7 Perkataan Yesus Di Atas Kayu Salib Beserta Maknanya
Apa ucapan Yesus yang terakhir menjelang kematiannya? Dari pertanyaan inilah kita akan belajar secara mendalam arti dari 7 perkataan salib atau perkataan Yesus yang dipenuhi dengan rasa sakit, rasa perih, dan psikologi yang sudah mulai kacau karena menuju kematian kekal di dalam penderitaan keterpisahan dari Allah Bapa yang sangat Yesus kasihi.
Yesus disalibkan, bukan karena Ia melakukan kejahatan, bukan karena Ia orang berdosa. Yesus disalibkan bukan pula karena Ia tidak dikasihi oleh Bapa. Allah Bapa dengan jelas mengatakan bahwa Ia mengasihi Yesus, Yesus satu-satu-Nya manusia yang berkenan di mata-Nya. Maka dari itu, penderitaan yang Yesus terima, merupakan murka yang dijatuhkan kepada-Nya, karena pelanggaran Anda dan saya.
Ia telah menjadi manusia, untuk memiliki daging sama seperti kita yang fana dan terbatas. Ia turut merasakan penderitaan kita, ia haus dan lapar. Kakinya berdebu, Ia terus melangkah untuk mengabarkan Injil. Saat kelelahan Ia tertidur pula di perahu. Yesus menjadi manusia yang sangat terbatas.
Ia hidup bersama orang-orang yang tidak berpendidikan, Ia memilih mereka untuk melatih mereka menjadi murid yang radikal dan mau mengabarkan kebenaran Allah yang murni dan berkuasa.
Tidak seperti orang-orang berpendidikan pada waktu itu, yang gila hormat dan mencintai diri mereka sendiri. Dan hidup bagi kemuliaan dan kemegahan diri. Perjalanan Yesus selama di dunia adalah perjalanan untuk kemuliaan Allah Bapa, Ia mengabarkan Allah Bapa dan diri-Nya sebagai hamba yang setia.
Ia memberikan diri-Nya, untuk manusia berdosa yang tidak menginginkan Allah. Manusia berdosa yang hanya ingin kenikmatan dunia fana yang membinasakan. Kita akan belajar bersama 7 Seruan Yesus ketika Ia ada di kayu salib. Atau 7 perkataan terakhir Yesus, ketika Ia sudah tergantung di atas tiang yang melambangkan kutuk.
7 Perkataan Yesus di Atas Kayu Salib
1 Penderitaan perjalanan menuju kematian
Perkataan Salib yang pertama; "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" Bacaan Kita (Lukas 23:34).
Perjalanan untuk tergantung di atas kayu salib, merupakan langkah yang bukan hanya melelahkan. Ini adalah perjalanan yang mematikan, perjalanan yang memberikan rasa ingin mati saja. Kematian Kristus merupakan kematian kita atas dosa-dosa kita, ini merupakan Injil yang murni, barangsiapa yang percaya kepada-Nya tidak binasa.
Sebelum Ia memikul dosa, dosa yang bukan karena perbuatan-Nya, tetapi karena perbuatan Anda dan saya. Ia disesah, sesahan yang merobek daging-Nya.
Saudaraku kita renungkan, bagaimana penderitaan Yesus? Bukanlah sebagai penderitaan-Nya. Tetapi biarlah penderitaan itu, menjadikan Anda dan saya membenci dosa-dosa kita, kita semakin jijik terhadap dosa, karena penderitaan Yesus adalah penderitaan kita.
Kita akan bersama memperhatikan, ketika Yesus ditangkap dan diludahi. Ia dipukuli dan dihina, Ia dicaci dan dimaki dan bahkan Ia ditinggalkan orang-orang yang bersama-Nya. Orang-orang yang Ia latih dan ikut dengan Dia dan melihat segala kemuliaan yang Ia nyatakan.
Saudaraku Yesus tetap Diam, Ia seperti domba yang dibawa ke tempat penyembelihan. Inilah yang menjadi pembeda yang jelas, antara penderitaan orang kudus dari Allah, Ia yang tidak berbuat dosa. Yesus tetap Diam. Yesus tidak kembali mencaci maki, Ia tidak meraung-raung kesakitan ketika Ia disiksa, Ia tidak memarahi orang-orang yang menyiksa-Nya dengan perkataan yang kasar, sedikitpun.
Yesus tidak melawan, karena Ia tahu, jika Ia tidak diperlakukan demikian. Ratusan tahun bahkan beberapa tahun kemudian, tidak akan ada orang-orang dari bangsa lain menerima kabar sukacita, kabar penuh harapan, kabar Injil yang mengubahkan dunia. Yesus tahu, setiap penderitaan yang Ia alami adalah awal mula dari kemuliaan yang sejati, bagi jutaan orang yang ada di dunia.
Ketika tangan-Nya yang memberkati dan menyembuhkan orang berdosa, ditancapkan paku, rasa sakit itu adalah kesakitan kekal. Upah dosa adalah maut, maka dari itu, Yesus menerima maut, Ia menerima murka Allah yang menyala-nyala. Karena maut yang seharusnya diterima oleh Anda dan saya diterima oleh-Nya.
Tetapi ketika ia masih bernyawa, karena pengertian kekal dari Dia, dengan penuh kesadaran Yesus meminta ampun kepada Allah untuk orang-orang yang menyalibkan Dia. Dari kecil saya bertanya-tanya, mengapa harus manusia yang berdosa, manusia yang tidak layak harus menaikkan Yesus ke atas kayu salib. Lalu Yesus dengan gampang meminta agar mereka diampuni.
Jawaban dari pertanyaan ini, ada di Lukas 9:22. “Dan Yesus berkata: “Anak manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari yang ketiga.” Saudaraku Yesus disalib karena kitalah yang menyalibkan Dia, para prajurit yang menyalibkan Yesus merupakan gambaran dari diri Anda dan saya yang adalah pendosa.
Banyak penderitaan, merupakan penderitaan kita di dalam dosa. Yesus menanggung semua itu, dari orang-orang berdosa. Kita melihat sekarang satu kemuliaan dalam penderitaan Yesus telah dinyatakan. Di atas kayu salib, Yesus mendeklarasikan kepada manusia satu perkataan kekal. Bahwa Ia berdoa agar Anda dan saya diampuni.
Dosa yang Yesus dibukakan, membuat kita berduka, membuat kita melihat satu kemuliaan dan bakan penderitaan. Karena pada dasarnya penderitaan Yesus merupakan penderitaan Anda dan saya yang layak untuk binasa, layak untuk dihukum mati, dan layak untuk menerima semua yang Yesus terima.
Pengampunan dosa, merupakan satu tragedi yang serius, ini tragedi berdarah. Tubuh yang remuk, untuk siap binasa. Maka dari itu, kasih dan keadilan Allah ditegakkan secara langsung kepada Yesus, Yesus menerima semua ini, untuk menunjukkan kesetiaan kasih-Nya, menunjukkan anugerah yang melimpah-limpah.
“Seorang Kristen sejati akan merasa ngeri saat memberikan tempat pada suatu khayalan (delusi) bahwa penebusan Kristus tidak sempurna dan tidak memadai, bahwa darah penebusan-Nya tidak cukup untuk membersihkan dari dosa, bahwa mahluk itu harus menambahkan sesuatu kepada penebuasan Kristus.” ~Arthur Pink, “An Honest Heart”
Karya keselamatan, penebusan dosa terlalu sempurna, maka dari itu marilah kita bertobat terus menerus. Dan kita kiranya semakin sadar, bahwa penderitaan Yesus bukanlah kebodohan-Nya yang menyedihkan. Itu semua gambaran kita yang bodoh dan menyedihkan.
Kristus oleh darah-Mu kami menerima pengampunan dosa, Engkau merelakan nyawa-Mu dan terimakasih untuk itu. Segala kemuliaan hanya bagi-Mu sampai selama-lamanya. AMIN
2. Penghinaan dan kemuliaan yang dinyatakan
Perkataan salib ke tiga, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari juga engkau akan Ada bersama-sama dengan AKU di dalam Firdaus” Lukas 23:43 (TB).
Ketika Yesus memikul salib, daging yang terkoyak itu dimasuki debu, keringat yang bercucuran. Mata yang sudah tidak kuat lagi untuk dapat melihat dengan jelas. Yesus merasa sakit, sehingga seolah-olah Ia memerlukan belas kasihan. Sehingga ada sekelompok ibu-ibu yang menangisi penderitaan-Nya.
Ketika saya membaca Lukas 23:27-28, saya melihat satu realita kesedihan yang haruslah diratapi kita, bukanlah penderitaan Yesus yang harus kita ratapi. Tetapi ratapilah diri sendiri, ketika kita merasa baik-baik saja, ketika kita merasa nyaman di dalam dosa-dosa kita, pada saat itulah kehidupan kita sangat-sangat menyedihkan jika dibandingkan penderitaan Kristus.
Ketika Yesus berjalan memikul salib, banyak perempuan-perempuan yang menangisi Dia dan meratapi Dia. “Hai puteri-puteri Yersusalem, janganlah kamu menangisi Aku, tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu.”
Satu teguran keras bagi pendosa yang merasa baik-baik saja, merasa bahwa dirinya dalam kenyamanan dan kebahagiaan. Padahal dirinya diikat oleh jerat maut yang membinasakan jiwa dan kehidupan yang kekal di dalam murka Allah yang adil.
Saudaraku marilah kita menangis, marilah kita berduka, marilah kita sadari betapa menyedihkan dan binasanya kita di dalam dosa-dosa. “Oleh karena itu lilitkanlah kain kabung, menangislah dan merataplah; sebab murka TUHAN yang menyala-nyala tidak surut dari pada kita." Yeremia 4:8 (TB).
"Menangislah dan merintihlah karena gunung-gunung, dan merataplah karena padang rumput dan gurun, sebab semuanya sudah tandus sampai tidak ada orang yang melintasinya, dan orang tidak mendengar lagi suara ternak; baik burung-burung di udara maupun binatang-binatang, semuanya telah lari dan sudah lenyap." Yeremia 9:10 (TB)
Yeremia memberikan nubuat, tentang akibat dosa bangsa Israel, Yeremia memberikan kepada kita gambaran yang mengerikan. Itu mengapa Yesus menyerukan, hidupmu lebih menyedihkan wahai puteri-puteri Yerusalem, wahai kamu orang Kristen yang tidak mau bertobat. Ini merupakan seruan pertobatan.
Lalu apa hubungannya dengan perkataan Yesus yang ke dua, di atas kayu salib. Saudaraku ketika Anda membaca konteks, dimana ada satu orang penjahat yang menghina Yesus, Ia memerintahkan Yesus untuk turun dari salib. Ini kegilaan yang mengerikan dari dosa manusia.
Manusia yang tidak pernah meratapi dosa-dosanya, bahkan sampai pada hari kebinasaannya Ia akan tetap menentang yang Mahakuasa. Ia akan tetap menentang Yesus, ketika tidak ada seruan pertobatan bagi diri dari dirinya sendiri.
Tidak ada penyesalan, yang dalam dan bertobat dari dosa-dosa. Untuk datang kepada Yesus tanpa meratapi penderitaan Yesus, menyadari betapa binasanya diri kita, maka pada saat itulah kita akan menemukan jenis penjahat yang kedua, penjahat yang bertobat. Penjahat yang menerima Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat.
Ratapilah kesalahan dan penderitaanmu saudaraku, kita adalah orang-orang yang tergantung disamping Yesus, kita adalah kedua penjahat yang menderita di dalam dunia. Kita telah diikat dan diperbudak oleh dosa.
Tetapi saya sangat bersukacita, ketika saya menderita, ketika saya merasakan sengat dosa yang akan membinasakan saya. Saya dapat berkata, “Tuhan Yesus ingatlah aku ketika Engkau ada di Firdaus.” Ini kabar sukacita, ketika Yesus mengacupkan perkataan Salib yang kedua, “Anak-ku yang AKU kasihi, hari ini kamu bersama AKU, di Firdaus.”
Inilah Injil, kita yang menderita karena dosa-dosa melihat terang yang ajaib, terang kemulian Yesus Kristus. Jika kita mengaku dosa-dosa kita, maka Dia, Yesus mengampuni kita dan menyucikan kita dari segala kesalahan kita dan memberikan kita pengharapan kekal.
Karena kita telah menjadi milik-Nya. “oleh Dia (Yesus) kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.” Roma 5:2 (TB). Inilah kabar baik atau Injil, menyadarkan betapa besarnya dosa-dosa kita, tidak peduli Anda orang baik atau pun orang jahat.
Yesus mungkin terlihat sangat hina di mata manusia, bahkan di mata para prajurit Romawi yang menyiksa-Nya. Bahkan penjahat yang disamping-Nya menghina Dia, mengolok-ngolok Dia. Orang-orang ini adalah diri Anda dan saya yang adalah pendosa besar, kita harus bertobat. Yesaya, menuliskan gambara tentang penderitaan Yesus, “Bagi kita pun Ia tidak masuk hitungan.”
Namun Yesus tetap melakukan apa yang Bapa kehendaki, karena semua kemuliaan, semua apa yang ada di dunia ini, kehidupan Anda dan saya yang sudah benar-benar memiliki Yesus adalah milik-Nya. “Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama.” Filipi 2:9 (TB).
Inilah realita mutlak yang tidak terbantahkan, menjadi dasar iman. Di mana segala kemuliaan hanya bagi Yesus Sang Penebus Manusia Kudus dari Sorga, karena Ia adalah Allah, di dalam Dialah semuanya ada tanpa Dia maka semua tidak Anda.
3. Penderitaan manusia biasa yang memanggil ibu
Perkataan salib yang ke tiga, "Ibu, inilah anakmu," Yohanes 19:26-27.
Bukanlah perkara yang mudah, Yesus menerima beban semua dosa manusia. Ketika Ia tergantung, disalibkan, kematian yang perlahan-lahan sekaligus menyakitkan. Ketika itulah Yesus melihat murid-Nya dan ibu-Nya yang Ia kasihi. Ketika Ia ada di dalam kesendirian.
Bahkan Allah Bapa meninggalkan Dia, Yesus seketika menjadi sangat tidak kudus. Bukan karena Ia telah berdosa. Tetapi semua dosa Anda dan saya ditimpakan kepada-Nya.
Dalam keterpurukan yang Yesus alami, kasih-Nya masih sangat besar. Yohanes yang menuliskan di mana Yesus berkata, Ibu inilah Anakmu, Yohanes dengan jelas melihat penderitaan orang yang Ia kasihi dan harapkan.
Bukan perkara yang mudah, hati mereka yang memandang Yesus pada saat itu, Yesus yang sudah hancur dan remuk oleh siksaan serdadu Romawi. Masih dapat berbicara dan memancarkan kasih-Nya kepada mereka yang Ia kasihi. Yohanes melihat semua ini dengan jelas. Itu mengapa ketika Anda membawa tulisan-tulisan Yohanes. Tulisannya menunjukkan kebesaran cinta Allah kepada manusia melalui Yesus Kristus.
Ia mampu berkata, “Karena begitu besar kasih Allah, Ia mengaruniakan Anak tunggal-Nya Yesus Kristus.” Kematian Yesus menyadarkan Yohanes, akan kasih sejati yang berasal dari Allah Sang pemilik kehidupan ini, kasih yang benar-benar tidak terbatas oleh dosa, dosa telah dihancurlan, sengat dosa telah binasa ketika Yesus ada di atas kayu salib.
Sekarang mari kita bayangkan, betapa hancurnya hati para wanita yang mengasihi Yesus, terutama ibu-Nya yang telah mengandung, melahirkan dan membesarkan Dia. Anak yang tidak pernah melakukan kejahatan yang setimpal dengan hukuman mati.
Tetapi Maria, melihat dengan jelas, anak-Nya telah disalibkan. Bukan hanya sekedar khayalan bahwa mereka tidak lagi bertemu Yesus, ini realita bahwa Yesus tidak lagi bertemu dengan mereka, sebagai seorang ibu, saya tidak bisa membayangkan. Tetapi saya yakin hati Maria pada saat itu sangat-sangat hancur.
Ketika Yesus melihat ibu-Nya, Ia memerintahkan agar Yohanes menerima Ibu-Nya menjadi ibu dari Yohanes. Yohanes merupakan murid yang paling muda. Maka dari itu Ia memiliki kesempatan untuk melayani lebih lama lagi. Setelah Yesus naik ke Sorga, menurut tradisi, Maria Ibu Yesus tinggal bersama keluarga Yohanes selama 12 tahun sampai Ia meninggal.
Kita tahu sekarang, bahwa ketika seseorang telah mengerti makna terdalam dari karya salib. Orang itu akan diubahkan, baik itu cara pandang maupun setiap tindakan yang akan ia hasilkan. Kehidupannya hanya ada untuk kemuliaan Allah, melalui pekabaran, Yesus yang telah disalibkan.
Yohanes, ketika ia mengerti bahwa Yesus adalah juruselamat, Ia berubah, ia yang dulunya menginginkan jabatan untuk duduk di sebelah Yesus (Markus 10:37) tapi kini, ia harus menderita untuk memberitakan Yesus kepada jiwa-jiwa yang Yesus kasihi. Yohanes menulis, kebesaran dari Yesus, dengan menunjukkan bahwa Yesus adalah terang, sumber kehidupan.
Yohanes meninggalkan semua mimpinya, untuk dapat menjadi seseorang yang berjabatan tinggi. Karena ia mengerti, bukan itu yang menjadi rencana Yesus, pengertian ini, hanya hadir ketika ia telah mengerti dengan jelas betapa menderita-Nya Yesus, Yesus yang menanggung penderitaannya di kekekalan.
Bagaimana dengan kita, sudahkah kita mengerti arti dari penderitaan Yesus. Sehingga kita rela memberikan diri kita kepada Yesus untuk bersama menyalibkan semua cita-cita. Dan mati di dalam Yesus untuk sebuah kemuliaan yang ada di dalam Yesus sampai selama-lamanya.
Sama seperti Yohanes, kiranya Allah Roh Kudus membukankan mata hati kita sehingga kita dapat memaknai semua penderitaan Yesus yang merupakan kabar baik. Kita memiliki cita-cita yang selaras dengan rancangan Allah bagi dunia dan pribadi kita, kita dipanggil untuk kudus dan memberitakan Injil Yesus Kristus kepada orang belum percaya maupun orang-orang Yang sudah percaya dan terus bertumbuh di dalam Yesus.
4. Yesus menjadi dosa ditimpakan murka Allah
Perkataan salib ke empat, “Eli Eli Lama Sabakhtani, Allah-Ku Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Matius 27:46.
Yesus dipakukan di atas kayu salib jam 9 pagi, lalu sekitar jam setengah tiga, Yesus mengucapkan kata yang keempat ini. Mari kita pikirkan satu penderitaan yang mengerikan, penderitaan ini seperti yang telah saya jelaskan pada poin-poin sebelumnya merupakan gambaran dari penderitaan akibat dosa-dosa Anda dan saya.
Hingga akhirnya, Yesus menunjukkan sedikit tenaga untuk mengeluh, menyatakan kerinduan-Nya akan kehadiran Allah. Saudaraku selama Yesus berada di taman Getsmani, Ia ketakutan, bahkan Yesus mengatakan, “Aku mau mati rasanya.” Ini bukanlah ketakutan akan penderitaan daging yang sementara.
Yesus tidak tahan harus terpisah dari Allah Bapa, dimana Ia dipandang berdosa. Seoalah-olah semua dosa, semua kejahatan, semua pemberontakan yang Anda dan saya kerjakan. Semua itu Yesus yang lakukan. Keterpisahan dari Allah adalah alam maut, keterpisahan dari Allah merupakan kematian kekal yang tidak ada akhir.
Kesakitan yang sebenarnya, yang Yesus rasakan adalah ketika Ia terpisah dari Allah Bapa. Sama seperti Adam dan Hawa harus diusir dari taman Eden, mereka menjadi telanjang, mereka harus mengusahakan tanah. Yang Yesus alami lebih dari itu, jika Adam dan Hawa yang berdosa terpisah dari Allah, mereka memang tidak menginginkan Allah.
“Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dos aitu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua irang telah berbuat dosa.” Roma 5:12 (TB).
Sedangkan Yesus sangat mencintai Allah, bahkan Allah menyatakan Ia adalah Anak-Nya yang dikasihi oleh Allah. Setelah Ia dibaptis, ini merupakan teriakkan penderitaan murka Allah yang menyala-nyala, semua murka itu ditimpakan kepada-Nya.
Itu mengapa Yesus secara serius berdoa, jika dapat cawan penderitaan yang akan Ia minun lalu dari pada-Nya. Tapi biarlah kehendak Bapa yang jadi. Ketika saya menyadari kebenaran ini, ketika saya menyadari bahwa Kekristenan bukan tentang apa yang telah saya kerjakan.
Tapi tentang Yesus yang mengambil saya dari percintaan saya dengan dunia yang binasa. Mambawa saya keluar dari kefanaan, hal ini memberikan kepada saya kekuatan untuk terus bertobat. Dan melihat hanya kepada kemuliaan Kristus yang tidak akan ada habisnya.
Saudaraku, marilah kita renungkan ini, ini bukan tentang kasih Yesus yang menyedihkan. Saya tidak akan menyembah Allah yang menyedihkan. Ini adalah keadilan Allah dan kasih Allah ditegakkan bersamaan. Integritas dan kemuliaan-Nya yang tidak akan kita temukan dari dunia.
Tidak ada paksaan untuk Anda maupun saya agar mau atau tidak percaya kepada Dia. Ini bukan cinta yang murahan, mengemis kepada manusia fana yang layak dibinasakan. Karya salib bukan tentang itu, sehingga Anda merasa Anda berharga, ini cinta yang sejati menunjukkan kemuliaan Allah. Kemuliaan yang tidak segan-segan memurkai manusia berdosa. Maka dari itu, ada seruan pertobatann, ada seruan untuk bercerai dari dunia.
Jika memilih untuk terus mencintai dunia, cintailah itu dan nikmatilah murka Allah. Jika Anda, ingin menerima keadilan Allah dan kasih Allah di dalam Yesus. Anda harus siap melihat dosa-dosa menjijikkan di dalam diri dan bertobat mengakui kesalahan Anda dan mengakui kebenaran yang ada di dalam Yesus Kristus yang menunjukkan secara jelas dosa pemberontakan kita.
Inilah Injil, Yesus yang sudah mengerjakan keselamatan secara sempurna bagi pendosa. Maka Yesuslah yang layak menerima segala kemuliaan sampai selama-lamanya. Ini merupakan kabar sukacita sekaligus kabar duka, kabar yang mematikan kesombongan kita sehingga kita menyerahkan diri hanya kepada ke-Tuhanan Yesus. AMIN
5. Rasa haus akibat dosa
Perkataan salib ke lima, “Aku Haus!" Yohanes 19:28.
Yesus adalah air kehidupan, seketika ketik Ia menjadi manusia biasa, Ia menderita dan kesakitan. Ia harus merasakan haus akibat dari semua dosa-dosa manusia yang Ia selamatkan. Pada poin sebelumnya, kita tahu bahwa Yesus telah ditinggalkan oleh Allah Bapa.
Sekitar jam 3 sore itu, kegelapan menyelimuti bumi, pada saat itulah Yesus benar-benar merasakan semua siksaan semua rasa sakit, semua penderitaan yang mengerikan sampai-sampai Ia berteriak “Allah-Ku Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku.”
Selama beberapa jam sudah, Yesus mulai dari Ia diksa, kepalanya ditancapkan mahkota duri, sampai akhirnya memikul salibnya sendiri. pengorbanan yang harusnya menyadarkan para pendosa, karena tanpa pengorbanan Yesus kehidupan tanpa harapan.
Ia yang memberikan diri-Nya yang dapat menjadi sumber air hidup sejati yang memberikan kepuasan. Lalu apa maksudnya Yesus meminta air? Lalu mengapa Dia harus berkata, “Aku haus.”? Adalah manusia berdosa saat itu dapat memberikan Yesus kepuasan. Tidak ada, Yesus adalah air kehidupan, Yesus memberian air kehidupan kepada wanita Samaria sehingga ia dipuaskan dan diubahkan (Yohanes 4).
Tidak ada satupun manusia dapat menghilangkan rasa haus ini, ketika saya mengamati rasa haus yang Yesus rasakan. Merupakan haus karena dosa-dosa yang menimpa kehidupan-Nya. Inilah gambaran dari betapa menyedihkannya kehidupan Anda dan saya yang ada diluar Yesus.
Haus karena dosa, haus karena perbudakan dosa. Kita bagaikan di tengah gurun yang terik dan mematikan. Kita berkelana mencari kepuasa dari dunia tetapi kita tetap haus. Jiwa kita remuk dan hancur akibat dosa, kita berdarah-darah terluka parah. Namun bodohnya kita, kita tidak menyadari betapa menyedihkannya kehidupan kita.
Yesus memberikan kepada satu pengertian yang utuh akan penderitaan jiwa akibat dosa. Kini kita dapat melihat dengan jelas satu penderitaan yang Yesus rasakan. Mengajak kita untuk bertobat, mengajak kita untuk menghampiri Air kehidupan, “tetapi barang siapa minum air yang Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” Yohanes 4:14 (TB)
Betapa indahnya kehidupan yang sudah percaya kepada Yesus, betapa puasnya diri kita ketika Kristus menjadi pusat kehidupan. Ini merupakan kemuliaan yang tidak terbatas, rasa haus yang telah dipuaskan hanya di dalam Kristus, kita mendapatkan satu tujuan pasti akan kehidupan yang penuh makna. Untuk memuliakan Allah di dalam Yesus yang memuaskan dahaga. “Barang siapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.”
6. Awal dari kemuliaan yang sejati bagi kita
Perkataan Salib ke Enam "Sudah selesai" Yohanes 19:30
Jika tidak ada penderitaan, maka tidak akan ada kesukaan. Yesus harus menerima gelapnya akibat dari dosa-dosa, kegelapan akibat dosa merupakan kengerian, semua ini seharusnya ditimpakan kepada manusia atau Anda dan saya.
Yesus telah tergantung di atas kayu salib. Ia telah ditinggalkan oleh Allah Bapa, Yesus dipandang sebagai pendosa besar yang binasa. Pendosa besar yang layak untuk ditimpakan murka. Kemuliaan yang menjadi kehinaan, karena kehinaan manusia yang binasa, manusia yang pendosa yang tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.
Salib melambangkan kematian dosa, kita yang percaya telah mati bersama Kristus atas dosa-dosa. Inilah Injil yang dapat kita terima melalui perkataan Yesus, “SUDAH SELESAI”. Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kiya menghambakan diri lagi kepada dosa.” Roma 6:6 (TB)
Ketika dosa masuk karena satu orang, maka menjalar kepada semua orang. Natur dosa adalah manusia itu sendiri. artinya manusia tidak bisa tidak berdosa. Upah dosa adalah maut, maut yang mematikan, ini adalah murka Allah. Kita yang dulunya hamba dosa, dibawah pemerintahan dosa.
Kini menjadi hamba Kristus, semuanya sudah selesai, semua hutang dosa, semua hukuman dosa. Semua itu selsai ketika ditimpakan kepada Yesus, suatu keadilan oleh karena kebenaran Yesus, Ia yang kudus maka semua orang yang di dalam-Nya boleh menerima kebenaran (Roma 5:17).
Makna dari penyelesaian permasalahan sengat dosa, merupakan kabar yang indah untuk direnungkan. Kita telah menang karena kebenaran Yesus, sang budak kini menemukan Tuan yang mulia, Tuan yang mengasihinya dan mendidik Dia untuk tetap di dalam kebenaran.
Yesus Kristus yang mulia telah menjadi dosa karena Anda dan saya yang adalah budak dosa. “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” 2 Korintus 5:21 (TB)
7. kehidupan dan kematian yang diserahkan kepada Allah
Perkataan ke Tujuh "Ya Bapa ke dalam Tangan-Mu Ku serahkan Nyawa-Ku" Lukas 23:46
Kebahagiaan yang sesungguhnya hanya akan dirasakan oleh orang-orang yang selalu saja merenungkan kematian Yesus dan memberitakan kemuliaan yang telah Yesus berikan dan nyatakan di dalam kehidupannya. Tidak ada sukacita yang dapat melampaui sukacita ini, ini merupakan sukacita sejati yang berasal dari sorga, dan untuk itulah manusia diciptakan.
Kehidupan Yesus merupakan contoh mutlak dari teladan sejati, bagaimana seharusnya Anda dan saya hidup. Yesus hidup hanya untuk melaksanakan kehendak Allah, membukakan dosa, menyatakan kesalahan, mengabarkan Injil, melatih para murid untuk diutus dan hidup hanya untuk kemuliaan Allah.
Kehidupan-Nya merupakan pusat dari kehidupan orang-orang percaya, dimana kita harus melihat realita kehidupan Kristus secara jelas. Untuk sukacita yang jelas dan pekabaran kabar baik yang jelas dan memberitakan dosa dan karya keselamatan yang ada di dalam Yesus.
Kehidupan diluar Yesus, tanpa Yesus, hanya kehidupan yang terikat oleh kebohongan dari keindahan dunia ini, dunia yang menawarkan segala jenis kenyamanan tetapi berujung pada rasa bosan, kosong, hampa, dan kematian kekal terpisah dari Yesus selama-lamanya.
Untuk itu saudaraku, kita harus mengerti satu pelajaran penting dari perkataan Yesus, dimana meskipun kematian-Nya karena dosa-dosa kita, namun kematian-Nya tidak Ia serahkan kepada dosa, Ia tidak pernah diperbudak oleh dosa, Ia membenci dosa dan jijik terhadap dosa.
Suatu kabar sukacita, bahwa kematian Yesus merupakan milik Allah, jiwa Yesus adalah jiwa yang diserahkan kepada Allah. Sebagai jiwa yang kudus dan berkanan kepada Allah. Kematian Yesus tidak berdasarkan pemerintahan dosa, ini berdasarkan pada kerelaan kehendak-Nya, kekayaan kasih Allah yang sangat besar dan hebat. Ini merupakan keadilan dan kekudusan dan kasih yang menjadi satu. Menunjukkan kepada kita satu kemenangan Yesus, “sudah selesai” kuasa dosa dikalahkan, Ia menyerahkan nyawa-Nya kepada Allah.
Bagaimana dengan Anda dan saya, apakah kehidupan kita hari ini milik YESUS, ataukah milik dosa. Kita harus bergumul secara serius, untuk dapat terus menerus memikirkan pengorbanan Yesus, karena hanya melalui pergumulan inilah, kita akan semakin dekat dengan Dia. Dan hidup hanya untuk Dia dalam kesadaran yang dikaruniakan kepada kita, melalui Roh Kudus yang bagian kita terus mengingatkan kita akan kebenaran Injil yang menyegarkan jiwa.
Saudaraku Yesus telah menang, ini adalah kemenangan kita, “Segala jalan TUHAN adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang-orang yang berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya.” Mazmur 25:10 (TB). Kita telah merenungkan, bagaimana penderitaan Yesus dan kehidupan Yesus telah menjadi dampak nyata bagi dunia, berpenganglah pada Dia, pandanglah Dia, dan nikmatilah kasih anugerah yang dikaruniakan kepada kita yang telah diampuni dosa-dosanya.
Penutup oleh penulis
Sampai sejauh ini, saya menuliskan artikel makna yang dapat saya ambil dari 7 Perkataan salib. Makna yang dapat saya jabarkan jauh dari sempurna. Saya sangat mengerti, ada berjuta-juta makna untuk kemuliaan Allah. Melalui 7 perkataan Yesus Tuhan kita.
Namun melalui artikel ini, Anda yang membacanya sampai selesai, harapan saya, Injil yang murni tanpa embel-embel lain. Hanya memberitakan kemuliaan Yesus dan seruan pertobatan. Dapat Anda mengerti, dapat Anda renungkan, dapat Anda pikirkan lebih jauh lagi tentang pengorbanan Yesus yang memberikan sukacita sejati di dalam jiwa.
Tuhan Yesus telah mengerjakan kesempurnaan keselamatan untuk kita, maka dari itu tidak ada yang dapat kita banggakan dari diri kita yang berdosa ini, mengutip quote dari Martin Luther, “Ketika saya memikirkan apa yang diderita Kristus, saya malu menyebut apa pun yang telah saya derita demi Dia.” Biarlah kehidupan kita hanya bangga untuk memuliakan Dia.
Melalui artikel 7 Perkataan salib, kiranya Allah Roh Kudus terus memperbaharui dan menambah-nambah pengertian kita akan Injil setiap hari. Khotbahkanlah Injil kepada diri kita sendiri setiap saat dan hiduplah untuk kemuliaan Allah, beritakanlah Injil apapun pekerjaan saudara. Damai sukacita sorga melimpah atas kehidupan saudara. AMIN
Posting Komentar untuk "7 Perkataan Yesus Di Atas Kayu Salib Beserta Maknanya"
Silahkan Berkomentar