Renungan Amsal 10:1 Amsal Salomo Tentang Bijak Bebal
Amsal 10:1-2 (TB) Amsal-Amsal Solomo. Anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya, tetapi anak yang bebal adalah kedukaan bagi ibunya.
Mulai dari Amsal 10 sampai pasal 24, kita akan belajar pengajaran hikmat dari Salomo. LAI memberikan judul “Amsal-Amsal Salomo.”
Renungan ini, mengawali perjalanan saya. Untuk merenungkan Amsal Salomo secara singkat atau terdiri dari kalimat atau dalam bahasa kita sekarang kumpulan kutipan dalam bahasa Inggris dikenal dengan quote. Yang ada di Pasal 10-24.
Merenungkan Amsal dari kacamata Injil, sangatlah menggairahkan bagi saya. Karena saya dengan bebas, melihat keindahan dan kemuliaan Yesus menjadi pusat dari setiap kebenaran, keindahan, hikmat, kesempurnaan, dan Tuhan di atas segala yang ada di dunia saat ini.
Tanpa dikurung oleh keinginan saya yang dipengaruhi oleh hikmat dunia di mana saya berhikmat. Agar saya sukses, disukai orang lain dan mendapatkan apa yang saya inginkan selama di dunia. Saya harus bertobat dari hikmat saya yang bodoh di hadapan Tuhan.
Bagaimana, hikmat yang dituliskan di dalam Amsal merupakan Allah sendiri. Pengertian hikmat yang tidak dapat dipisahkan dari Allah dan itu tidak secara alami muncul dari manusia. Sebab hikmat manusia pada dasarnya selalu bertentangan dengan hikmat Allah.
Ini jelas Allah sendiri yang menyatakannya di dalam Yesaya 55:8, bahwa jalan-Nya bukanlah jalan manusia dan rencana-Nya bukanlah rencana manusia. Dan inilah hikmat Allah, tidak mengikuti ide manusia. Kitalah yang harus mengikuti ide Allah, hikmat Allah dan taat kepada Dia.
Mari kita kembali pada pondasi perenungan kita, ada empat kata yang Amsal konteraskan di dalam ayat 1. Dan inilah yang akan Anda dan saya pikirkan bersama-sama dan melihat bagaimana Yesus saja yang menjadi pusat dari ayat-ayat tersebut.
1. Anak yang bijak memberikan sukacita
Kita akan merenungkan apa itu kebijaksanaan sejati. Kebijaksanaan di sini, Amsal hubungkan dengan seorang anak. Di mana dampak dari kebijaksanaan adalah sukacita. Yang bersukacita ketika seorang anak bijaksana adalah orang tua.
Tetapi bisakah kita menjadi benar-benar bijaksana. Dan bagaimanakah kebijaksanaan yang sejati dan berasal dari Allah. Saya percaya bahwa semua kebijaksanaan berasal dari Allah, saya percaya salah satu cabang ilmu yang seringkali dianggap dapat menjadikan orang tidak percaya pada Tuhan. Yaitu filsafat merupakan cabang ilmu yang berasal dari Tuhan.
Saya percaya semua cabang ilmu, baik itu ilmu ekonomi, sosiologi, politik, dan masih banyak lagi. Bersumber dari Allah yang kaya dengan hikmat dan pengetahuan. Sebab Ia tahu karena Dia memang tahu. Pengetahuan Allah bersumber dari diri-Nya sendiri.
Kebijaksanaan sejati, hanya berasal dari Tuhan, ketika Anda mengenal Dia. Bagi saya pusat dari semua hikmat yang ada di Amsal. Ada di Amsal 1:7, di mana pengetahuan akan menjadi milik kita, ketika kita takut akan Tuhan. Dan dikontraskan dengan orang-orang bodoh yang menghina didikan dan hikmat yang berasal dari Tuhan.
Amsal 1:7 (TB) Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.
Pusat dari hikmat adalah takut akan Tuhan atau dengan kata lain adalah Tuhan itu sendiri. inilah yang akan kita dalami untuk menjadi seorang anak yang tidak bebal. Tidak keras kepala dan tidak menjadi orang-orang yang mengaku percaya tetapi memiliki kehidupan yang masih tentang “aku.”
Takut akan Tuhan, didasari pada kasih Allah kepada kita, ini bukanlah ketakutan yang didasari bahwa Anda akan masuk neraka. Ini bukanlah ketakutan yang didasari pada Allah yang otoriter yang mementingkan diri-Nya sendiri.
ini adalah ketakutan yang benar, yaitu takut karena mengasihi Allah, takut menyakitkan hati Allah. sebab dosa, memuliakan dunia, dan benda mati harta dan diri sendiri. Merupakan cara terbaik untuk menyakitkan hati Allah.
Bagian Alkitab yang hari-hari ini membawa saya berpikir dan merenung terus tentang dosa. Adalah Yesaya 63:10 (TB) Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh Kudus-Nya; maka Ia berubah menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka.
Efesus 4:30 (TB) Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.
Kasih Allah pada kita, membuat Ia berduka, hal yang sama mendukakan diri sendiri, kita akan merasa sangat bersalah.
Tetapi pada saat yang sama puji Tuhan sifat Allah yang adil dikaruniakan bagi kita. Ini merupakan bagian yang baik untuk mendidik kita agar kita sadar bahwa dosa adalah musuh kita.
Sehingga rasa takut kita pada Allah, merupakan rasa takut yang indah, bukan karena kemunafikan kita, bukan karena kita takut masuk neraka.
Tetapi takut terpisah dari Allah, takut tidak menjadi milik Allah dan takut mendukakan Roh Kudus. Dan dengan sukacita, jika Allah mendidik kita, itu hal yang baik untuk membawa kita kepada hikmat yang melimpah ketika kita dapat mengenal Dia.
Inilah jalan masuk untuk menjadi seorang anak yang membawa sukacita bukan hanya bagi orang tua, pada dasarnya visi kita sebagai orang percaya jauh lebih besar.
Kita membawa sukacita bagi dunia, menjadi cahaya Injil bagi dunia, membawa Yesus dan kemuliaan-Nya bagi dunia. Meskipun dunia membenci itu, tetapi hikmat Allah menyertai kita.
Sukacita bagi Ayah dan ibu kita, merupakan tujuan yang menjadi gambaran dari Amsal ketika kita mendapatkan hikmat, ketika kita menjadi seseorang yang berhikmat.
Bagi saya ini adalah sukacita bagi lingkungan kita, keluarga kita, kehidupan yang benar-benar menghidupi Firman dan menjadi berkat bagi sekitar.
Baik itu dalam pekerjaan, sekolah, masyarakat dan dimanapun. Kita dapat dilihat orang, bahwa kita adalah seorang murid Yesus yang bijaksana penuh kasih setia.
Ini sangat indah, inilah hikmat yang berasal dari Allah dan berpusat pada Tuhan. Bukan tentang kita, tapi tentang Dia yang harus dikenal banyak orang, tentang Injil yang membawa kehidupan bagi orang bebal yang sama seperti kita.
2. Anak yang bebal memberikan kesedihan
Kebebalan itu adalah buah dari dosa, kebebalan juga sama dengan pemberontakan, keras kepala, merasa diri benar, dan tidak mau didik. Ini jenis orang bodoh yang Amsal katakan, ia membenci didikan dan hikmat sejati. Karena pada dasarnya orang seperti ini merasa dirinya berhikmat.
Kebebalan membawa duka pada Roh Kudus, pada ibu yang ada di dalam Amsal. Karena dosa pada dasarnya memisahkan kita dari Allah, menjadikan kita budak dan membinasakan kita. Kebebalan mungkin terlihat indah, menyenangkan dan menjadikan harga diri lebih tinggi. Tetapi semua itu tipuan belaka.
Kita harus bertobat, dari kehidupan yang merasa benar, berhikmat dan malas belajar Alkitab. Kita harus bertobat dari kehidupan kita yang selalu dan terus menerus berpusat pada diri sendiri. bagaimana sekarang kita harus hidup, kita telah tahu bahwa kebebalan tidaklah baik.
Ada kasih karunia yang melimpah dari Allah, ada kasih yang Ia anugerahkan melalui Yesus yang disalibkan. Pada dasarnya pada waktu Yesus disalibkan, kebebalan kitalah yang ditimpakan kepada-Nya. Seolah-olah Yesus melakukan semua pemberontakan yang telah kita lakukan.
Yesus yang benar, kudus dan taat kepada Allah Bapa. Kini menjadi dosa, menjadi bebal, menjadi sangat tidak berguna dan tidak layak. Sehingga Ia disalibkan, ini adalah kematian yang mengerikan.
Kematian yang memalukan dianggap penjahat di atas segala penjahat. Dipermalukan dan diolok-olok, dihina dan dihindari orang. Ia dianggap menerima kutuk dari Allah.
Saudaraku, kebebalan kita telah diterima oleh Yesus, hari ini marilah kita merenungkan kebenaran Injil. Di mana Injil tentang apa yang Allah berikan kepada kita, kita tidak akan bisa menjadi orang bijaksana di luar Kristus, kita tidak akan bisa lepas dari perbudakan kebebalan kita, di luar Yesus.
Hanya ketika kebijaksanaan Yesus diberikan kepada kita, dibenarkan dan dikuduskan oleh Dia, maka kita memperoleh kehidupan yang baru, kasih yang baru dan dapat mengasihi. Pertobatan untuk percaya kepada Yesus, mengaku bahwa kitalah anak yang bebal dan telah mendukakan Roh Kudus.
Mintalah Rahmat itu, dinyatakan kepada kita, agar kita dikuduskan, dimurnikan, dididik untuk menjadi semakin serupa dengan Yesus dan tidak terus menjadi orang bebal. Marilah kita terus belajar kepada Yesus, belajar taat, bacalah Firman, renungkanlah firman dan hidupilah firman.
Bagaimana firman Yesus kita perjuangkan menjadi pondasi tindakan kita dan menjadi dasar kasih kita kepada sesama dan memberitakan Yesus sampai akhirnya kita kembali kepada Allah dan melihat Yesus muda dengan muda. Roh Kudus kiranya memampukan kita. Amin
Posting Komentar untuk "Renungan Amsal 10:1 Amsal Salomo Tentang Bijak Bebal "
Silahkan Berkomentar