Renungan 1 Petrus 1:22 Kekuatan Di Balik Kemampuan Mengasihi
1 Petrus 1:22 (TB) Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.
1 Petrus 1:22 (AMD) Kamu sudah membuat dirimu bersih dengan menaati kebenaran. Sekarang, tunjukkanlah kasih yang tulus kepada saudara-saudari seimanmu. Kasihilah sesamamu dengan sepenuh hati.
1 Petrus 1:22 (FAYH) Sekarang Saudara dapat memiliki kasih sejati terhadap setiap orang, sebab pada waktu Saudara percaya bahwa Kristus menyelamatkan Saudara, jiwa Saudara telah dibersihkan dari sifat mementingkan diri sendiri dan dari kebencian. Jadi, berusahalah supaya Saudara sungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hati.
Pada dasarnya kita adalah manusia berdosa yang ada di dalam kegelapan kebodohan yang merusak jiwa secara perlahan namun mematikan. Tidak ada manusia yang dapat lepas dari kebodohan ini, kita harus mengerti bahwa ini bukan hanya tentang kejahatan yang dapat kita lakukan.
Tetapi ini tentang kedalaman hati yang jahat dan ketidakmampuan hati untuk menginginkan Allah yang benar, tidak pernah memandang sesama manusia sama pentingnya dengan diri sendiri dalam kasih yang tulus dan sejati.
Melalui renungan kali ini, saya membawa Anda untuk kita terus melihat kedalaman hati kita masing-masing. Kita memiliki hati yang gampang sesat, dalam segala pencarian kita, kita ada di dalam jalan buntu dan kita dengan positif berkata aku bisa, aku bisa dan kita mencapai yang kita inginkan. Kemegahan diri yang fana dan kehidupan sukses sesuai dengan ukuran dunia dan segala kenikmatan yang dapat kita nikmati selama hidup.
Kita kira, kita diciptakan dan hidup di dunia, untuk melakukan setiap rencana kita yang dipengaruhi setiap keadaan yang ada di dunia dan cita-cita dunia yang menuju kehancurannya. Melakukan segala hal yang menyenangkan menurut kita, melakukan segala sesuatu yang memberikan kebahagiaan menurut kita dan dapat menaikkan ke-aku-an kita dengan segala keindahan hidup yang tanpa henti menghantui kita, kita menginginkan sesuatu yang lebih indah, lebih mulia dan dapat terus dinikmati di dalam kehidupan kita. Tetapi pada dasarnya manusia tidak akan mendapatkan hal itu.
Mendapatkan warisan fana dari keluarga kita, dari nenek moyang yang tidak mengenal Allah, semua ini dimulai dari Adam dan Hawa. Mereka yang telah memberontak terhadap Allah, mereka tidak ingin kehadiran Allah di dekat mereka, mereka lari bukan sekedar malu maupun takut. Ada ketidakinginan untuk bersekutu, ada keenggenan untuk menikmati Allah dan kini manusia lebih suka menikmati diri sendiri dan apa yang ia dapatkan dari segala perjuangan hidupnya yang melelahkan.
Kabar Buruknya
Kebinasaan karena keadilan Allah, karena murka yang menyala terhadap manusia telah Allah sendiri tunjukkan kepada Bangsa Israel yang Ia buang dari hadapan-Nya. Setiap kita pantas menerima murka Allah karena kita pendosa, ada di dalam Adam dan tidak memiliki Allah.
Tidak ada yang lebih mengerikan dari pada hidup dalam kekayaan dan kemegahan dunia ini dan di mana setiap cita-cita kita bisa saja tercapai seperti yang kita inginkan. Tetapi pada saat yang sama kita menderita, kita binasa, jika kita ada di dalam kematian kekal oleh karena dosa yang masih melekat pada diri yang fana dan salah akan tujuan hidupnya.
Manusia yang tidak mengenal penciptanya dan tidak menemukan bagaimana hidup seharusnya dijalani. Tidak adanya pondasi dalam hidup. Kuasa yang mengikat dan memperbudak inilah yang tidak akan dapat kita kalahkan hanya dengan kita beramal baik, berpikir bahwa ketika kita berjuang untuk menjadi lebih baik kita mendapatkan yang baik.
Manusia berusaha membayar Tuhan, dengan segala hasil usaha dan bagaimana pun ia telah melakukan yang ia anggap benar. Anggapan benar ini lahir dari diri manusia yang memang secara natur pendosa. Betapa malangnya kehidupan manusia, di mana ketika kita mengerti bahwa Alkitab memberitahukan manusia diciptakan berdasarkan gambar Allah, di mana manusia indah dalam segala hal, tetapi telah rusak oleh dosa (segala keinginan fana yang tidak menginginkan Allah).
Ketika dosa masuk ke dalam diri manusia, keindahan itu rusak, manusia mati dalam dosa dan tidak ada yang benar dalam dirinya. Sebab segala keinginan manusia melawan Allah, enggan untuk taat dan mati, tidak dapat menginginkan Allah yang benar. kalau pun ia menginginkan Allah, begitu gampang manusia membuat sistem penyembahan dan hidup untuk menyembah Allah hasil imajinasi.
Ketika ilah ini diciptakan oleh tangannya, pada dasarnya setiap kekaguman manusia kepada ilah tersebut adalah kekaguman pada diri sendiri. kemegahan diri sendiri, yang dapat menciptakan suatu kemegahan yang begitu rupa. Di mana ia dapat menyembah.
Kita adalah penyembah berhala dalam segala kematian rohani kita, kita adalah orang-orang yang menciptakan ilah versi diri kita sendiri. Ketika salib tidak benar-benar kita mengerti, ketika Kristus tidak menjadi pusat dari pemikiran kita, kasih kita dan apa pun yang kita kerjakan dalam kehidupan yang fana sekarang ini. Kita binasa, layaklah kita binasa.
Saudaraku, ketika melihat ke dalam diri sendiri dan merenungkan kitab suci, marilah kita menyadari pengajaran penting yang Alkitab terus sampaikan. Baik itu secara langsung mau pun tidak langsung. Yaitu tentang kita yang adalah manusia berdosa, kita yang juga pemberontak, kita menginginkan yang bahkan kita tidak tahu apakah itu benar atau salah.
Kita yang berpikir, bahwa aku adalah pemilik diriku sendiri. Betapa celakanya kita, kita tidak sadar akan kematian yang di luar kendali kita, kita lupa sakit penyakit yang di luar jangkauan kita, betapa sebenarnya kita adalah uap yang sebentar ada dan sebentar hilang. Ini adalah kabar buruk, kita berdosa terhadap Dia yang adalah pemilik kehidupan.
“Saya sedang berkata, bahwa Anda hanya akan berkata, “mari mencari kehendak Allah.” Dengan pemahaman yang benar-benar salah dan kacau. Di mana kehendak Allah yang dimaksud adalah kejayaan Anda, masa depan yang indah dan baik, kehidupan yang memiliki segala yang diinginkan. Pelayanan sukses, hidup semakin berkelimpahan. Dan tanpa disadari semua standar ini di dasarkan pada standar manusia.”
Kabar baiknya
Mazmur 22:2 (TB) Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.
Mazmur 22:7 (TB) Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak.
Allah yang memalingkan wajah-Nya, dari Kristus, ketika Yesus disalibkan. seolah-olah Yesus pendosa yang layak untuk binasa. Yesus menerima semua dosa dan hukuman dosa. Seolah-olah Yesus pendosa dan untuk inilah Yesus menjadi dosa, agar Anda dan saya melihat wajah Allah dan itulah kesukaan jiwa yang telah dilahirbarukan oleh Roh Kudus. Inilah kuasa itu, kuasa yang menjadikan seseorang mampu mengasihi dengan hati yang tulus, karena ia disucikan oleh Yesus yang telah menjadi dosa.
"Marilah kita bertobat dari segala keinginan fana. Untuk menginginkan Kristus saja!"
Kitab 1 Petrus dimulai dengan penjelasan Injil yang indah dan hampir tidak ada menjelaskan dosa di sana. Tetapi bukan berarti Petrus mengabaikan bahwa manusia berdosa, ini semua karena latar belakang hidupnya, di mana Ia pernah mendapatkan tatapan tajam dari Kristus dan seperti panah yang menghantam hatinya, membuat hati tersebut benar-benar hancur dan tidak berdaya, selain menagis dan bertobat.
Injil pada dasarnya memberikan kepada kita, suatu geranat yang akan menghancurkan apa saja yang dijatuhi olehnya dan itu adalah hati kita. Injil yang sejati akan selalu menghancurkan hati yang keras, menyadarkan akan dosa, memberikan pengertian akan diri sendiri yang layak binasa dan memperlihatkan kasih yang melimpah dari Allah yang adil namun berbelaskasih.
“Sebab Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan dari dosa dan hukuman dosa. Injil inilah yang memampukan kita untuk mengasihi sesama, seperti Kristus mengasihi kita dengan segala ketidakberdayaan.”
Yesus yang disalibkan, diremukkan dan dihancurkan merupakan gambaran langsung dari murka Allah yang nyata terhadap dosa. Sehingga Kekristenan bukan tentang keberhasilan moralitas dari orang-orang berdosa yang layak binasa, tetapi tentang kasih Kristus kepada mereka yang berdosa dan yang bertobat.
Roh yang ada di dalam diri orang tersebutlah yang terus bekerja untuk membawa dia kepada Kristus, kepada Kristus dan kepada Kristus dan semakin mengenal Yesus dan kuasa kebangkitan-Nya yang merupakan harapan bagi hidup yang fana sekarang ini.
Pertobatan sejati adalah menginginkan Yesus, dibalik setiap kasih kepada sesama ada pertobatan sejati yang dikerjakan Roh Kudus. Ada diri yang disalibkan, ada kematian atas diri sendiri dan hidup di dalam Kristus ada kesuscian yang diberikan Allah melalui Anak-Nya Yesus Kristus. inilah Injil, inilah Kabar Baik yang menggetarkan hati Anda dan saya dan setiap saat harusnyalah kita renungakan.
Kehidupan manusia yang berkorban
Ketika Anda melihat dengan jelas kehidupan di dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa, ketika Anda menyadari akan kengerian dari manusia yang bobrok dan orang-orang yang telah disentuh oleh Injil. Bagaimana orang-orang ini sepertinya tidak lagi peduli dengan hidup, tetapi peduli pada kehidupan yang akan datang, karena kesadaran akan hidup kekal, pertemuan yang indah dengan Kristus.
Saya merenungkan, betapa kuasa Injil yang sungguh-sungguh direnungkan setiap saat akan memberikan kekuatan bagi orang-orang berdosa untuk hidup dalam pengorbanan. Bahkan penyangkalan diri, memikul salib, berjalan di jalan yang Kristus jalani untuk mati atas cita-cita diri sendiri adalah anugerah yang sangat melimpah.
Tidak ada sukacita yang melebihi sukacita ini, hati yang hancur akan dosa, seperti Petrus yang menyadari bahwa pada dasarnya Ia tidak mengerti kehendak Tuhan, di mana selama ia bersama Yesus, seolah-olah ia membela Yesus, ia melayani Yesus, pada saat yang sama sebenarnya ia menginginkan Yesus menjadi raja atas bangsa Israel.
Pada saat mata itu, mata Kristus yang penuh kasih dan keadilan, menatapa sampai kedalaman hati Petrus, disanalah ia bertobat. Sehingga apa yang menjadi dasar renungan Anda dan saya hari ini, Injil yang indah dijelaskan adalah buah dari kasih Kristus kepada Petrus, kasih yesus kepada Anda kita manusia-manusia berdosa yang dikasihi.
Untuk menutup renungan ini, mari bersama-sama kita renungkan penjelasan Petrus yang penuh dengan Roh Kudus, ketika menuliskan Kitab 1 Petrus.
1 Petrus 1:3-4 (TSI3) Terpujilah Allah, Bapa dari Penguasa kita Kristus Yesus! Oleh karena belas kasihan-Nya yang luar biasa, Dia memberikan hidup yang baru kepada kita melalui Anak-Nya yang sudah bangkit dari kematian, sehingga kita memiliki harapan yang pasti berdasarkan kebangkitan Yesus. Harapan itu adalah bahwa kita akan menerima semua berkat yang sudah Allah sediakan bagi kita anak-anak-Nya. Semua berkat itu tersimpan di surga, tidak bisa rusak atau pun busuk, dan keindahannya tidak akan pernah hilang.
Oleh karena pengharapan ini, Kristus yang telah disalibkan dan memberikan pengampunan yang besar kepada manusia yang percaya kepada-Nya. Maka pada saat itulah, kita menemukan orang-orang yang rela mati untuk memberitakan Injil, mengasihi dengan hati yang tulus. Memberitakan Injil dan menjadikan orang-orang Kristen yang masih bayi untuk menjadi dewasa dan memiliki persekutuan yang akrap bersama Kristus.
Oleh karena kuasa Injil yang mengubahkan dan memberikan kesegaran bagi jiwa, setiap saat disegarkan dan tidak ada alasan untuk hati yang disegarkan ini dapat menolak untuk memberitakan Injil. Marilah kita bertobat dari dosa untuk hidup bagi Yesus dan terus menginginkan Dia saja, Roh Kudus memampukan kita. Amin.
semngat ya
BalasHapusSiap Saudarakuuu
Hapus