Renungan Amsal 5:1 Memperhatikan dan Mengarahkan Diri Pada Hikmat Allah
Amsal 5:1 (TB) Hai anakku, perhatikanlah hikmatku, arahkanlah telingamu kepada kepandaian yang kuajarkan.
Panggilan utama Injil adalah bertobat dan hidup untuk Allah
dan memiliki persekutuan yang baru bersama Allah, persekutuan yang lebih dekat
dan benar-benar mengenal Allah dan kuasa kebangkitan Kristus. Antara Allah dan manusia, hingga sesama manusia
dapat saling mengasihi dan bersatu untuk semakin mengasihi Allah bersama-sama.
Inilah pusat dari nasehat Amsal, yaitu Allah itu sendiri. Untuk mengarahkan telinga kita
kepada Allah, hikmat yang berasal dari Dia dan hikmat Allah pasti bertentangan
dengan hikmat dunia ini yang menyesatkan dan membawa kita pada kehidupan kelam
dalam dosa. Maka dari itu, marilah kita bersama-sama hidup untuk terus mencari
hikmat Allah melalui Alkitab, melalui doa dan pujian kepada-Nya untuk menikmati
Dia dan keindahan kemuliaan-Nya.
Ketika merenungkan Amsal ini, Doa poin penting yang saya
dapatkan dan akan kita bersama-sama renungkan melalui renungan ini. Kita
bersama-sama dapat nikmat dan setiap poin ini akan berpusat pada Kristus, pada Injil
dan pelayanan yang Allah ingin Anda dna saya kerjakan.
Renungan Amsal 5:1 Memperhatikan dan Mengarahkan Pada Hikmat Allah
1. Memperhatikan hikmat yang berasal dari Tuhan.
Sebelum kita masuk pada penjelasan bagaimana kita dpaat
memperhatikan hikmat, marilah kita terlebih dahulu menyadari kesesatan hati
kita, ketidakmampuan kita untuk menerima hikmat Allah, di mana natur kita yang
berdosa bertentangan dengan hikmat Allah dan tidak ingin menikmat hikmat Allah dan
seringkali kita ingin hidup untuk hikmat dunia dan mengejarnya.
Kita memiliki hati yang mengembara, pikiran yang seringkali
tersesat dan tidak tahu arah. Hati kita seringkali mengasihi dosa dan apa yang
baik dan benar berdasarkan definisi kita, kita berkehendak untuk terus hidup
memperhatikan hikmat dunia ini karena demikianlah keinginan kita secara alami.
Masalah terbesar yang ada dibalik sesuatu yang salah dalam
diri kita adalah dosa yang ada di dalam diri kita, daging yang masih berkuasa
atas hidup kita dan pada realitanya kita saat ini ada di dalam kemah fana. Itu mengapa
Paulus dengan nada yang frustasi di dalam Roma 7:21-26 menuliskan. (FAYH)
Firman Allah Yang Hidup.
Roma 7:21-26 (FAYH) “Rupanya sudah merupakan suatu kenyataan hidup, bahwa apabila saya ingin melakukan yang benar, saya malah melakukan yang salah. Karena tabiat saya yang baru, saya senang melakukan kehendak Allah; tetapi ada sesuatu yang lain jauh di dalam diri saya, di dalam tabiat saya yang rendah, yang berperang dengan pikiran saya, dan menang serta menjadikan saya hamba dosa yang masih ada di dalam diri saya. Dalam pikiran saya, saya ingin menjadi pelayan Allah yang penurut, tetapi sebaliknya, saya sadar bahwa saya masih diperhamba oleh dosa. Jadi, sekarang Saudara mengerti persoalannya: hidup saya yang baru menyuruh saya berbuat benar, tetapi tabiat lama yang masih ada di dalam diri saya gemar akan dosa. Betapa celakanya keadaan saya! Siapa yang akan membebaskan saya dari perhambaan kepada tabiat yang rendah ini? Syukur kepada Allah! Saya telah dibebaskan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Dialah yang memerdekakan saya.”
Pada ayat ke 3, Amsal 5. Menjelaskan alasan utama dari Anda dan
saya harus memperhatikan hikmat Allah, karena ada dosa, ada Wanita jalang, ada
perempuan sundal. Ada perzinahan secara rohani, ada perselingkuhan, ada
ketidaksetiaan ada pemberontakan ada rasa cinta akan dosa, ada kekejian di mata
Allah yang ingin selalu kita kerjakan, ingin selalu kita dibawa olehnya dan
menikmati dia. Inilah dosa dan Paulus secara jelas bergumul dengan segala dosa
yang ada di dalam dirinya.
Saya ingin kita menyadari hal ini, bahwa kita benar-benar
celaka di dalam dosa, kita benar-benar ada dalam perbudakan dosa dan ini nyata.
Saya harap Anda tidak menyangkal hal ini dan dapat secara jujur mengakuinya. Karena
dosa selalus saja ingin kita menyangkal bahwa kita orang berdosa yang lemah,
rapuh, tidak berdaya dan tidak memiliki kekuatan untuk menikmati hikmat Allah.
Paulus melanjutkan di bagian Akhir, ayat ini terus membuat
saya merenungkan keadaan saya. terus merenungkan bagaimana saya dapat selamat
dari dosa ini. Saya benar-benar binasa, Paulus mengakui hal ini, Ia cinta pada
rancangan Allah tetapi disisi lain ada dosa yang memperhamba dirinya.
“Siapa yang akan membebaskan saya dari perhambaan kepada tabiat yang rendah ini?”
Tetapi tunggu, berdiamlah dan renungkan bagian setelah
pertanyaan ini. Renungkanlah injil yang membebaskan, Injil yang memberikan pengharapan
bagi Anda dan saya.
Paulus melanjutkan, “Saya telah dibebaskan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Dialah yang memerdekakan saya.”
Yesus yang telah disalibkan, Dia yang telah mencurahkan
darah-Nya untuk Anda dan saya yang selalu kalah, lemah dan tidak berdaya. Sebab
kita ini budak. Tetapi Yesus telah menjadi
budak dosa sehingga Ia disalibkan, di atas salib Yesus menerima kutuk, agar kita
yang seharusnya dikutuk dibebaskan dari kutuk dan dimerdekan untuk selalu berkuasa
membenci dosa kita dan hidup dalam kehendak Allah.
Injil memampukan kita untuk selalu hidup dengan hati dan pikiran
yang tertuju pada hikmat Allah, hanya ketika Kristus menjadi pusat kehidupan
kita, maka hikmat itu menjadi perhatian kita. Maka pengetahuan untuk setiap
hari, semakin mengenal Dia, menjadi tujuan kita dan demikianlah hidup kita
diubahkan, diperbaharui dan dijakan anak Allah yang memperhatikan hikmat yang
berasal dari Allah.
2. Mengarahkan telinga untuk mendengarkan hikmat yang berasal dari Tuhan.
Kita harus selalu kembali ke Alkitab, untuk dapat benar-benar
mengerti hikmat Allah, di mana hikmat-Nya selalu bertentangan dengan hikmat dunia
ini. Kita harus menjadi benar-benar Alkitabiah, kita harus selalu mendorong
diri kita untuk bersekutu bersama Allah melalui pembacaan firman dan doa-doa
yang berlandaskan Alkitab.
Ketika kita di dalam Kristus, kita diberikan cara hidup yang
baru, cara hidup yang selalu ingin memuliakan Allah. Ketika kita gagal, Roh
Kudus memampukan kita untuk bangkit dan tidak suka dengan dosa, tidak berkubang
di dalam dosa dan mematikan setiap kecenderungan itu. Kita bersekutu dengan
Allah dan terus memandang kepada salib.
Baca Juga:
Saudaraku, mendengarkan hikmat Allah berarti terus
mendengarkan firman, ini adalah gaya hidup yang mempelajari firman dan cinta
pada firman. Setiap hari hidup berdasarkan firman dan firman benar-benar berkuasa
atas kehidupan.
Firman menjadi pondasi dari setiap tindakan, menjadi alasan
dari kasih kepada sesama dan kehidupan yang memberitakan Injil, dimulai dari
firman yang tertancap di dalam kepala, mengubahkan hati dan memperlihatkan
Kristus secara jelas. membukakan dosa dan memperbaharui terus setiap kerusakan
di dalam diri yang diakibatkan oleh dosa.
Kehidupan yang mengasihi Allah, mendengarkan hikmat hanya ketika Kristus benar-benar indah dan berhala di hati kita menjadi sangat menjijikan. Marilah kita hidup dalam kasih Kristus dan terus mengkhotbahkan Injil kepada diri sendiri dan kiranya hikmat Allah benar-benar menjadi pencarian hidup terbesar kita di dalam Kristus. Amin.
Posting Komentar untuk "Renungan Amsal 5:1 Memperhatikan dan Mengarahkan Diri Pada Hikmat Allah"
Silahkan Berkomentar