Renungan Matius 6:9-10 Doa Bagi Kemuliaan Allah
Matius 6:9-10 (TB) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di Sorga, Dikuduskanlah nama-MU, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.
Latar belakang ayat di atas menceritakan kepada kita, Yesus sedang menjelaskan konsep doa yang tidak berpusat pada diri sendiri, pada diri yang selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik, lebih indah, lebih menyenangkan dan lebih memuaskan untuk kehidupan yang lebih nyaman dalam hal menikmati apa yang ada di dalam dunia.
Pada masa itu, realita yang ada adalah para pemimpin agama, para ahli kitab, orang-orang terdidik selalu berjuang melalui doa-doa mereka yang berpusat pada diri mereka sendiri. Doa-doa seperti ini bukan berdoa yang berpusat untuk puas dengan Allah. Melainkan doa sedang menginginkan kepuasan dari pujian dan sanjungan dari orang-orang.
“Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doa-doa dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu sesungguhnya mereka sudah menerima upahnya.” Matius 6: 5 (TB)
Mari kita lihat kedalaman hati kita, apa yang mendorong kita berdoa? Apa yang membuat kita mau berdoa? Apakah karena rasa cinta kita kepada Allah atau karena kita hanya ingin segala sesuatu yang ada dalam dunia ini, lalu berharap melalui doa-doa kita, maka kita dapat menerima apa yang menjadi kerinduan kita dan kita dapat dianggap lebih baik dan suci karena kita diberkati. Jika demikian maka kita perlu yang namanya bertobat.
Renungan Matius 6:9-10 Doa Bagi Kemuliaan Allah
Doa Bapa Kami
Keistimewaan penuh bagi kita orang-orang percaya, bahwa kita sekarang adalah anak-anak Allah. Kita yang dulunya seteru Allah, oleh karena Kristus. Kita diperdamaikan dengan Allah sehingga kita dilayakan untuk memanggil Dia Bapa.
Kita yang tidak benar, kita yang merupakan pendosa besar dengan segala kelicikan hati kita, oleh karena kebenaran Kristus ditimpakan kepada Anda dan saya. Maka kita sekarang barangsiapa yang percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat kita beroleh jalan masuk kepada Bapa. Kita beroleh tujuan hidup kita kembali yaitu memuliakan Allah.
Sekarang Puji Tuhan melalui doa Bapa kami kita belajar untuk mengenal Allah lebih dalam lagi, hal ini sangat mutlak, dasar dari Kekristenan. Dan proses kehidupan Kristen apapun yang sedang ia kerjakan dan gumulkan dan pelajari. Berdoa maupun ibadahnya. Dalam penderitaan dan kesukaan. Semua itu haruslah membawa dirinya semakin mengenal Allah. Demikian juga dengan doa yang Yesus ajarkan.
Bukan tanpa alasan, pada awal doa, Yesus memusatkan doa yang indah ini hanya kepada Allah yang kita panggil Bapa. Alasan yang sangat kuat, yaitu agar pikiran dan hati Anda dan saya yang sebenarnya begitu sering terpaut dengan dunia dan segala keindahan palsunya. Kita diarahkan kepada Allah Bapa kita.
Pertama, Yesus mengarahkan kepada Bapa yang ada di sorga Ia kudus. Kedua ada hal yang sangat mendesak harus terjadi atas kehidupan orang Kristen yaitu pemerintahan Allah atas hidupnya Maka dua poin inilah yang akan saya jabarkan berikutnya. Saya perjelas.
1. Bapa kita adalah Bapa yang kudus penguasa sorga
2. Bapa kita adalah Penguasa Yang Berkehendak
Marilah kita bersyukur kepada Dia, dengan segala kekayaan rahmat-Nya. Kita beroleh kasih karunia untuk dapat lebih dekat dengan Allah (Elohim) pencipta, penguasa dunia. Kita beroleh karunia yang mengagumkan. Kita dapat memanggil Dia Bapa.
Saudaraku hal ini sangat mengobarkan hati saya. Saya yang berdosa, membenci Dia, dan sering kali lebih cinta kepada dunia yang ujungnya saya mencintai diri saya sendiri (narsis). Namun kini saya mendapatkan persekutuan dengan Dia. Dia adalah Bapa saya.
Baiklah mari kita masuk ke dalam 2 poin yang akan menjadi pembahasan kita, berikut penjabarannya.
1. Bapa kita adalah Bapa yang kudus penguasa sorga
Allah itu adalah Roh dan barang siapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam Roh dan Kebenaran. Yohanes 4:24 (TB). Kita adalah daging, dalam tubuh yang fana ini, mengutip kata-kata Paulus, “kita saat sekarang ini sedang berada di dalam kemah sementara.”
Dalam kefanaan yang mengerikan ini, kita selalu memiliki harapan yang jauh ke depan, harapan akan kehidupan setelah kematian. Kehidupan yang baru tanpa penderitaan. Kita tercipta memang untuk memikirkan dan merasakan itu semua, karena pada dasarnya kita kekal.
Sama seperti Allah Bapa yang adalah Roh yang kudus yang kekal pula. Kita juga memiliki roh dan roh kita merupakan sepenuhnya milik Allah. Roh yang kekal, kita memiliki bagian kehidupan rohani.
Ketika kita kembali ke kitab Kejadian, kita akan mendapati bahwa Allah dengan tangan-Nya membentuk tanah, menjadi berbentuk seperti Dia sebab kita gambar dan rupa Allah, lalu Ia meniupkan napas kehidupan dalam diri manusia. Maka terciptalah Adam.
Pada saat itu adalah saat paling indah, manusia masih memiliki kehidupan rohani yang sehat. Kehidupan yang masih berada di dalam kehendak dan rencana Allah. Namun ketika dosa masuk ke dalam kehidupan manusia.
Perbuatan dosa menjadikan allah sendiri menurut ukuran dan pengetahuan manusia. Manusia secara sengaja tidak menginginkan Allah sejati. Ia lari karena rasa malu, ia melawan Allah, manusia bahkan berjuang dalam keterbatasannya menutup rasa malu dengan kefanaan dari daun ara.
Saudaraku kini manusia yang telah menjadi allah atas dirinya sendiri terpisah dari Allah pencipta dunia. Mengapa ia terpisah, karena dosa menjadikan manusia mati secara rohani. Kamu dahulu telah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Efesus 2:1 (TB).
Kematian rohani berarti tidak kudus. Pada kejadian inilah kita dapat melihat secara jelas kekudusan Allah. Manusia berdosa menyukai kejahatan, bertindak sesuka hati, membuahkan ketidakadilan. Karena orang fasik memuji-muji keinginan hatinya, dan orang yang loba mengutuki dan menista TUHAN. Mazmur 10:3 (TB)
Sedangkan kekudusan Allah menuntut kasih yang sempurna dan keadilan yang sempurna. Kehidupan tanpa derita ada dalam persekutuan yang indah antara Allah dan manusia.
Manusia menyembah Allah. Namun manusia tidak bisa bersekutu dengan Allah. Manusia tidak kudus sedangkan Dia kudus dan membenci dosa. Berulang kali mereka mencobai Allah, menyakiti hati yang kudus. Mazmur 78:41 (TB)
Sekarang kita dapat mengenal Dia yang kudus. Saudaraku suatu anugerah jika saat ini kita dapat mengetahui bahwa Ia adalah Kudus, dan kekudusan Allah merupakan bukti bahwa Ia penguasa sorga.
Sampai aku masuk ke dalam tempat kudus Allah, dan memperhatikan kesudahan mereka. Mazmur 73:17 (TB) tempat kudus Allah adalah sorga, tahta kemuliaan-Nya adalah sorga. Suatu tempat yang menjadi kerinduan jiwa semua orang. Karena memang sebenarnya kita diciptakan untuk memuliakan dan menyembah Allah saja inilah sorga, merupakan kebersamaan yang indah bersama Sang pencipta.
Karena masuknya dosa dalam diri kita, kita telah mengetahui yang baik dan jahat. Kita mampu mendefinisikan semua yang ada di depan kita berdasarkan apa yang kita anggap baik. Ketika kita menyadari hal ini, maka kita memuliakan diri kita sendiri, tidak jarang kita memuliakan benda, pohon, dan binatang.
Allah yang kudus jijik dengan semua ini, keadilan Allah menuntut untuk memasukan kita ke dalam api neraka, kekudusan Allah tidak akan mau mendekat dengan kenajisan yang ada dalam diri kita. Sebab jika kita mendekat kita akan hangus terbakar oleh kekudusan-Nya.
Kini kita dapat mengerti bahwa sorga hanya bagi orang-orang kudus, sorga hanya bagi orang-orang yang secara sempurna bermoral dan moral itu sesuai standar Allah.
Tapi tidak ada satupun manusia yang dapat sampai pada standar moral Allah, karena manusia memberontak dan manusia sudah diperbudak oleh dosa, manusia tidak ada kuasa untuk bisa melawan keinginan dosa.
Satu ayat lagi yang membuktikan kekudusan Allah, bahwa hanya yang kudus dapat menghampiri yang tidak kudus, ketika Allah menemui Musa, tempat di mana Musa berdiri merupakan tempat yang kudus. Hal ini dikarenakan kehadiran Allah dalam bentuk api pada semak duri. Keluaran 3:5 (TB) Lalu Ia (Allah) berfirman: “Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, dimana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.
Kejadian ini merupakan konsep mutlak Alkitab, di mana Allah yang kudus dari sorga, datang memanggil manusia. Alkitab merupakan kabar baik, Injil yang menyatakan Sang kudus hadir untuk memanggil manusia.
Menyampaikan kerinduan-Nya untuk bersekutu dengan manusia. Maka pada poin yang ke dua kita akan belajar, jadilah kehendak Allah di bumi dan di sorga datanglah kerajaan Allah. Allah yang merupakan pemilik kehidupan manusia.
2. Bapa kita adalah Penguasa yang Berkehendak
“Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.” Matius 6:10 (TB) ketika Yohanes pembaptis hadir, seruan yang ia serukan, “bertobatlah sebab kerajaan sorga sudah dekat.”
Bukan agar Anda menjadi sukses, bukan agar Anda menikmati keindahan dunia, bukan semua hal yang indah seperti yang Anda pikirkan sehingga Anda dapat hidup dengan harta dunia ini. Yang menjadi rancangan Allah bagi hidup Anda, bukan itu.
Bapa kita yang adalah penguasa sorga Ia mau kita menikmati sorga, Ia merupakan penguasa dunia, Ia akan membinasakan dunia beserta orang-orang yang tidak kudus.
Ia Allah yang memiliki kehendak bagi anak-anak kesayangan-nya. Ia memilih Abraham, Ia memberkati Abraham untuk menjadi bangsa yang besar.
Bukan agar Abraham menikmati dunia ini, melainkan agar Abraham menikmati persekutuan dengan Dia, inilah sorga. Ketika Allah hadir secara nyata dalam setiap aspek kehidupan kita.
Abraham dipanggil agar menjadi saksi bagi bangsa-bangsa lain, Abraham dipanggil agar menjadi berkat, berkat yang menyatakan kemuliaan Allah.
Saudaraku jika Anda seorang yang suka membaca kitab suci dari PL-PB sampai selesai. Allah memiliki rancangan yang sama bagi umat-Nya. Yaitu agar umat-Nya bertobat, maka buah dari pertobatan inilah kabar baik disampaikan kepada bangsa-bangsa sesat tanpa arah. Bangsa yang dikuasai oleh kuasa kegelapan.
Gereja dipanggil untuk mengabarkan Injil dan memuridkan, ini adalah isi hati Allah, ini adalah tujuan utama dari kematian Kristus. Allah tidak akan bangga dengan perkumpulan yang besar, gedung gereja yang megah.
Namun memiliki kedangkalan pemahaman tentang, bahkan salah mengenal Dia. Yesus tidak datang agar gereja berupa gedung yang megah. Yesus datang untuk mejadikan kita murid, menjadikan pribadi kita gereja sejati yang menghasilkan murid yang siap mati bagi Injil. (Matius 28:19-20)
Ketika Allah menciptakan Adam dan Hawa sebagai pasangan, mereka diperintahkan untuk berkuasa atas ikan di luat, burung di udara, dan yang terpenting dari semua itu, mereka haruslah memiliki anak Ilahi dan biologis. Anak rohani, karena Allah Rohani, maka penyembahan kepada Allah harus dilakukan oleh manusia yang memiliki kerohanian yang hidup. (Efesus 2:4-7)
Ini adalah rancangan Allah, inilah yang Yesus sampaikan jadilah kehendak Allah, datanglah kerajaan Allah. Allah ingin supaya Ia memerintah atas manusia, Allah satu-satu-Nya Allah yang berkuasa atas manusia. Bukan diri manusia itu sendiri.
Mari kita renungkan ini, mari kita berdoa dalam setiap doa-doa kita, kita semakin mengenal Allah yang adalah pribadi, memandang kepada Allah yang memiliki kehendak atas hidup kita.
Tetapi yang menjadi persoalannya sekarang, kita tidak memiliki kemampuan. Manusia sudah terlanjur diperbudak oleh dosa.
Manusia tidak berkuasa atas dosa, manusia sudah mati, terjatuh begitu dalam. Maka seperti Allah dalam nyala api menemui Musa. Begitu juga Ia menjadi manusia untuk datang kepada manusia. Ia manjadi manusia dan Ia dinamai Yesus.
Yesus yang adalah manusia sejati, Allah sejati, kini Ia yang tidak berdosa ditimpakan kepada-Nya semua hukuman dosa Anda dan saya. Semua ketidakmampuan kita untuk melakukan apa yang Allah mau dalam hidup kita ditimpakan kepada Yesus.
Agar semua kebaikan, kebenaran, dan keindahan Kristus diberikan kepada kita, kita dimampukan untuk hidup sesuai rancangan Allah. Kita bukan lagi budak dosa, kita diadopsi menjadi anak Allah. Maka kita memiliki hak untuk memanggil Dia Bapa.
Betapa dekatnya hubungan kita dengan Allah, kita kini dibawa ke dalam kehidupan yang hanya memikirkan rencangan Allah atas hidup kita, Rasul Paulus sangat mengerti hal ini, “Hidupku bukan aku lagi melainkan Kristus yang hidup dalam aku.”
Maka inilah doa Bapa kami, Yesus mengajak kita dalam doa-doa kita untuk mengenal Allah lebih dalam lagi, doa-doa yang bukan agar kita semakin tidak mengenal Allah. Melainkan doa yang dapat kita nikmati, kita dapat berkata Bapa biarlah kehendak-Mu terjadi dalam hidupku, biarlah Engkau yang memerintah hidupku.
Mari renungkan hal ini, sudahkah doa Anda berpusat pada Injil? Sudahkah doa-doa Anda untuk memuliakan Allah? Sudahkah doa Anda membawa Anda semakin kagum dan mengenal Allah yang merupakan Bapa Ilahi Anda.
Jika belum mari kita bertobat dan mengakui bahwa kita telah bersalah. Karena kita tidak sedang mengutamakan Allah dalam setiap aspek kehidupan kita. Untuk menutup artikel ini mari kita baca.
Yohanes 1:9-10 (TB) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada dalam kita.
Dosa hadir merenggut ketenangan jiwa, sadari hal ini janganlah menyembunyikannya. Dalam Kristus kita beroleh pengampunan yang sempurna. Ketika kita bertobat. Matikan semua dosa, baik yang terkecil di kedalaman hati kita, maka sangat penting kita berdoa.
“Bapa yang di sorga Engkau kudus, Engkau pemilik hidupku. Selidiki hatiku dan pikiranku, robek hatiku dan jahitlah robekan itu dengan benang kasih karunia-MU, mampukan aku untuk bertobat. Berjalan dalam rancangan-Mu untuk kemuliaan nama-Mu yang kudus dan penguasa sorga. Segala kemuliaan bagi-Mu
Roh Kudus kiranya memampukan kita untuk tunduk pada Ketuhanan Yesus dan memberikan kita damai sejahtera yang melimpah dalam Yesus. AMIN
Posting Komentar untuk "Renungan Matius 6:9-10 Doa Bagi Kemuliaan Allah "
Silahkan Berkomentar