Renungan Yakobus 1:5-8 Meyakini Akan Belas Kasihan Allah
Judul Renungan: Meyakini Akan Belas kasihan Allah
Bacaan Alkitab: Yakobus 1:5-8
Minggu-minggu ini saya merenungkan tentang, bagaimana sebenarnya manusia yang telah bernatur dosa. Kita yang juga mendapatkan dampak dari buah pengetahuan yang baik dan jahat, kita yang pada dasarnya suka memiliki kehendak dan cita-cita sendiri yang berpusat pada saya harus memberikan yang terbaik bagi Tuhan sehingga saya layak dihormati.
Kita yang lebih suka jika diri kita sendirilah yang satu-satunya dapat mencintai diri sendiri, hanya diri kitalah yang bertanggung jawab atas semua hal yang kita akan kita capai. Kitalah yang paling mengerti diri sendiri. Kurang lebihnya demikianlah kita, pada dasarnya, tidak ingin dicintai secara cuma-cuma.
Rasa mustahil jika ada seseorang, yang mengasihi kita tanpa adanya hal yang bisa kita berikan kepadanya. Sehingga kasih anugerah adalah sesuatu yang asing. Kita takut pada kasih itu, karena kasih itu pada akhirnya kita kira akan mengambil lebih banyak dari kita, bahkan mengekang kebebasan kita.
Dulu saat pertama saya mengetahui bahwa keselamatan di dalam Kekristenan adalah pemberian cuma-cuma. Saya sempat bangga dan suka akan hal itu, tetapi ini menimbulkan pemikiran yang salah dan semena-mena akan keselamatan.
Pemberian cuma-cuma, tanpa perenungan yang dalam akan kebusukkan hati dan dosa dan betapa kita sebenarnya tidak menyukai Allah yang kudus, bahkan kita tidak suka ada di dalam kasih-Nya. Sehingga yang menjadi pusat kasih cuma-cuma adalah saya, bukan Kristus, Kristus hanya sebagai sarana untuk saya mendapatkan apa yang saya inginkan, kemuliaan saya, kehormatan saya, dan harga diri saya.
Kurangnya perenungan yang serius akan inti dari Injil Yesus Kristus, bahwa dari awal sampai akhir kehidupan yang ada di dalam Kasih Anugerah pada dasarnya memiliki pemahaman yang sangat indah, semuanya tentang apa yang Kristus lakukan untuk kita, tidak ada sedikitpun tentang apa yang kita lakukan untuk Allah. pemahaman ini membawa kita pada kekaguman pada kasih karunia .
Semua pemahaman yang dangkal terhadap anugerah Allah, akan menjadikan kita orang-orang yang berhikmat, berdasarkan hikmat yang berdosa. Kita lebih suka memutuskan segala sesuatu berdasarkan “saya” tetapi meminta penyertaan Tuhan Sang pemberi keselamtan cuma-cuma. Allah yang menjadi sarana untuk kita mencapai sesuatu yang untuk, “saya.”
Kita kira kasih karunia adalah pintu masuk ke dalam sebuah ruangan perlombaan, lalu di dalamnya kita harus berjuang sekuat tenaga dengan kekuatan sendiri, kita harus pandai; Kita harus berhikmat, kita harus kuat, kita harus menunjukkan betapa suksesnya kita karena kita telah diberkati. Sehingga kita tidak jarang menemukan orang-orang Kristen yang munafik, suka menghakimi.
Betapa kita adalah hamba yang luar biasa, sehingga tidak jarang kita mendengar, kata-kata keluar dari mulut seseorang pembawa acara atau pun sesama hamba, “hamba-Nya yang luar biasa.” Tidak saudaraku tidak, kita tidak luar biasa, kita adalah pecinta dosa, pecandu dosa yang layak binasa. Tidak peduli sebaik apapun Anda, seramah dan seanggun Anda. Kita adalah kain kotor di hadapan Allah, sadarlah dan bertobatlah, berhenti memuliakan manusia dan muliakanlah Kristus!
Yaaa kita melihat kasih karunia sebagai ajang untuk menunjukkan siapa yang hebat dia yang menang; Siapa yang memiliki iman yang besar, dia yang paling diberkati, siapa yang paling baik ramah, banyak pelayanan. Dialah yang paling rohani.
Sehingga kasih karunia, pemberian cuma-cuma hanya pintu yang dilupakan, pintu yang pada akhirnya untuk memuliakan manusia, memuliakan pribadi tertentu yang terlihat hebat. Semua ini adalah persoalan Kekristenan modern, Kekristenan yang berpusat pada diri sendiri dan kehendak bebas.
Saya mengajak Anda untuk belajar perbandingannya, dengan Kekristenan zaman Yakobus, Kekristenan yang lemah dan bodoh di mata dunia, Kekristenan yang tanpa kekuatan dan hikmat. Kekristenan yang diburu kerena kebenaran dan kehidupan yang ada di ambang kematian.
Yakobus 1:5-8 (TB) Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, handaklah ia memintanya kepada Allah, - yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit -, maka hal itu akan diberikan kepadanya. Handakla ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin. Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan. Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.
Untuk sampai pada keyakinan dari kasih Allah, belaskasih yang sempurna. Iman yang sejati, kita harus bisa melihat betapa lemah dan tidak berdayanya diri kita. Melepaskan hati kita dari keyakinan pada diri sendiri yang pada dasarnya pemberontak. Dengan kata lain, ini adalah menyangkal diri, menjadi tidak berhikmat dan bodoh bagi dunia.
Kita akan belajar dua cara padang, melalui Yakobus 1:5-8. Pertama cara pandang tentang diri sendiri yang tidak memiliki apa-apa (Menjadi gelas kosong). Kedua, memiliki cara padang yang tidak mendua hati, dalam artian keselamatan dari mengandalkan diri sendiri untuk sampai pada hikmat sejati. Iman yang berasal dari Allah. (keselamatan yang tidak mendua hati).
1. Menjadi galas kosong
Bagi saya yang sering belajar, setiap hari berhadapan dengan bacaan, selalu menulis. Ayat 5 adalah ayat terberat untuk bisa saya laksanakan secara praktis. Untuk tidak menjadi berhikmat di hadapan Allah, perlu perenungan akan dosa setiap saat.
Betapa buruknya saya, bertapa bodohnya saya, betapa saya adalah orang yang tidak mampu dan tidak berhikmat. Saudaraku kita harus benar-benar mengerti bahwa orang congkkk dibenci oleh Tuhan (1 Petrus 5:5).
Tetapi, ini bukan hanya tentang hikmat pengetahuan untuk Anda mendapatkan nilai bagus disekolah ataupun mendapatkan pujian dari masyarakat karena Anda berhikmat, lalu Anda berkata, “ini dari Tuhan.” Saudaraku bukan itu, ini adalah hikmat yang berpusat pada Kristus bila berpusat pada Dia berarti sesuai dengan rancangan-Nya.
Ayat 5 Dalam terjemahan Firman Allah yang hidup (FAYH), “Jika saudara ingin mengetahui apa yang dikehendaki Allah dari saudara, tanyakanlah kepada-Nya, maka Ia akan memberitahukannya kepada saudara. Ia selalu bersedia memberikan kebijaksanaan dengan limpahya kepada semua orang yang memohonkannya. Ia tidak akan merasa kesal karenanya.”
Surat yang Yakobus tuliskan, ditujukan kepada jemaat yang sedang ada dalam pencobaan, penganiayaan (Ayat 2). Mereka ada dalam tekanan, mereka tanpa harapan, ada dalam kegelapan. Saat-saat seperti ini, hanya Allahlah yang dapat diandalkan, hikmat kita menjadi sangat-sangat tidak berguna.
Jika ada yang kekurangan hikmat, mintalah kepada Allah, kita membutuhkan hikmat Allah, rancangan dan kehendak-Nya itulah yang terpenting. Untuk sampai pada titik di mana rancangan Allah menjadi penting bagi diri kita, baiklah kita menjadi gelas kosong yang tidak berdaya, hanya gelas kosong yang siap diisi.
Menjadi hamba Kristus adalah kasih karunia, ini bukan pintu untuk masuk ke suatu ruangan lalu Anda berjuang sendiri di ruangan tersebut. Tidak, kasih karunia Kristus, hikmat Allah, penyertaan-Nya. Merupakan satu-satu-nya harapan kita, sandaran kita yang kita butuhkan dan perlukan untuk satu titik yaitu kepuasan di dalam Dia dan melaksanakan apa yang menjadi kehendak-Nya, bagi jiwa yang telah bangkit bersama Kristus.
Saya mengajak Anda merenungkan apa itu kasih karunia, karena hal ini bersangkurtan erat dengan diri kita yang mengandalkan hikmat Allah. Kasih karunia adalah jalan Kekristenan, baik itu awal pertobatan, perjalanan kita untuk melayani Kristus, dan akhir hidup kita.
Kita tidak bisa lepas dari kasih karunia, dalam perjuangan, dalam kehendak, dalam cita-cita, semuanya adalah milik Kristus. Baiklah dalam susah maupun senang, kita bertekuk lutut dihadapan kemuliaan tahta Allah.
Kita harus sadar kita hanya debu dan abu, kita adalah orang-orang yang layak binasa. Suatu anugerah terindah, jika kita diijinkan untuk mendapatkan hikmat dari Allah, untuk mengerti lebih jauh, lebih jelas jalan-jalan-Nya yang harus kita tempuh. Ini diperlukan penyerahan diri secara total. Seperti doa terkenal dari Betty Scott Stam yang sangat terkenal;
“Tuhan, aku menyerahkan seluruh rencana dan tujuan hidupku, seluruh keinginanku, harapan dan ambisiku, dan menerima kehendak-Mu bagi hidupku. Aku menyerahkan diriku, hidupku, semua milikku, sepunuhnya kepada-Mu, untuk menjadi milik-Mu selamanya. Aku menyerahkan kepada-Mu agar Engkau menjagai relasi persahabatan yang aku miliki; semua orang yang aku cintai menempati posisi kedua di hatiku. Isi aku sekarang dan meteraikan aku dengan Roh-Mu. Kerjakan seluruh kehendak-Mu dalam hidupku dengan cara apa pun, karena bagiku hidup adalah Kristus.” Amin.
Ketika Anda meminta hikmat Kristus pada dasarnya Anda dan saya harus meninggalkan hikmat kita, rancangan kita, cita-cita kita, kehebatan kita, semua hal yang berpusat pada kemuliaan diri sendiri, semua hal yang berpusat pada kesenangan dan kehebatan kita. Sangkal semua itu, semua itu adalah buah pemberontakan terhadap Allah.
Kenakanlah hikmat Kristus, kenakanlah kebenaran-Nya dan kekudusan-Nya; Cita-cita-Nya dan semua hal tentang Kristus. Saudaraku Anda harus lebih sering membuka Alkitab, untuk menemukan hikmat ini, Anda dan saya harus lebih sering melihat kedalaman hati kita untuk mengkritik kesalahan hati yang melawan kehendak Kristus.
Diri kita ingin selalu dimuliakan, sangkal itu! Diri kita ingin selalu mendapatkan yang indah dan terbaik menurut ukuran kita, berkat dan semua hal yang berpusat pada kedalaman diri yang pada akhirnya semua itu adalah penyembahan berhala. Buanglah semualah semua itu! Semua ini hikmat manusia lama.
Ketika Anda menjadi hamba Kristus sama seperti yang Yakobus jelaskan di ayat 1, maka kenakanlah hikmat Kristus, jadilah kosong, isi pikiran dan perasaan dengan firman TUHAN. Tidak ad acara lain, sangakal diri Anda, buang jauh-jauh kehormatan dan harga diri palsu Anda.
Kenakanlah hikmat Kristus, andai Anda mengerti bahwa mengenakan hikmat Kristus berarti damai sejahtera yang melimpah (Yohanes 14:27). Roh Kudus memampukan kita untuk benar-benar setiap hari menjadi gelas kosong, mendapati keidahan hikmat Kristus (1 Korintus 1:30), yang menjadi pusat dari doa dan permintaan dan permohonan kita.
Mintalah hikmat itu, Dia Allah yang tidak anti dengan semua permintaan dan ketidakmampuan Anda. Jadilah manusia yang sangat rendah di hadapan-Nya. Ia Allah yang selalu siap menyikapi kelemahan Anda dan saya dengan penuh kasih yang murni dan sejati. Sebab kepada setiap orang Allah memberi dengan murah hati dan dengan perasaan berbelaskasihan.
Selanjutnya kita akan belajar, bagaimana kita mendapatkan himat Kristus dengan menjadi bodoh dan tidak berhikmat. Merupakan langkah untuk menjadi orang beriman, orang yang berharap dan bertekun hanya di bawah kaki Salib Yesus, tempat sandaran yang teguh.
2. Keselamatan yang tidak mendua hati
Poin ini merupakan penjelasan ayat 6-8, di mana kita akan belajar. Bagaimana iman bisa hadir di dalam diri kita. Dan bagaimana kita harus benar-benar mengerti bahwa kasih karunia pada dasarnya tidak pernah setengah-setengah.
Keselamatan yang tidak mendua hati, yang saya maksud adalah hanya di dalam keselamatan sejati oleh darah Kristus Anda dan saya dikuduskan, disucikan, dimandikan sehingga layak untuk bersekutu dengan Sang Kudus. Kita dilayakkan untuk menerima hikmat yang sejati dari Allah, keselamatan dari Allah tidak mendua hati, dalam kemahakuasaan-Nya Ia hadir sebagai pribadi yang benar-benar mengasihi kita.
Kita harus mengerti secara sungguh-sungguh semua ini, di mana iman pada dasarnya adalah mempercayai Kristus secara sehungguh-sungguh. Dengan cara meninggalkan kebenaran kita, kita sedang mendua hati jika kita percaya kepada Kristus menyelamatkan kita, pada saat yang sama kita mempercayai bahwa kebenaran kitalah yang menyelamatkan kita, saudaraku kita harus bertobat!
Bertobat dari iman kita yang salah, yang mempercayai diri sendiri, mempercayai kekuatan dan mempercayai bahwa, pencobaan, Lebih besar dari pada Allah yang Mahakuasa. Kita harus bertobat dari iman yang berpusatkan pada diri sendiri, yang mengandalkan diri sendiri untuk dapat percaya kepada Allah.
Iman yang ada di dalam Kristus, iman yang percaya pada hikmat Kristus. Haruslah iman yang berasal dari Kristus, berasal dari kasih karunia yang Roh Kudus kerjakan di hati kita, sehingga kita dimampukan untuk percaya bahwa hikmat sejati dari Allah yaitu pikiran Kristus yang ada di dalam kita.
Sama seperti yang Paulus tulis di dalam (2 Korintus 10:5), bahwa ia mematahkan setiap siasat manusia, keangkuhan manusia yang mempercayai diri sendiri. Manusia yang pada dasarnya menentang Allah, apa yang Paulus maksudkan adalah natur kita, natur berdosa yang melekat pada daging kita, baiklah kita berkata besama Paulus “Kami menawan segala pikiran dan menaklukannya kepada Kristus.”
Siapkanlah diri kita pada hikmat Allah, di mana hikmat itu adalah hikmat yang mendidik kita untuk semakin serupa Kristus. Memiliki iman yang sejati, yang tidak akan goyah, terus mengandalkan Kristus, kasih karunia yang melimpah hanya dari Dia, dari awal kehidupan baru kita, proses kita untuk semakin serupa dengan Dia dan akhir hidup kita memenangkan pertandingan, mengenakan hikmat yang berasal dari Dia.
Kiranya kita sadar, kita adalah hamba-hamab yang lemah, kita bukanlah segalanya. Yesuslah yang segalanya, Yesuslah yang harus dimuliakan. Yesuslah yang semakin ditinggikan, dikenal, dimuliakan, disembah, karena Dialah hikmat sejati, dan di dalam Dia ada keselamatan oleh darah-Nya kita dikuduskan untuk menerima hikmat Allah.
Hikmat itu adalah Yesus Kristus untuk sampai pada titik kedewasaan rohani, menjadi pelayan Kristus, berdoa untuk segala suku bangsa. Membawa pribadi berdosa kepada Yesus dan melaksanaan apa yang sejak awal dikehendaki Allah.
Beranak cucu dan bertambah banyak, beranak cucu secara rohani; jadikanlah semua bangsa murid-Ku, pergilah, carilah, ajarkan mereka Injil-Ku, Roh Kudus menyertai kamu sampai pada kesudahannya. Jika kekurangan hikmat, berdoalah, mintalah!
Pada akhirnya hikmat ini adalah Kristus oleh karena belaskasihan Allah Dia mengaruniakan Anak Tunggal-Nya, dari Kristus, berdasarkan visi Kristus dan kemuliaan hanya bagi-Nya saja. Inilah tujuan kita, inilah makna kemanusiaan Anda dan saya untuk menikmati kemuliaan yang sempurna, kagum dan bersinar di dalam kemuliaan itu bagi dunia. Roh Kudus memampukan Anda dan saya. Amin.
Posting Komentar untuk "Renungan Yakobus 1:5-8 Meyakini Akan Belas Kasihan Allah "
Silahkan Berkomentar