Renungan Mazmur 4:7-9 Damai Sejahtera yang Sejati Dari TUHAN
A. R. Wijaya |
Judul Renungan Kristen: Damai Sejahtera yang Sejati Dari TUHAN
Bacaan Alkitab: Mazmur 4:7-9
Kita telah sampai pada perenungan kitab Mazmur 4 bagian terkahir. Setiap kita diciptakan untuk sebuah damai sejahtera sejati,
yang memang damai sejahtera itu ada untuk Anda dan saya. Ketika
melihat kitab Kejadian kita akan mengerti bagaimana damai sejahtera yang
berasal dari Allah, setiap kecukupan dan kepuasan yang telah disediakan secara
lengkap.
Memikirkan tentang taman Eden, mari kita masuk ke dalam wilayah
yang indah, dengan pohon-pohon yang menghasilkan buah. Dengan penuh kepuasan
kita bisa menikmati setiap buah-buahan yang tersedia. Ini bukan lagi kecukupan,
tetap lebih dari cukup, bahkan berlimpah.
Untuk mengajak Anda memikirkan taman Eden, mari kita ke
daerah saya. Di hutan di Kalimantan Timur, ada daerah-daerah di dalam hutan
yang kami namakan Simpung. Di wilayah tertentu, setiap satu tahun sekali pada
musim buah tahunan, tempat ini adalah tempat yang baik untuk bersantai.
Simpung adalah tempat yang sangat baik untuk dikunjungi,
bahkan bermalam di sana. Karena tempat ini selain berada di tengah hutan yang
rindang. Dunia yang masih alami dengan kecauan burung yang menyegarkan telinga
dan hati. Di sana dinamakan Simpung karena ada begitu banyak pohon-pohon
buah-buahan yang ditanam leluhur kami puluhan bahkan, ratusan tahun lalu.
Yang ingin saya bagikan melalui tulisan ini ketika berada di
wailayah ini, saya mencoba membawa Anda pada rasa damai sejahtera meskipun
sementara. Dengan banyaknya buah-buahan yang bisa diambil sepuasnya dan dapat
langsung di makan.
Mungkin Anda bertanya buah apa saya itu? karena saya tidak
sedang membahas nama-nama buah di Kalimantan, Anda dapat mencari sendiri di
Google nama-nama buah di Kalimantan Timur dan jenisnya/fotonya. Kita kembali ke
topik….
Adalah kepuasan, kebahagiaan yang saya rasakan pada waktu itu. Rasa damai sejahtera yang tidak dapat saya jelaskan. Mungkin Anda harus merasakannya sendiri. Datanglah ke Kalimantan pada musim buah, itupun jika Anda menyukai hutan.
Damai sejahtera dalam kefanaan, inilah definisi pikiran dan
hati. Tanpa persoalan atau masalah, yang menjadi masalah pada waktu itu, hanya
saja ada pohon-pohon durian yang tinggi sehingga harus menunggu ia menjatuhkan
buahnya. Tetapi bukan masalah besar, malah suatu kenikmatan jika harus menunggu buah tersebut jatuh dari
pohonnya.
Dari cerita saya ini, saya sedang mengajak Anda untuk
memikirkan apa itu damai sejahtera versi saya. Saya tidak dapat berbagi secara utuh kepada
Anda. Karena pada dasarnya damai sejahtera adalah rasa yang harus dinikmati secara
pribadi, ini tentang pikiran dan perasaan yang puas, puas karena lingkungan dan
hati yang dipuaskan oleh sesuatu yang ada di luar kita.
Dalam konteks cerita saya, adalah ketika saya hidup
dikelilingi buah-buahan yang alami di dalam hutan. Betapa indah dan puasnya
kehidupan Adam dan hawa pada masa itu, bukan hanya kecukupan, ini juga tentang
kekudusan Allah yang melingkupi mereka.
Kepuasan dan damai sejahtera karena kecukupan jasmani
Kepuasan dan kecukupan secara mental karena keindahan dan kemuliaan dan kekudusan Allah ada di dalam diri mereka secara sempurna.
Kepuasan dan kecukupan akan penerimaan dan relasi yang indah dari dua orang yang saling mencintai yaitu Adam dan hawa.
Kepuasan dan kecukupan akan relasi yang indah antara mereka dan Allah yang kudus, pusat kehidupan yang benar.
Marilah kita sejenak memikirkan hal ini, dan lihatlah sekeliling kita, jujur ketika saya menulis untuk melihat sekeliling, hati saya bersedih saya ingin menangis.
Rasa lelah dan lemah dan lesu seperti menghantam
saya, bingung dan marah bahkan bertanya-tanya kapan apa yang saya lihat hari
ini akan berakhir.
Inilah yang dirasakan Paulus, dan ia tulis di dalam (Roma 7:24) ketika memandang sekeliling, saya hanya melihat kerusakkan dan penderitaan. Damai sejahtera palsu yang membawa manusia dalam kesesatan.
Celakanya lagi, diri saya termasuk di dalam sistem itu. Saya manusia celaka,
siapakah yang menyelamatkan saya dari perbudakkan dosa dan kutuk dosa yang ada
di dalam pori-pori diri saya.
Yesaya sangat menyadari hal ini, “saya adalah manusia yang najis bibir, bertemu dengan Allah yang mulia dan Kudus, binasalah saya.” (Yesaya 6:5).
Mungkin Anda merasa, saya gila dan frustasi, yaa saya hampir saja gila karena semua realita
ini. Tetapi untuk kita bisa sampai pada damai sejahtera sejati mari
bersama-sama kita belajar dua poin.
- Pertama, kita harus meninggalkan damai sejahtera palsu.
- Kedua, kita masuk ke dalam damai sejahtera sejati.
Teakhir saya akan membawa Anda visi Allah di dalam dunia
yang telah jatuh ke dalam dosa. Saya teramat yakin Visi ini semuanya untuk
orang-orang yang menyebut dirinya percaya Yesus. Kecuali Anda pohon KW.
Sebelum masuk kepenjelasan setiap poin, saya mengajak Anda
untuk membaca dasar renungan kita kali ini;
Mazmur 4:7-9 TB Banyak orang berkata: ”Siapa yang akan
memperlihatkan yang baik kepada kita?” Biarlah cahaya wajah-Mu menyinari kami,
ya TUHAN! Engkau telah memberikan sukacita kepadaku, lebih banyak dari pada
mereka ketika mereka kelimpahan gandum dan anggur. Dengan tenteram aku mau
membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang
membiarkan aku diam dengan aman.
Renungan Mazmur 4:7-9 Saat Teduh Tentang Damai Sejahtera yang Sejati Dari TUHAN
1 Meninggalkan damai sejahtera palsu
Kita adalah manusia sosial, mahluk/manusia sosial artinya
tidak mampu dalam kesendirian. Setiap kita selalu ingin teman, ingin
kebersamaan. Setiap kita membutuhkan kasih, cinta dan kehidupan yang berbagi
dan dibagikan.
Alasan utama saya menulis sampai hari ini, baik itu puisi,
tulisan rohani yang berpusat pada Injil. Karena cinta, saya cinta dengan
kegiatan menulis. Saya ingin memberikan Anda satu kesimpulan bahwa setiap kita
mencari damai sejahtera dari segala hal yang terlihat dan kita kerjakan.
Ketika saya belum percaya Kristus dan tidak mengerti tentang
bagaimana segala sesuatu dapat menjadi tuhan, menulis adalah tuhan. Saya menempatkan
damai sejahtera pada kegiatan menulis saya, saya tidak sendiri ketika menulis, saya merasa
bahwa menulis mengasihi saya dan damai
sejahtera.
Tetapi ini sesat saudaraku, ini kacau dan buah dari dosa ,pemberontakan
kepada Allah, pada akhirnya damai sejahtera dari menulis hanyalah kepalsuan dan
saya sadar sangat-sangat fana dan tidak benar-benar memuaskan kedalaman diri saya.
Kita suka cinta, kita tidak terlalu suka kesendirian karena
hal itu tidak memberikan damai sejahtera, saya mengutip tulisan David G. Benner
dalam bukunya “Surrender To Love” Penyerahan Diri Kepada Kasih, Ia menjelsakan
seperti ini, “Kita mencari jempatan bagi kesendirian kita melalui orang, harta
benda, dan pencapaian. Tapi tidak satu pun yang bisa benar-benar memuaskan
kegelisahan hati manusia ini.”
Saudaraku kesendirian kita adalah damai sejahtera palsu, lalu
kita menggantinya dengan hal-hal fana di dunia. Maka kita juga menemukan semua
itu damai sejahtera palsu. Saya berdoa
kepada Allah kiranya Anda melihat secara serius apa yang saya maksudkan dengan
damai sejahtera palsu ini.
Kita harus menemukan damai sejahtera sejati itu, kita harus
secara serius mendoakan hal ini!
Poin ini saya dasarkan pada tulisan Daud di Mazmur 4:7 Terjemahan
Lama (TL), “Banyak orang berkata demikian: Siapa gerangan akan menunjuk
kebajikan kepada kita? Naiklanlah kitanya atas kami terang yang dari hadirad-Mu,
ya Tuhan!
Pertanyaan Pemazmur menunjukan kepada kita satu beban yang
teramat dalam, beban yang menekan. Beberapa penafsir menayatakan bahwa Mazmur 4
ditulis ketika Daud masih dalam pengejaran anaknya Absalom.
Jika ini benar demikian, inilah yang kita dapat simpulkan
dari kehidupan manusia yang diperhadapkan dengan kedamaian palsu. Baik itu
keluarga, baik itu orang terdekat, apapun itu, semuanya menunjukan kepada kita
satu kepalsuan yang dalam dan pencarian yang teramat melelahkan.
Kalaupun tidak, pertanyaan Pemazmur memberikan kita satu pertanyaan.
Mengapa orang-orang mencari kebajikan? Karean harapan kita sebagai manusia, di
mana ada kebijaksanaan di sana ada damai sejahtera. Saudaraku ini adalah
kekosongan dan kebohongan dunia.
Samai sejahtera yang hikmat dunia ini berikan, bahkan pada
akhirnya orang paling berhikmat di dunia yitu Salomo menulis kitab Pengkotbah. Menyatakan
bahwa semua itu sia-sia, tidak ada damai sejahtera sejati, tidak ada yang dapat
membaringkan kepalanya dengan tenang dan nyaman. Semua itu kelelahan yang
mengerikan dari diri manusia yang kosong dan tak bertuan.
Kita harus menyadari satu hal, bahwa kita diciptakan bukan
untuk damai sejahter palsu yang ada saat. Untuk menutup poin ini, saya mengutip
kembali tulisan David G. Benner, di dalam buku yang sama “Manusia dirancang untuk memiliki relasi yang intim
dengan Allah. Inilah alasan bahwa kerinduan akan relasi merupakan sesuatu yang
rohani. Keinginan kita akan hal-hal yang
rohani, relasi, keintiman, dan penyerahan diri kepada kasih sejati, semua ini
membentuk inti rahani peribadi kita.
Saya mengambik satu pelajaran penting selama ini ketika saya
mempelajari Alkitab, manusia hanya dapat puas ketika ia berada di dalam Allah,
di dalam Kristus. Itu mengapa Allah mengaruniakan Anak tunggal-Nya, untuk
mengembalikan pendosa seperti Anda dan saya kepada kemuliaan dan kepuasan
sejati dari intiman yang indah antara kerohanian kita di dalam kebenaran dan kekudusan
Yesus dan Allah Bapa yang cinta pada kita dan siap mendidik kita.
Baiklah kita bergumul untuk terus melihat keindahan palsu, damai sejahtera palsu dan
meyangkal diri kita dan meninggalkan semua ini. Saya sangat suka dengan penjelasan
dari R. C. Sproul dalam bukunya Pertandingan Iman ia menjeskan seperti ini, “Pengejaran
akan kemuliaan Allah sangatlah memberi motivasi. Kita akan terus bekerja keras
untuk sebuah kemuliaan ketika semua itu tampak jauh. Mengapa kita mengingikan kemuliaan,
Firman Allah menjelaskannya, kita memang diciptakan untuk kemuliaan. Allah
menciptakan/membentuk kita, memberikan kita tubuh dan menghembuskan diri-Nya
kepada kita, sehingga kemuliaan itu begitu besar di hadapan kita dan kita
takjub oleh-Nya.
Baiklah Anda dan saya menyadari bahwa hanya di dalam
kemuliaan TUHAN, kita mendapatkan damai sejahtera. Marilah kita masuk ke poin
yang kedua, setelah kita meninggalkan damai sejahtera palsu dari dunia dan
bertanya adakah kebajikan? Ternyata tidak ada, maka kita masuk pada kehidupan
yang damai sejahtera yang dari kemuliaan untuk kemuliaan.
2. Kita masuk ke dalam damai sejahtera sejati
Pada Mazmur 4:7b - 9 kita dapat belajar dan membayangkan,
bahkan merasakan dan menikmati. Bagaimana Ia mengekspresikan kedamaian yang berasal
dari Allah, damai sejahtera yang sejati.
Di tengah kegelisahan hati dan ketakutan dan pertanyaan yang
tidak terjawab. Ia menuliskan bahwa wajah Allah menyinari; sukacita yang berasal
dari Allah; membaringkan diri dalam damai sejahtera; keamanan yang dari TUHAN.
Ketika saya merenungkan keindahan dari Allah yang kudus, Ia
adil sebab Dia adalah kebenaran, Ia kasih sebab Ia meciptakan dengan tujuan keintiman
yang indah antara Dia dan ciptaan-Nya. Namun, kita sangat tahu bahwa dunia telah
jatuh ke dalam dosa, manusia telah memberontak kepada Allah. Mereka ada di dalam
kemurkaan yang kekal.
Tetapi Injil membawa kepada kita satu pengharapan, agama dan
kebiasaan dunia menunjukkan kepada kita bagaimana kita harus berusaha dan
menunjukkan kehebatan dan pencapaian untuk sebuah damai sejahtera dan kebebasan
dari Allah.
Namun, Injil Yesus Kristus meyerukan kepada kita dengan
keras, bahwa kita adalah pendosa besar, tidak akan dapat membayar Tuhan dengan
prestasi kita, karena semua itu berdasarkan pemberontakan kita atau keengganan
kita terhadap Dia. Tetapi, kita diterima karena Yesus telah mengganti semua
hukuman dosa kita, Penulis Kitab Ibrani menjelaskan hal ini dengan baik (Ibrani
10:23).
Oleh darah Yesus, kita yang dulunya membenci Allah dan
dibenci oleh Allah karena dosa-dosa kita, tetapi Allah tetap mengasihi dalam
kebajikan dan keindahan kekudusan-Nya. Memberikan Yesus, darah yang tercurah
itu, kaki dan tangan yang dipaku; Tubuh yang remuk dan kehidupan yang menderita
dan dibenci banyak pemimpin agama pada masa itu.
Yesus Kristus menanggung semua itu, untuk kita kembali
kepada rancangan Allah yaitu damai sejahtera sejati, seperi yang Daud tuliskan
di Mazmur 4:7b-9. Inilah makna hidup kita, tujuan kita, untuk damai sejahtera
sejati.
Untuk menutup renungan kita kali ini, saya mengajak Anda merenungkan
kembali kehidupan Anda sekarang. Apakah damai sejahtera Anda, merupakan harapan
yang Anda pusatkan pada diri Anda sendiri. Saya berdoa kiranya Anda bertobat
dan Allah mendidik Anda dengan rotan, betapa Anda sebenarnya tidak pernah dapat
mengasihi diri Anda sendiri seperti Allah mengasihi Anda (Ibrani 12:7).
Berikutnya damai sejahtera sejati hanya kita dapatkan dari
Allah, dalam konteks Perjanjian Baru kita menemukan semua itu dalama kasih
karunia, kasih karunia diterima oleh pikiran kita dan hati kita yang dikuduskan,
pada saat yang sama ini adalah penyangkalan diri.
Tidak ada kebenaran di dalam diri kita, kita harus mengakui
bahwa kita selama ini jatuh dalam damai sejahtera palsu yang mengerikan dan
kita harus bertobat.
Ketika Anda dan saya melepaskan kebenaran kita, kebaikan
kita dan melihat semua itu adalah kesesatan kita, maka pada saat itulah kita
akan mengenakan kebenaran dan kebaikan yang baru dari Kristus. Inilah Injil
Yesus Kristus, apa yang Yesus kerjakan untuk kita sempurna.
Pertobatan sejati, damai sejahtera sejati ada di dalam
Yesus, Ia telah mengerjakan semua itu untuk kita di atas kayu salib dengan
sempruna. Saudaraku Anda dan saya harus sadar perceraian kita dari dunia
membuat daging kita kita yang cinta dosa berteriak ingin dipuasakn kembali oleh
dosa.
Pada saat inilah kita harus mengerahkan kekuatan kita dalam
kebenaranian berjuang untuk kematian daging yang fana dan cinta dosa. Daging
yang membawa kita pada damai sejahtera palsu yang mematikan dan gelap mari
berdoalah (Matius 26:41).
Jika gagal dalam perperangan ini, jangan putus asa, kejatuhan
Anda dan saya adalah kekuatan kasih karunia yang melimpah untuk Anda semakin
membenci dosa dan bertobat.
Saudaraku damai sejahtera sejati yang saya pelajari melalui
renungan kali ini, kiranya memberikan Anda juga pengertian yang mendalam;
- Damai sejatera adalah kehudupan yang berpusat pada Kristus, kehidupan baru dalam Dia, dengan tenteram membaringkan diri oleh karena keamanan dari-Nya.
- Damai sejahtera adalah kehidupan yang melawan dosa bersama Kristus, meskipun gagal ada sukacita karena kasih karunia melimpah dan kita semakin membenci dosa kita sendiri.
- Damai sejahtera hadir saat pergumulan, kegelisahan, ketakutan, kelemahan iman, kesedihan, tekanan, dan kegelapan diri kita yang membawa kita dalam kegelapan. Pada saat inilah cahaya Kristus menyala, wajah-Nya menyinari kita, “Akulah terang dunia, Firman-Mu pelita bagi jalan-Ku. Inilah damai sejahtera itu.
Temanku yang aku kasihi, bacalah Alkitab Anda, dalami itu,
temukanlah damai sejahtera sejati di dalamnya! Ini bukan sekedari perintah,
tetapi ini pernyataan untuk Anda yang sadar bahwa diri Anda adalah milik Yesus.
Tuhan kami yang kudus dan mulia, terimakasih untuk renungan
Mazmur 4 yang telah saya selesaikan, dan kiranya pembaca renungan kali ini
menemukan anugerah-Mu yang melimpah, dan diri mereka di dalam kegelapan dan
kebimbangan namun Engkau tetap berkasih karunia terhadap dia.
Bawa kami terus dalam kebencian yang dalam pada dosa-dosa
kami dan berperang melawan tipu daya setan dengan perengkapan senjata Rohani (Efesus
6:10-20). Damai sejahtera sejati kami temukan di dalam-Mu dan Engkau saja kami
sembah dan muliakan.
Posting Komentar untuk "Renungan Mazmur 4:7-9 Damai Sejahtera yang Sejati Dari TUHAN"
Silahkan Berkomentar