia ini.
Pada akhirnya, kita akan meninggalkan dunia ini, baik itu orang bodoh, orang berhikmat, orang kaya, orang miskin dan orang-orang yang hidup cukup. Pada akhirnya akan kembali menjadi tanah, ini adalah fakta yang seharusnya anda dan saya pikirkan sebaik-baiknya.
Bukan agar kita menjadi malas, lalu berkata segala sesuatunya tidak bermakna. Dan bukan juga agar kita hidup hanya untuk diri sendiri lalu menikmati dunia. Tetapi mari kita belajar, dan memikirkan kembali kesenangan sejati yang kita bisa dapatkan dari dunia yang sudah ada di dalam kutuk dosa saat ini.
Setelah Salomo menjelaskan, secara terperinci, dari ayat 1-23, tentang alasan mengapa hidup sangat sia-sia. Pada ayat 24, ia mengalihkan perhatian kita pada sesuatu yang tidak sia-sia. dan pada akhirnya inilah itu yang dapat kita nikmat dalam Kesia-siaan hidup. Yaitu: ‘makan, minum, dan bersenang-senang dari jerih payahnya.’
Ini adalah bagian paling penting, yang Salomo ingin sampaikan kepada pembaca pada sepanjang masa, pada kita hari ini. Bahwa kesenangan sejati hanya berasal dari Allah. Salomo melanjutkan, ‘Aku menyadari bahwa ini pun dari tangan Allah.’
Saudaraku, kita memerlukan kesadaran bahwa baik itu makan, minum dan bersenang-senang sesuai dengan kesenangan yang ada di dalam diri kita. Saya senang ketika menulis dan membaca, saya senang jiwa saya dapat berjalan di alam bebas, saya senang ketika saya dapat mengobrol bersama orang-orang yang mengenal saya dengan baik dan saya mengenal ia dengan baik. Saya senang ketika saya berolahraga, saya senang ketika berpikir tentang apa yang harus saya kerjakan berikutnya. Ini adalah kesenangan diri saya, selain dari makan dan minum.
Tetapi, marilah kita menyadari bahwa semua ini berasal dari Allah, ketika kita melupakan Dia, maka kesenangan ini. Akan kembali menjadi sia-sia. Kita akan lebih dalam lagi untuk menyadari bahwa semua yang dapat kita nikmat dari Allah, sehingga kita mendapatkan kesimpulan ‘pada akhirnya inilah hidup.’
Untuk mendapatkan keindahan dari teks yang telah kita renungkan. Maka kita tidak akan dapat memisahkan teks Pengkhotbah 2:24, dari Injil Yesus Kristus, ketika ini dipisahkan, maka tulisan ini akan sangat cacat dan tidak membawa anda pada pusat dari kehidupan sejati. Pusat hidup kita adalah Yesus Kristus.
Yesus menunjukkan kepada kita, kehidupan yang sejati, kehidupan yang taat kepada Allah dan Dia bebas bahkan ketika kematian paling mengerikan menimpa-Nya. Ia menerima sampai pada akhirnya Dia benar-benar mati. Ini adalah penderitaan, tetapi narasi Alkitab dengan jelas, memberikan kita penjelasan bahwa penyaliban Yesus adalah kabar baik, ini pusat dari berita Injil sebelum Dia dibangkitkan.
Semua yang dapat dinikmati, ketika itu, kita arahkan pada kehendak Allah, ketika Allah sendiri menjadi pusat dari tujuan dari apa yang dapat kita nikmati. Ketika Allah menjadi pusat, maka semua itu tidak akan sia-sia. Inilah yang harus kita ingat, Injil Yesus Kristus, untuk dapat hidup berpusat pada Allah. Kita hidup untuk melayani Dia dan menikmati kemuliaan-Nya.
"Doa yang seharusnya kita minta kepada Allah, yaitu terus berdoa untuk menjadi serupa dengan Yesus saja. Apapun resikonya, berdoalah untuk hidup kita diarahkan, didik dan dibawa untuk semakin seperti Yesus."
Kita adalah orang berdosa, di dalam dunia yang berdosa, sangat gampang bagi kita untuk tidak berpusat pada Allah, kita melupakan Dia dan kita tidak menginginkan Dia. Maka dari itu, kita harus menyadari, bahwa Allah haruslah ada di dalam hati dan pikiran kita, melalui saat teduh kita, melalui persekutuan kita, melalui doa-doa kita.
Yesus, telah menerima dosa dan hukuman dosa kita, inilah Injil Dia telah memberikan kepada kita yaitu kehidupan yang tidak sia-sia. Ketika kita percaya, berserah dan taat pada kehendak-Nya. Salomo, hidup dalam hikmat Allah, memiliki kekayaan yang itu sudah pasti berasal dari Allah, ia hidup dalam Kesia-siaan. Karena ia pada masa mudanya melupakan Allah, ia menyembah berhala yang dibawa oleh isteri-isterinya.
Injil, membawa kita kembali kepada Allah, ini adalah panggilan untuk bertobat, untuk melepaskan diri dari berhala dan hidup untuk menyembah Allah. Sehingga apa pun yang kita kerjakan itu bertujuan untuk kemuliaan Allah, kita disertai oleh Roh Kudus, kita dibawa untuk selalu melihat pada Yesus yang disalibkan dan bangkit dari kematian.
Dialah harapan kita, yang menyelamatkan kita dari diri kita yang menginginkan segala sesuatu yang sia-sia, yang kita anggap berharga, padahal itu perbudakan dosa. Di dalam Kristus, kita beroleh hidup yang sejati, sehingga kita dapat menyimpulkan inilah hidup kita sekarang. Kita makan dan minum dengan hati yang melimpah oleh kasih Kristus, kita melakukan kesenangan untuk membawa orang-orang kepada Kristus.
Sebab kesenangan kita di dalam Kristus adalah firman, kita mempelajari Alkitab, kita bersekutu dengan komunitas kita, dan kita hidup untuk memancarkan kemuliaan Allah bagi dunia yang sampai hari kematian kita masih ada dalam Kesia-siaan akibat dosa.
Bapa yang baik, terimakasih telah memberikan kepada kami Injil-Mu, membawa kami ke dalam anugerah yang melimpah dan memuaskan. Terimakasih telah mengingatkan kami bahwa di luar Yesus kami tidak dapat berbuat apa-apa, kami hanya tersesat di dalam dunia ini. Tuhan segala kemuliaan dan pujian hanya bagi-Mu, baiklah hidup kami selalu berpusat pada-Mu dan mampukan kami menikmati kemuliaan-Mu hidup untuk melakukan kehendak-Mu saja. Dalam nama Yesus, amin.
Posting Komentar untuk " Renungan Pengkhotbah 2:24 Pada Akhirnya Inilah Hidup"
Silahkan Berkomentar