Renungan Amsal 10:2 Kefasikan Tidak Berguna tetapi Kebenaran Menyelamatkan
Amsal 10:2 (TB) Harta benda yang diperoleh dengan kefasikan tidak berguna, tetapi kebenaran menyelamatkan orang dari maut.
Setiap kita memiliki kecenderungan untuk mencintai ciptaan melebihi cinta kita kepada Allah, semua ini terjadi tanpa latihan. Rasa cinta pada ciptaan, memberikan kita kepenuhan yang nyata, sesuai dengan realitas hidup, dapat terlihat, dapat dinikmati saat itu juga. Yang pada intinya, kita selalu mencari kepenuhun dari ciptaan.
Kita cinta pada diri sendiri, kita berpusat pada diri, jika bisa diri kitalah yang berkuasa atas dunia ini. Kehidupan kita, kita pikir milik kita dan seolah-olah kita tidak menjadi tua, tidak akan ditimpa sakit penyakit. Dan kematian hanyalah dongeng belaka.
Kita hidup dalam tipuan yang berhasil menipu hati dan pikiran. Sehingga berpikir fositif adalah cara terbaik untu tepat hidup dalam ilusi diri yang telah kita ciptakan sedemikian rupa. Untuk tidak melihat realitas yang menyakitkan dari dunia, untuk hidup sesuai dengan kehendak sendiri dan menikmati kekayaan dunia.
Tetapi saudaraku, faktanya apa yang kita anggap dongeng saat ini merupakan realita yang tidak dapat dihindari. Kita semakin tua, semakin lemah, dan pada akhirnya kita mati.
Baca Juga: Renungan tentang badai pasti berlalu
Ada kabar yang lebih buruk dari kematian yang akan saya jelaskan melalui poin pertama. Dan bagaimana kabar buruk ini diselesaikan oleh Kabar Baik setelahnya. Lalu undangan untuk masuk ke ruangan Kabar Baik yang berasal dari Allah. Inilah yang akan bersama-sama kita renungkan kali ini.
1. Kefasikan benar-benar tidak berguna
Kefasikan merupakan buah dari dosa, kita semua telah jatuh ke dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. ini adalah inti dari kabar paling buru yang menjadi realitas dunia. Dosa adalah kejadian yang serius, karena dosa hari ini seorang Wanita harus benar-benar menderita ketika melahirkan. Karena dosa, kita para lelaki bekerja semua itu seringkali kita pikir sia-sia.
Padahal kita sudah berjuang, mengerahkan semua tenaga. Sekarang mari kita lihat lagi apa yang dosa hasilkan. Jelas kesusahan, tanah dikutuk, sakit penyakit menjadi bagian dari keseharian Anda dan saya. Kita begitu mudah lelah, semakin tua kita semakin lemah.
Tidak peduli sekuat apa Anda berolahraga, pada akhirnya umur yang tua. Akan benar-benar membuat Anda tidak berdaya. Begitu juga dengan saya, saya mengajak Anda untuk merenungkan setiap fakta yang dihasilkan oleh dosa dengan satu tujuan. Yaitu untuk memikirkan kembali setiap tujuan yang kita kerjakan hari ini, setiap visi yang kita ingin capai. Apakah semua itu, bernilai kekal?
Karena Salomo dengan jelas menuliskan, harta benda yang dihasilkan oleh kefasikan kata lain dari kefasikan berdasarkan bahasa Ibrani yaitu “resha”; Kefasikan, kejahatannya, kefasikannya, orang fasik, fasik, ketidakadilan, kefasikanmu, palsu, kejahatan, kelaliman, semena-mena.
Ketika merenungkan semua definisi dari setiap kata yang memperlihatkan saya, tentang kefasikan. Saya melihat hati dan pikiran saya. Ya, sayalah orang fasik itu, Andalah orang fasik. Kita adalah orang fasik yang ada di Amsal.
Saya tidak ingin Anda berpikir, bahwa orang fasik yang ditunjukkan oleh Salomo adalah sebuah gambaran dari orang jahat, dari orang lain dan Anda merasa bahwa diri Anda orang benar. Tidak. Saya harus jujur, ANdalah orang fasik. Ya Anda pendosa, lihatlah betapa buruk hati Anda, lihatlah betapa pikiran Anda seringkali bobrok dan sangat bobrok.
Keberdosaan, kefasikan dan harta yang kita dapatkan di dalam kefasikan kita, buah dari dosa yang melekat pada diri kita. Tidak akan berguna untuk menyelamatkan jiwa kita, harta benda tidak dapat membawa kita pada Allah.
Tentang Salomo kekayaannya dan kefasikannya
Salomo, mengerti bahwa kekayaan yang dihasilkan oleh kefasikan tidaklah berguna. Dan pada akhirnya, ia menuliskan kita Pengkhotbah. Tahukah Anda, bagaimana Salomo mendapatkan banyak kekayaan.
"Semua sia-sia kekayaan, wanita yang banyak untuk dicintai, tahta, dan kegembiraan. Semua itu sias-sia, usaha menjaring angin." ~ Salomo
Mungkin yang Anda tahu, ia adalah orang berhikmat. Dan kita harus meneladaninya. Sehingga seringkali kita diajak untuk berdoa. Mintalah hikmat pada Tuhan, mintalah hikmat agar kita dapat kaya seperti Salomo.
Saya ingin tegaskan dengan serius, jujur dihadapan Anda dan Alllah. Bahwa berdoa meminta hikmat untuk sukses, bukanlah tujuan dari Kekristenan, doa semacam ini tidak membawa kita pada Allah, melainkan pada kefasikan yang semakin dalam. Penyembahan berhala yang sangat Allah benci.
Pelajaran penting dari kehidupan Salomo, bukanlah berdoa meminta hikmat. Justru sebaliknya. Kita seharusnya berdoa, untuk hati yang hanya menginginkan kehendak Allah, menginginkan Allah dan tidak menginginkan yang lain.
Baiklah kita berdoa, berdasarkan ayat-ayat berikut ini! Yohanes 17; Matius 6:10; Matius 26:39; Mazmur 26:2; Efesus 1:15:23; Filipi 3:10.
Pada akhirnya Salomo dengan segala hikmat, mendapatkan kekayaan yang lebih melimpah. Dengan cara menikahi banyak Wanita, banyak ratu dari bangsa yang tidak mengenal Allah. Sehingga isteri-isterinya yang banyak ini, membawa dia untuk hidup dalam penyembahan berhala. Ini satu cerita yang mengejutkan dari kitab 1 Raja-raja.
Pada awal kehidupann Salomo, Anda akan berpikir bahwa inilah idealnya kehidupan yang diberkati. Lalu pada 1 Raja-raja 10:14-29. Kita dibawa untuk memikirkan harta kekayaan yang ada di dalam dunia. Semua itu indah dan membuat kita tergius untuk berdoa seperti Salomo, yaitu meminta hikmat.
Tap pada pada selanjutnya, 1 Raja-raja 11:1-13. Ini adalah bagian yang membuat saya bertanya-tanya pada masa Remaja saya. ketika saya membaca bagian ini. Apa yang harus saya lakukan, jika hikmat tidak dapat membuat saya lepas dari dosa.
Apa yang harus saya kerjakan, betapa ini menunjukkan kebinasaan yang nyata. Dari kekayaan yang bisa saja kita dapatkan. Tetapi dengan kefasikan yang tetap menjadi natur kita, kita begitu mudah meninggalkan Tuhan, kita begitu mudah tidak menginginkan Tuhan dan hidup semaunya kita.
1 Raja-raja 1:1-4 (TB)
Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het,
2padahal tentang bangsa-bangsa itu Tuhan telah berfirman kepada orang Israel: ”Janganlah kamu bergaul dengan mereka dan mereka pun janganlah bergaul dengan kamu, sebab sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah mereka.” Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta.
3Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada Tuhan.
4Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada Tuhan, Allahnya, seperti Daud, ayahnya.
Bukan berdoa minta hikmat yang harus kita teladani dari Salomo. Tetapi marilah kita hidup dengan hati yang hanya terarah kepada Allah agar kita tidak cinta pada ciptaan, tetapi pada pencipta.
Bukanlah hikmat Salomo yang harusnya kita inginkan. Tetapi Pribadi Allah yang kudus seharusnya kita inginkan. Tetapi kita pendosa dapatkah kita memiliki hubungan dengan Allah, Tuhan yang besar dan Kudus.
Harta yang didapatkan dengan cara hidup fasik, meskipun dengan hikmat. Membawa kita tidak lagi menikmati kemuliaan Allah. Baiklah kita sungguh-sungguh bergumul untuk hal ini. Upah dosa adalah maut. Kematian kedua, marilah kita bertobat, ya mintalah rahmat Tuhan dan bertobat.
Kita harus belajar, mengasihi Allah lebih dari apa pun, bahkan diri kita sendiri. kita harus mengubah dosa-dosa kita, marilah kita belajar hal ini dan masuk ke dalam ruangan kebenaran yang berasal dari Allah dengan hati yang diarahkan kepada Allah dan kehendak-Nya. Sehingga kita dapat terhindar dari dosa yang dilakukan Salomo.
2. Kebenaran yang menyelamatkan
Allah merupakan Sang Kebenaran, Yesus menjelaskan bahwa diri-Nya merupakan jalan Kebenaran dan Hidup. Inilah Injil, kabar baik-Nya. Kita yang berdosa, terpisah dari Allah, kita yang adalah orang fasik yang sudah sejak dalam kandungan. Diselamatkan oleh karena kasih karunia yang sangat besar, kepada pendosa-pendosa besar yang seharusnya binasa.
Kebinasaan itu, ditimpakan kepada Yesus, melalui penyaliban yang dialami-Nya, kita melihat akibat dari dosa sangatlah serius. Kita disadarkan akan keberadaan diri yang berdosa. Dan inilah jalan sehingga kita bertobat, yaitu ketika kita merenungkan salin Tuhan Yesus.
Dia menderita, menjadi sangat menderita. Diludahi, dipukul, disesah hingga tubuh-Nya benar-benar hancur. Secara daging, Yesus benar-benar remuk, pada saat yang sama, Ia menerima hukuman neraka. Kita yang kehilangan kemuliaan Allah, di mana inilah inti dari penderitaan dosa, yaitu terpisah dari kehadiran Tuhan.
Yesus menerima konsekuensi dosa ini, Yesus kehilangan kemuliaan Allah dan inilah neraka. Keterpisahan yang benar-benar menyakitkan bagi Yesus, Yesus merasakan kekosongan, penderitaan, kesakitan, perbudakan, kematian dan terpisah dari Allah Bapa. Ketika Ia disalibkan. Dan puncak dari penderitaan-Nya, sebelum Ia mati adalah keterpisahan dari Allah Bapa. Karena Yesus menjadi sangat berdosa.
Inilah Injil, inilah kebenaran itu tentang Yesus yang disalibkan. Tentang Allah yang mencari manusia, membebaskan manusia dari kutuk dosa melalui salib. Dan membawa manusia pada kehidupan yang baru untuk memiliki hubungan dengan Dia.
Dosa adalah kekejian bagi Allah, ini mendukakan Allah dan menghancurkan setiap kemuliaan yang ada di dalam kita dan kita dengan segala kebodohan dan begitu idiot.
Baca Juga: Renungan Ayub 42:5-6
Mengganti kemuliaan Allah denga napa yang fana. Kita memuji, memuliakan, kagum pada ciptaan. Inilah yang Allah benci, penyembahan pada ciptaan, akan menghasilkan manusia-manusia yang seringkali menindas manusia lainnya. Dan Allah sangat membenci penindasan.
Kita harus berobat, lihatlah Kebenaran yang menyelamatkan. Yaitu Yesus yang disalibkan dan ada undangan bagi kita untuk tidak lagi hidup berpusat pada diri dan mengingikan harta dengan kefasikan kita.
Tetapi meninggalkan semua itu, untuk hidup bagi Kristus dan dihidupkan di dalam Dia. melakukan kehendak-Nya. Pertobatan sejati, merupakan keinginan yang diperbaharui, dari yang tidak menginginkan Tuhan menjadi sangat rindu, haus, lapar dan selalu ingin mengenal Yesus dan kauasa kebangkitan-Nya. Amin.
Posting Komentar untuk "Renungan Amsal 10:2 Kefasikan Tidak Berguna tetapi Kebenaran Menyelamatkan"
Silahkan Berkomentar