Renungan 1 Yohanes 5:3-4 Melakukan Perintah Kristus
Ayat Alkitab: 1 Yohanes 5:3-4
Judul Renungan; Melakukan Perintah Kristus
1 Yohanes 5:3-4 (TB) Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat, sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah yang mengalahkan dunia: iman kita.
Inti dari Kitab 1 Yohanes adalah kasih dalam Kristus, kasih yang menjadikan persekutuan satu sama lain menjadi lebih Indah. Kehidupan yang diselimuti kasih Kristus yang telah mati disalibkan namun juga telah bangkit.
Kasih yang lahir dari Allah. Kita dapat belajar dari tulisan Yohanes tentang kasih yang sangat dalam. Kasih yang tidak akan pernah kita temukan konsepnya dari pemikiran manusia.
Pengakuan bahwa kita adalah orang yang percaya kepada Yesus, maka kita akan mendapatkan kehidupan kekal. Lalu mengapa iblis yang juga percaya kepada Yesus yang adalah Anak Allah yang hidup tidak diselamatkan.
Kita terlalu remeh menganggap bahwa kasih karunia yang gratis itu akan menjamin hidup kita sehingga kita seenaknya berlaku, hidup tanpa perubahan dan hidup semaunya dalam dunia ini. Hidup masih berdasarkan apa yang kita mau. Saudaraku, ketika seseorang masih sangat cinta pada pemberontakan, pada dosa, pada saat yang sama ia belum menerima kasih karunia.
Kita bukanlah orang-orang yang selamat, kita bukanlah orang-orang yang memiliki Roh Kudus ketika kita tidak memiliki kemampuan dan kemauan untuk taat kepada Kristus dan semua perintah-Nya. Karena tanpa Roh Kudus mustahil kita bisa mengasihi Allah.
Saudaraku janganlah anggap remeh murka Allah, Yesus Ia relakan menjadi korban yang sempurna. Bagaimana mungkin Ia juga tidak akan merelakan kita ketika kita terlalu bebal dan terlalu mencintai dosa, hidup terus-menerus dalam nafsu dunia. Allah tidak akan segan menghukum kita.
Kita hidup tanpa kasih kepada sesama, kita hidup menempatkan diri kita pada standar dunia, kita hidup bagaimana dunia memandang bahwa hal itu baik maka kita anggap itu baik.
Mengutip satu tulisan yang sangat menarik dibagikan oleh saudara saya di akun Facebooknya apa yang menjadi standar dunia, begitu sering merasuki diri kita, jika kita tidak benar dalam hal pemahaman mengasihi Allah maka akan sangat mudah standar ini kita terapkan. Yaitu standar yang dunia ini ajarkan dan perlihatkan kepada kita setiap saat.
Budaya dunia mengatakan berbahagialah mereka yang perkasa, yang kuat, yang suka pamer. Berbahagialah mereka yang tidak dikendalikan oleh tabu-tabu moral dan hal-hal etis lalu bersenang-senanglah.
Berbahagialah para manipulator yang tidak ketahuan, lintah darat, para penindas dan mereka yang berpengaruh. Berbahagialah mereka yang mengambil kebijaksanaan, mereka yang berkompromi, yang menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Oleh Richard Halverson seorang pendeta pada senat Amerika Serikat
Saya tambahkan, budaya dunia mengajarkan kita kasih yang itu untuk diri sendiri, kasih yang bahkan akan menimbulkan pertumpahan darah. Dunia mengajarkan kita kasih tanpa ketegasan, kasih yang hanya berdasarkan perasaan, kasih tanpa kebenaran.
Dunia mengajarkan kita segala hal yang berpusat pada diri sendiri, dunia mengajarkan kita untuk mengasihi diri sendiri dan hidup bagi diri sendiri. Yang pada realitanya ketika manusia mentuhankan dirinya sendiri, pada saat yang sama ia terus berjalan menuju maut.
Tidak pernah kita dapat menemukan sepanjang sejarah bahwa kehidupan orang yang mengasihi diri sendiri akan mendapatkan kebahagiaan. Ia pasti akan menimbulkan kekacuan bagi sekitar, orang terdekat, bahkan kesedihan bagi dirinya sendiri.
Sebut saja Firaun yang menantang Allah ketika Musa meminta ia membebaskan Israel dari perbudakan. Sebut saja Nebukatnezar yang menjadi gila karena memuliakan dirinya sendiri. Kita tahu karena Saul terlalu mencintai dirinya sendiri hanya karena mendengar nyayian yang memuji Daud, bahwa Daud telah membunuh musuh berlaksa-laksa musuh sedangkan Ia tidak, maka Saul berniat membunuh Daud.
Semua hal yang berpusat pada diri sendiri akan melahirkan hal-hal yang jahat, kasih manusia bukanlah kasih kudus yang tulus, kasih manusia adalah kasih yang mendasarkan kasih bahwa aku tuhan atas diriku. Dan ini semua karena kita adalah orang berdosa. Mati di dalam dosa dan terus diperbudak oleh kuasa dosa.
Maka mari kita belajar kasih yang sejati kasih yang lahir dari Allah, kasih yang dimana berpusat pada kasih kita kepada Allah karena kesadaran bahwa Allah lebih dulu mengasihi kita, kita kagum pada kasih Allah, karena kita sadar betapa berdosa, bobrok, dan matinya diri kita.
Kita sadar bahwa kasih yang selama ini kita cari adalah kasih yang seperti Yesus berikan kepada kita melalui peristiwa salib, sehingga kita mengasihi Allah.
1. Kasih karena Roh Kudus di dalam Kita
Ayat 4 paralel dengan Yohanes 14 dan seterusnya, Yesus menjelaskan kepada kita (murid-muridnya pada waktu itu), “jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.
Konteks pada ayat ini Yesus menjelaskan kepada para murid-Nya bahwa Ia akan mengirimkan kepada mereka Penolong, “Yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan diam di dalam kamu.
Kesalahan terbesar kita orang percaya ketika kita berusaha mengasihi Allah menggunakan logika, perasaan, dan kebijaksanaan. Saudaraku sadarilah kasih kepada Allah bukan berdasarkan kemampuan kita, bukan karena kita dapat mengasihi Dia.
Maka ketika seorang Kristen yang sudah mengakui Yesus Tuhan, tidak akan pernah mengikuti perintah Yesus ketika dalam dirinya tidak ada Roh Kudus. Allah Roh Kudus adalah inti dari kasih kita kepada Allah, tanpa Allah Roh Kudus kita tidak akan bisa menikmati Injil.
Tanpa Roh Kebenaran kita hanya akan percaya Yesus seperti setan percaya Yesus, kita tahu Yesus, kita bahkan sangat pandai dan mengenal Yesus. Tapi tanpa Roh Kudus kita tidak akan mampu menuruti perintah Allah.
Tidak ada Roh Kudus dalam diri kita, berarti kita belum lahir baru, belum lahir baru berarti kita belum selamat. Kita tetap bisa membicarakan Firman, kita tetap bisa menasehati orang lain, kita tetap bisa hidup selayaknya orang bermoral dan menjadi orang baik. Tapi kehidupan kita adalah tentang kita.
2. Kasih kita kepada Allah
Ketika Roh Kudus hidup dalam kita, kita dimampukan melakukan firman Allah, Kasih kepada Allah berarti mengasihi sesama manusia, kasih kepada Allah berarti kehidupan yang melangkah dengan pola pikir hanya untuk memuliakan Allah. Pola pikir Injil.
Kasih kepada Allah berarti belajar bersama Roh Kudus tentang semua hal yang Yesus sampaikan kepada kita melalui Firman-Nya. Kasih kepada Allah adalah kehidupan yang dipenuhi damai sejahtera.
Kasih kepada Allah adalah kasih yang tidak dunia kenal sebab dunia tidak mengenal Kristus. Kasih kepada Allah adalah kasih yang menghasilkan buah, kasih yang tetap menjadi ranting yang melekat kepada pokok Anggur.
Kasih kepada Allah kasih yang taat pada Kristus, Yesus memerintahkan kasihilah sesamamu manusia, dan kasihilah Tuhan Allahmu, berikan nyawamu untuk saudaramu, lakukan segala hal semua hanya untuk kemuliaan Allah, hal ini jika Anda dan saya memang benar mengasihi Yesus yang adalah Kristus Sang Anak Allah.
Ia yang sudah menebus kita dari kehidupan kita yang telah diperbudak dosa, kehidupan tanpa harapan, melangkah dalam kesia-siaan, Yesus mengeluarkan kita dari botol kedap udara, Yesus membawa kita kepada kehidupan yang untuk itu kita diciptakan. Yaitu mengasihi Allah, menuruti perintah Allah, membawa jiwa-jiwa kepada Allah, dan memuliakan Allah sampai napas tidak lagi berhembus.
Yohanes 14:21 (TB) Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.
Kiranya damai sejahtera Allah Roh Kudus memampukan kita untuk terus merenungkan Firman, taat kepada prinsip Firman dan memandang hanya kepada Yesus yang telah disalibkan sehingga hari lepas hari kita semakin mengasihi Allah. AMIN
Posting Komentar untuk "Renungan 1 Yohanes 5:3-4 Melakukan Perintah Kristus"
Silahkan Berkomentar