Renungan Matius 6:11-13 Kecukupan dan Pengampunan
Ayat Alkitab Matius 6:11-13
Judul Renungan: Kecukupan dan Pengampunan
Matius 6:11-13 (TB) Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari segala yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. AMIN]
Lanjutan dari ayat-ayat sebelumnya, doa Bapa kami mengajarkan kepada kita tentang doa yang menyatakan kemuliaan Allah. Yesus mengajarkan kepada kita, bagaimana doa seharusnya menjadikan kita semakin mengenal Bapa yang adalah penguasa langit dan bumi, bahkan penguasa hidup Anda dan saya secara mutlak.
Doa yang berpusat pada kemuliaan Allah, hal ini memberikan pengertian bagi kita, bahwa kehidupan kita memang bertujuan untuk memuliakan Allah. Maka ketika manusia tidak memuliakan Allah, kehidupannya rusak. Kehidupan yang kacau dan hancur, tidak heran dalam dunia saat ini yang kita tinggali begitu banyak kejahatan.
Orang Farisi yang menjadi contoh, Yesus menyatakan kepada para murid bahwa ahli-ahli kitab Yahudi. Mereka merupakan orang-orang yang rajin berdoa, hafal kitab-kitab PL, namun mereka tidak memuliakan Allah. Kehidupan mereka tanpa belas kasihan, mereka sombong, mereka merasa bahwa diri mereka dengan segala pengetahuan, ritual rohaninyalah yang menyelamatkan mereka.
Hari ini jika Anda seorang anak teologi, jika Anda seorang hamba Allah, jika Anda seorang majelis, jika Anda orang biasa seperti saya. Siapapun Anda, mari lihat kedalaman hati kita, doa yang bagaimana yang kita ucapkan selama ini, doa-doa yang seperti apa yang menjadi pusat dari hati kita. Apakah diri kita, atau kemuliaan Kristus, pekabaran Injil dan Allah saja yang kita muliakan melalui doa kita.
Kita begitu gampang mengatakan bahwa orang farisi merupakan orang jahat, yaa mereka jahat. Tapi orang farisi merupakan gambaran mutlak dari diri Anda dan saya yang berdosa.
Kita yang seringkali mencintai diri sendiri, hidup dalam lingkungan agamawi kita dengan segala kerohanian kita, lalu kita merasa bahwa diri kita memang pantas diselamatkan. Kita harus bertobat!!!
Ada panggilan dari Yesus dalam ucapan doa-doa yang tertulis pada ayat 11-13. Saya membaginya ke dalam 2 poin. Saya harap Anda merenungkan hal ini dan sadar bahwa doa bukanlah tombol ajaib agar Anda menjadi Kristen kerdil yang tidak bertumbuh, Kristen yang berpusat pada diri sendiri.
1. Doa yang mengajarkan kepada kita tentang kecukupan.
2. Doa yang mengajarkan kepada kita tentang pengampunan.
Pada salam penutup saya, ajakan untuk memandang kepada Kristus dan bertobat.
Mungkin Anda bertanya pada saya, mengapa tidak tiga poin? Bukankah Ada 3 poin yaitu poin ketiga, “janganlah membawa kami kedalam pencobaan tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat.” Saya melihat teks ini, merupakan kesimpulan dari 2 poin saya.
Kita akan membahasnya pada poin salam penutup. Kita harus melihat definisi kejahatan seperti apa yang harusnya kita mohonkan untuk Allah membebaskan dari kita? Pencobaan seperti apa? Maka mari kita masuk pada poin yang pertama.
Doa Yang Yesus Ajarkan adalah Tentang Kecukupan dan Pengampunan
1. Doa yang mengajarkan kepada kita tentang kecukupan
Injil palsu akan selalu mengajarkan kepada Anda akar dari keserakahan, para hamba setan bertopeng hamba Allah. Mereka adalah hamba perutnya sendiri. Pengajaran mereka akan selalu menyerukan. “Beri perpuluhan maka kamu akan dibalas berlipatganda.”
Saudaraku marilah kita belajar Alkitab dengan benar, belajar dengan hanya memandang kepada kehidupan Kristus, kematian Kristus, kebangkitan Kristus, dan kenaikan Kristus. Belajar untuk melihat kehidupan kita dari sudut pandang Injil, bukan tentang kita, bukan tentang kepenuhan harta duniawi sehingga kita dapat lebih lagi menikmati dunia ini.
Begitu banyak pengajaran, baik melalui artikel, melalui video bertebaran di sosial media, dimana pengajaran itu hanya berpusat pada hal-hal dunia, berpusat pada kehidupan yang berkelimpahan, berpusat pada pemulihan dari masalah, berpusat pada kehidupan yang harus berbuat baik. Bukan pada Injil Yesus Kristus dan pemuridan Yesus.
Pengajaran yang menginginkan agar Allah memberkati, memulihkan, dan memberikan yang terbaik menurut ukuran kita. Ini kacau, ini sesat, ajaran seperti ini tidak sama seperti yang Yesus ajar. Melalui doa Bapa kami kita akan belajar arti dari kepenuhan di dalam Kristus dan permohonan yang dipuaskan hanya oleh kasih Allah. Bukan Ajaran yang menjadikan Kristen-kristen kerdil, Kristen yang tidak dewasa. Bahkan lebih baik mereka tidak disebut pengikut Yesus.
Mari saudaraku renungkan kata ini, “Berikanlah pada hari ini makanan kami yang secukupnya.” Yesus sedang mengajarkan kepada kita untuk hidup, cukup, menikmati apa yang seharusnya kita nikmati.
Jauhkankah dari padaku kecurangan dan kebohongan. Janganlah berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan. Biarkanlah aku menikmati makanan yang menjadi bagianku. Amsal 30 : 8 (TB)
Dalam konteks ini, makanan secara hurufiah memiliki arti roti, karena pada zaman Yesus roti merupakan kebutuhan pokok untuk jasmani. Maka mari kita cukupkan diri tidak rakus. Hidup meminta kebutuhan jasmani secukupnya saja kepada Allah.
Namun kita tidak akan mengerti, tidak akan melakukan hal ini, jika kita tidak pernah menikmati roti sejati dari sorga. Kita tidak akan pernah merasa cukup jika kita tidak mendapatkan Kristus yang menjadi pemuas jiwa kita. Maka selanjutnya kita masuk pada poin yang kedua untuk mengerti lebih jelas lagi.
Bagaimana ketidakpuasan kita, dimana kecenderungan hati kita selalu saja serakah dalam doa-doa kita, maka kita akan belajar tentang pengampunan. Berdoa meminta pengampunan dari Allah.
2. Doa yang mengajarkan kepada kita tentang pengampunan
Pada bagian ini, kita dibawa oleh Yesus tentang, bagaimana doa merupakan aktifitas dimana kita mengakui dosa-dosa kita di hadapan Allah. Kita mengakui bahwa kita adalah orang berdosa, orang yang sebenarnya tidak layak untuk menerima kasih anugerah.
Doa ini meminta pengampunan kepada Allah. Saudara pengampunan dosa hanya ada dalam Kristus, ketika kita memandang kepada salib Yesus, disanalah semua dosa-dosa kita ditimpakan kepada-Nya.
Dia yang benar, menjadi tidak benar, dia yang kudus dan mulia, dia yang melakukan semua apa yang Allah kehendaki atas hidup manusia. Yesus adalah satu-satunya manusia yang tidak pernah menyakiti hati Allah. Selama hidup-Nya secara sempurna Ia melakukan kehendak Allah atas hidup-Nya.
Namun Allah memandang Dia sebagai pendosa besar ketika Ia disalibkan sehingga Yesus berteriak “Allah-Ku Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku” agar semua kebenaran, semua kemuliaan, semua yang ada pada Kristus, kesempurnaan-Nya. Ditimpakan kepada Anda dan saya agar kita menjadi anak-anak Allah.
Ini adalah kabar baik bagi kita yang tidak berpengharapan dalam hidup ini, bahwa yang sebenarnya kita butuhkan, kerinduan jiwa kita adalah pengampunan dosa.
Sehingga kita layak untuk berkata “Allah Bapa ampuni dosa-dosaku, sama seperti aku sudah mengampuni orang lain yang bersalah padaku.” Kasih Kristus memuaskan kehidupan kita, kasih Kristus mengubahkan kehidupan kita dari yang tidak berbelas kasihan, menjadi penuh kasih karena kasih Yesus ada dalam diri kita.
Roh Kudus yang memampukan Anda dan saya dapat mengampuni orang lain, kita justru bersedih, karena kita sadar benar ketika seseorang masih hidup dalam dosa. Ia tidak lebih dari kematian dan kebinasaan ketika ia tidak bertobat.
Maka dari itu mari kita doakan orang-orang seperti ini, agar bertemu Kristus dan ditangkap oleh Kristus sehingga diselamatkan. Agar hatinya tidak berkeras tetapi mau menerima Injil dari Roh Kudus.
Allah memampukan kita untuk terus menyuarakan Injil. Dan berdoa untuk kemajuan Injil, kemajuan pemberitaan Injil bagi segala bangsa, berdoa bagi orang-orang yang menyerahkan diri mereka untuk pekabaran Injil.
Hubungan poin satu dan poin dua
Pada poin yang pertama, kita diajari tentang doa yang berkecukupan, doa yang tidak serakah. Maka pada poin yang kedua inilah rahasianya. Ketika kita menerima kasih karunia, Injil bukan mengubah perbuatan. Injil mengubahkan hati kita, inilah yang dinamakan kelahiran baru, hati yang diubahkan.
Salah satu ciri seseorang yang sudah lahir baru, ia akan selalu memiliki kerinduan untuk mencari Kristus dan kehendak-Nya, ia akan selalu mencari kepuasan hanya dari persekutuan-Nya dengan Kristus. Melalui saat teduh dan doa.
Maka pada titik ini, jika Anda sudah lahir baru Anda akan dimampukan untuk tidak serakah saat berdoa, Anda tidak akan memusatkan doa Anda pada kerakusan.
Tapi sama seperti yang dituliskan dalam Amsal 30 : 9 (TB) Supaya, kalau aku kenyang, aku tidak menyangkal-Mu dan berkata: Siapa Tuhan itu? Atau, kalau aku miskin, aku tidak mencuri, dan mencemarkan nama Allah.
Amsal memberikan kepada kita gambaran indah tentang hati seseorang yang puas dengan Allah, seseorang yang mencintai Yesus dengan benar. Maka bagaimana dengan kita sudahkah kita lahir baru?
Sudahkan hidup kita bukan kita lagi tetapi Yesus yang hidup dalam kita? Sudahkah kita memiliki hidup yaitu memiliki Anak? Sebab barangsiapa memiliki Anak Ia memiliki hidup. Sudahkah kita ada dalam Yesus? Menjadi ciptaan baru yang lama sudah berlalu yang baru sudah datang.
Baru disini adalah hati yang diubahkan menjadi sama dengan kerinduan Kristus dan pikiran Kristus dalam proses kehidupan dari pertobatan sampai mati. Dalam proses ini Kristen sejati akan memiliki gaya hidup yang bertobat dan memiliki kerinduan untuk selalu menyuarakan Injil, merenungkan Injil, dan menulis tentang Injil.
Jika Anda tidak ada kerinduan yang demikian maka bertanyalah pad diri Anda, ada apa? kenapa? mungkin saja Anda sedang mencintai berhala. hal ini dapat terlihat dari doa dan apa yang mengikat pikiran Anda. Silahkan direnungkan!!!
Sehingga dalam doa kita berfokus pada memuliakan Allah, kecukupan dalam hal kebutuhan jasmani tidak serakah, dan meminta pengampunan dosa setiap saat.
Penutup, ajakan untuk memandang kepada Kristus dan bertobat
“Janganlah membawa kami dalam pencobaan tetapi bebaskanlah kami dari segala yang jahat.” Saya mencoba mencari bahasa asli dari kata “yang jahat” pada konteks ayat di atas?
Pencobaan dan kejahatan di sini berbicara tentang dosa, isi hati kita yang memiliki kecenderungan untuk melakukan dosa. Pencobaan yang paling menakutkan adalah pencobaan akan dosa, dimana begitu gampangnya kita jatuh dalam dosa.
Dosa adalah kematian, dosa bukan berbicara tentang jika berbuat baik Anda tidak berdosa, jika berbuat jahat Anda berdosa. Bukan itu, intinya dosa dalam Kekristenan adalah natur kita, maka ketika natur ini di berikan kepada kejahatan, maka ia akan dengan senang melakukan kejahatan. Inilah dosa.
Pencobaan seperti inilah yang harus kita doakan kepada Allah, agar kita dijauhkan, dimampukan untuk bebas dan memang atas tindakan berdosa baik itu berbuatan jahat yang berkata bahwa diri tidak munafik maupun berbuatan baik dalama kemunafikan kita, tindakan yang baik, agamawipun dalam segala jenis ritual yang kita kira itu yang menyelamatkan kita, merupakan tindakan yang lahir dari dalam diri yang berdosa.
Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaumaum dan mencari orang yang dapat ditelannya. 1 Petrus 5:8 (TB) Kapan saja ia siap menerkam kita, menyeret kita dengan penuh kebencian dan membawa kita ke dalam kebinasaan kekal.
Tidak ada yang lebih berbahaya dari pada kejahatan iblis, orang-orang jahat, dan kecelakaan. Kata, “yang jahat” dari bahasa Yunani ponhrov poneros. Pelafalan : pon-ay-ros' memiliki arti jahat, buruk, penuh dosa; (kata benda) orang jahat; Yang Jahat (tentang Iblis); to p. hal yang jahat, kejahatan; bersalah (perasaan hati nurani); tidak sehat/tidak tajam (mata); busuk (buah); nyeri atau berbahaya (tentang luka); oftalmov p. iri hati, cemburu (Markus 7:22). Sumber : https://alkitab.sabda.org/strong.php?id=4190.
“Yang jahat” dan mengembalikan kepada diri kita sendiri, bukankah yang jahat ini, menunjukan diri kita sendiri. bukankah kita adalah orang yang jahat, orang yang suka mencobai diri sendiri dan menikmati dosa. Kita mencintai diri sendiri yang justru hal itu menghancurkan kita, membawa kita kepada kebinasaan.
Maka pelajaran penting pada kata yang jahat ini, kita seharusnya sadar kejahatan yang ada dalam diri. Kita seharuslah sadar bahwa ketika kita mencintai diri kita, ketika kita tidak mengijinkan Kristus yang mengendalikan diri kita, maka inilah kejahatan sejati itu.
Maka isi doa, lepaskanlah kami dari yang jahat. Jika saya bahasakan sendiri, Allah bebaskanlah kami dari rasa cinta kami pada diri sendiri yang jahat, Bapa jangan biarkan kami berjalan berdasarkan hikmat kami yang berdosa ini.
Tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi. Ayub 28:28. Biarlah doa-doa kita berpusat pada rasa hormat dan takut kepada Allah.
Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam sehala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Amsal 3:5-6 (TB) Doa yang percaya kepada Allah, bahwa Allah akan meluruskan jalan kita dan tidak membawa kita dalam pencobaan yaitu kejahatan diri sendiri.
Kita dengan, takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Amsal 1:7 (TB) hidup kita hanya takut dan gentar kepada Allah, kasih-Nya membuat hati kita berserah dan memberikan diri hanya kepada-Nya.
Maka marilah kita menjadi Kristen-kristen yang memiliki kehidupan yang selalu memandang kepada kemuliaan Allah. Meminta kebutuhan jasmani secukupnya. Dan meminta kehidupan rohani yang terus diperbaharui dari hari ke hari, membebaskan diri dari kejahatan diri sendiri yang sangat berdosa.
Damai sejahtera dari Yesus Kristus dan penyertaan dari Allah Roh Kudus ada untuk kita sekalian. Kita dimampukan untuk hidup hanya bagi kemuliaan Allah saja. AMIN
Posting Komentar untuk "Renungan Matius 6:11-13 Kecukupan dan Pengampunan"
Silahkan Berkomentar