Renungan Habakuk 1:1-9 Keseriusan Allah Menanggapi Dosa Umat-Nya
Allah tidak pernah main-main dengan dosa, kekudusan dan keadilan Allah adalah sifat mutlak yang Ia miliki. Maka pada kitab Habakuk kita akan belajar sifat Allah yang bagaikan api menyala yang menghanguskan.
Kita akan mulai dari latar belakang kitab Habakuk, dan pasal 1 kitab Habakuk, dan relefansinya dengan kehidupan Anda dan saya sekarang.
1. Latar belakang Kitab Habakuk
Kita akan kembali ke kitab 2 Raja-raja 23-25 dan kita 2 Tawarikh 33, karena pada zaman inilah kira-kira Habakuk hidup, dan menuliskan kitab yang kita pelajari. Pada 2 Raja-raja 34 bangsa Kasdim menyerang Yehuda, karena kitab Habakuk ini adalah penglihatan, jadi kejadian yang terjadi dalam kitab Habakuk diperkirakan pada masa Yeremia sebelum penyerangan ke Yehuda.
dimulai dengan pertanyaan Habakuk kepada Allah tentang segala hal yang terjadi di hadapan Habakuk dan itu tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan.
Habakuk 1:1-4 TB. Ucapan ilahi dalam penglihatan nabi Habakuk.
Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kau dengar, aku berseru kepada-Mu: “penindasan!” tetapi tidak Kau tolong?
Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan bertikaian terjadi.
Itulah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul terbalik.
Pasal 1 saat Habakuk mengeluhkan apa yang sedang terjadi, kita bisa melihat, 2 Raja-raja 24 : 2 TB. Tuhan menyuruh gerombolan-gerombolan Kasdim, gerombolan-gerombolan Aram, gerombolan-gerombolan bani Amon melawan Yoyakim; Ia menyuruh mereka melawan Yehuda untuk membinasakannya sesuai dengan Firman Tuhan yang diucapkan-Nya dengan perantaraan para hamba-Nya, yaitu para nabi.
Pada pasal satu kita diberitahukan, dalam kebingungan Habakuk di mana kejahatan terjadi, Allah memberitahukan bahwa Ia adalah Allah yang berdaulat, Dialah yang mengijinkan semua itu terjadi, Ia mendidik Yehuda, Ia memakai bangsa Kasdim bangsa yang tangkas, bangsa yang memiliki kekuatan dari dirinya sendiri, bangsa yang membunuh tanpa belas kasihan.
Bangsa itu dahsyat dan menakutkan; keadilannya dan keluhurunnya berasal dari dirinya sendiri. Kudanya lebih cepat dari pada macan tutul, dan lebih ganas dari pada serigala pada waktu malam; pasukan kudanya datang menderap, dari jauh mereka datang, terbang seperti rajawali yang menyambar mangsa. Seluruh bangsa itu datang untuk melakukan kekerasan, serbuan pasukan depannya seperti angin timur, dan mereka mengumpulkan tawanan seperti banyaknya pasir.
Habakuk 1:7-9 TB
2. Allah yang tidak akan segan mendidik
Realita yang harus kita terima kita adalah periuk yang tidak berdaya ketika ada di tangan pencipta artinya kita adalah ciptaan yang sebenarnya tidak memiliki hak atas diri kita sendiri, kita tidak memiliki hak untuk memilih karena jika pilihan itu berdasarkan diri kita maka yang kita terima adalah didikan Allah. Jika Allah tidak mendidik kita maka hanya perbudakan dan kebinasaan yang kita terima.
Saudaraku marilah kita renungkan kejadian yang menimpa bangsa Yahuda ini, jangan sampai hal yang sama terjadi atas diri kita, karena kebebalan hati dan pikiran kita.
Marilah kita tinggalkan segala hikmat kita yang berdosa, marilah kita memohon ampun kepada Allah yang adalah pemilik hidup kita, marilah kita hidup hanya merindukan Allah, menginginkan Allah dan kita terus belajar puas hanya dengan hadirat Allah.
Yesus Kristus yang adalah Anak tunggal-Nya, Ia relakan untuk kemuliaan-Nya sehingga menyadarkan Anda dan saya betapa berdosanya kita, janganlah kita mengira dengan adanya kasih karunia yang cuma-cuma itu kita dapat seenaknya melakukan dosa dan terus mencintai dosa.
Yesus yang telah menyerahkan diri-Nya menjadi korban penebus dimuliakan. Yang merendahkan diri akan Allah muliakan dan siapa yang meninggikan diri akan direndahkan. Kita hanya ciptaan apa yang dapat kita lakukan, selain kebinasaan saja yang menjadi milik kita, jika Allah tidak berbelas kasih kepada kita, jika Allah tidak mendidik karena Ia bermurah hati maka kita hanyalah segumpalan kebinasaan yang akan merasakan pekatnya gelap api neraka.
Ketika kita tahu dan mengenal Yesus, Yesus yang mendamaikan kita dengan Allah yang penuh murka Allah yang menghanguskan. Injil Kabar Baik yang ada di Alkitab menyatakan kepada kita bahwa semua murka, semua kegeraman Allah atas kita ditimpakan kepada Yesus.
Hababuk hanyalah nabi yang dapat mengeluh dan tidak mampu mengerti maksud Allah mendidik Yehuda sama seperti Anda dan saya, Habakuk adalah nabi yang lemah, ia manusia biasa tidak bisa berbuat apa, sama seperti kita. Habakuk diutus untuk menyampaikan Firman Allah tetapi ia bukan Firman dan tidak bisa menyelamatkan Yehuda.
Tetapi Yesus adalah nabi sempurna Ia bukan hanya menyampaikan Firman Ia adalah Firman, Ia tidak mengeluh pada saat Ia akan naik kegolgolta, Ia bukan hanya melihat dididikan Allah, tidak mengeluh meski diludahi wajahnya ditampar dan dicemooh. Meskipun malam sebelum Ia disalibkan Ia ingin cawan murka Allah tidak (saya suka mengatakan bahwa itu adalah cawan didikan Allah) ditimpakan kepada-Nya.
Yesus adalah nabi sempurna, Ia merasakan didikan Allah secara nyata, keadilan Allah ditimpakan kepada-Nya. Ia kehilangan hadirat Allah karena seketika dosa-dosa kita masuk kedalam diri-Nya, seketika Yesus yang benar Yesus yang kudus domba tidak bercela. Mempunyai natur dosa dalam diri-Nya.
Pertukaran besar dari salib adalah bahwa yang terburuk tentang saya (dosa saya) diletakkan pada Kristus. Yang terbaik tentang Dia (kebenaran-Nya) diberikan kepada saya. Kita menyerahkan kotoran untuk berlian. ~ Steven Lawson
Jika kita menyadarinya, salib adalah didikan Allah yang sangat sempurna, haruslah kita bertobat dan benar-benar mengakui natur berdosa kita, ketika memandang didikan Allah yaitu salib Kristus.
Saudaraku Anda tidak mau meninggalkan dosa dan bertobat, pandanglah kepada Yesus, Ia penebusmu, Ia menjadi korban yang sempurna, memberitakan kepada kita bahwa ada Allah yang tidak akan segan-segan membinasakan pendosa seperti kita.
Haruslah kita merenungkan karya salib dengan gentar, membawa kita kepada kasih akan Allah, Allah yang besar menjadi hamba. Hal ini sangatlah melunakkan hati yang keras, melihat kasih yang begitu besar, kasih yang merelakan nyawa-Nya bagi musuh-musuh-nya.
Meninggalkan dosa bukan karena kita takut pada hukuman Allah, Alkitab mengajarkan kepada kita, kita meninggalkan dosa karena kasih Allah, sehingga kita diajarkan untuk mengasihi Allah, kasih yang begitu indah.
Keselamatan yang karena Allah yang berinisiatif untuk lebih dulu menunjukan apa itu kasih sejati?
Apa itu keadilan yang ditegakkan sehingga adanya korban sempurna?
Pertobatan Kristen merupakan wujud dari kemauan kita untuk selamanya bersama Tuhan Yesus kekasih hati cinta sejati kita. Karena Kekristenan bukan tentang siapa yang mau ke Sorga tetapi tentang apakah kita mau bersama Allah selamanya dan menikmati Dia.
Pertobatan Kristen adalah bertobat karena adanya kasih yang hidup kembali dari dalam diri, dari dalam rohani manusia yang sudah mati. Ketika kita membaca Habakuk pasal 3, di sanalah kita bisa melihat dan mengerti, kasih dari Habakuk tumbuh karena pergumulan, kasih kepada Allah, karena ia melihat hikmat Allah, kasih Allah yang menghukum bangsa Kasdim yang telah meluluh lantahkan Yehuda.
Kiranya Roh Kudus memberikan kita pengertian bahwa ketika Allah mendidik kita Ia sendang menyatakan kasih-Nya agar kita tidak mati dimatikan dosa-dosa yang ada dalam diri kita sejak dalam kandungan. Kiranya Roh Kudus memampukan kita benar-benar paham bahwa karya salib adalah didikan Allah yang mendorong kita untuk mengasihi Yesus dan mengasihi sesama dengan cara mengabarkan kasih sejati yaitu Yesus. AMIN
Posting Komentar untuk "Renungan Habakuk 1:1-9 Keseriusan Allah Menanggapi Dosa Umat-Nya"
Silahkan Berkomentar